Final Fantasy VII milik Square-Enix


Aku mengunci hati ini, hanya untuk kau seorang. Tak akan aku biarkan orang lain mengambil perasaan ini. Perasaan yang disebut cinta ini, hanya untukmu seorang...

Enam bulan semenjak pertarungan melawan Omega, Midgar kembali damai. Semua penduduk mulai menjalani aktifitas mereka, termaksud Cloud dan kawan-kawan.

7th Heaven mulai ramai dikunjungi orang. Tifa terkadang sampai kerepotan. Untung, terkadang Yuffie suka datang dan membantunya untuk menemani Marlene dan Denzel bersama Shelke. Karena Shelke tidak sanggup mengimbangi anak-anak itu.

"Hai, Tifa! Yuffie datang untuk menolongmu!" Yuffie tersenyum lebar memperlihatkan deretan giginya yang putih.

"Selamat datang Yuffie. Maaf, aku jadi menyusahkanmu." jawab Tifa yang sedang melayani seorang pembeli.

"Tenang saja, serahkan semua kepada gadis ninja dari Wutai! Aku akan menjaga Marlene dan Denzel." Yuffie melangkah gembira ke lantai dua.

Langkah Yuffie terhenti ketika mendengar pintu bar terbuka. Dilihatnya sosok yang masuk ke dalam bar "Hah? Dia?"

"Hai." Sapa orang yang baru masuk.

"Oh, halo Reno." balas Tifa dengan senyum.

"Tunggu-tunggu!" Yuffie loncat dari tangga dan segera menghampiri Reno yang sudah duduk di bangku. "Apa yang kau lakukan di sini?"

"Hei, aku datang hanya untuk minum. Tempat ini terbuka untuk umum kan?"

"Ya, tapi kami tidak mau melayani anggota TURKS!"

"Oh, sungguh?" Reno melipat tangannya, "Bagaimana dengan Vincent? Hei, dia juga pernah menjadi anggota TURKS kan? Sama sepertiku."

"Ugh!" Yuffie menjadi geram.

"Yuffie, sudahlah. Tidak ada salahnya kan, Reno datang ke sini." Tifa berusaha menghentikan pertengkaran antara Yuffie dengan Reno.

"Fine!" Yuffie membuang wajah dengan kesal, "Lebih baik aku menjaga anak-anak. Mungkin Shelke kerepotan sekarang." akhirnya Yuffie meninggalkan Tifa dan Reno.

"Maaf atas kejadian barusan. Nampaknya Yuffie..."

Reno tersenyum "Tidak apa-apa. Hei, boleh aku pesan minuman?"

"Oh ya, tentu." Tifa segera menyiapkan minuman untuk Reno.

Satu jam sudah Reno berada di 7th Heaven, sudah dua kali ia memesan minuman. Tapi dia belum beranjak pergi juga.

"Waow, 7th Heaven jadi ramai ya sekarang?" Reno memulai percakapan.

"Ya," Tifa menyeka keringat di keningnya. "Aku sampai kerepotan dibuatnya."

Reno terdiam, lalu mulai berpikir. "Hei, aku tahu!" pekiknya.

Tifa menatap Reno "Apa?"

"Bagaimana kalau aku kerja sambilan di sini? Ya, hitung-hitung sebagai permintaan maaf atas apa yang terjadi diantara kita dulu."

"Kerja sambilan?" Tifa terdiam. "Tapi..."

"Baik! Aku akan datang lagi besok!" Reno langsung berdiri, membayar minuman pesanannya, lalu keluar dari bar. "Sampai jumpa besok, bos!"

"Hei, aku bahkan belum sempat menjawab." Tifa menggeleng. Bos? Ya ampun.

Tidak lama setelah Reno keluar, suara motor terdengar di luar bar. Tifa tersenyum-menyadari siapa yang datang. Cloud terlihat membawa sebuah paket, kacamata hitamnya belum ia lepas. Sosok Cloud yang tegap memasuki bar, berjalan mendekati Tifa.

"Hai, Cloud." Sapa Tifa.

"Tadi Reno ke sini?" Cloud bertanya sambil membuka kacamatanya.

"Uh, iya. Kau tahu dari mana?" Tifa bertanya dengan bingung.

"Aku melihatnya berjalan keluar dari 7th Heaven barusan." Cloud duduk di bangku yang tadi diduduki oleh Reno. Ia melirik gelas yang belum sempat dibereskan oleh Tifa. Dia berapa lama di sini?

"Itu paket yang harus kau antarkan?" Tifa berusaha basa-basi.

"Ya, kebetulan arahnya lewat sini. Jadi aku sekalian mampir," jawab Cloud tanpa melihat wajah lawan bicaranya.

"Oh, begitu." Tifa terdengar sedih. Kebetulan ya? Aku kira... Tifa tersenyum kecut sambil mengambil gelas untuk Cloud.

"Ah, anak-anak bagaimana?" Cloud akhirnya menatap wajah Tifa yang sedang tertunduk ke bawah.

"Eh, anak-anak?" Tifa kaget. Minuman yang ia tuang hampir tumpah.

"Ya, Marlene dan Denzel." Cloud menaikkan sebelah alisnya "Mereka sedang apa?"

Tifa membuang nafas. Tidak biasanya Cloud menyebut mereka dengan sebutan anak-anak, pasti selalu menyebut nama mereka. "Oh, mereka sedang di lantai dua bersama Yuffie dan Shelke."

"Yuffie ada di sini?"

"Ya, belakangan pengunjung sedang ramai. Aku tidak bisa menjaga Marlene dan Denzel selagi aku mengurus bar. Maka dari itu..."

"Mungkin kau harus mencari pekerja sambilan," usul Cloud sebelum meneguk minuman dari Tifa.

"Oh, kalau itu..." Tifa terdiam. Apa aku harus mengatakannya kepada Cloud?

"Kenapa?"

"Sebetulnya, Reno menawarkan diri untuk kerja sambilan di sini." Tifa menjawab dengan suara rendah.

"Reno?" nada bicara Cloud terdengar bingung dan kaget.

"Ya, tadi. Sebelum dia pergi, dia bilang besok akan datang lagi dan membantuku mengurus bar."

Cloud memalingkan muka. Cih! Orang itu.

"Uh, Cloud. Ada yang salah?"

"Tidak ada." Jawab Cloud singkat. Kembali dikenakannya kacamata hitam itu, kemudian mengambil paket dari atas meja, "Aku pergi dulu. Masih banyak paket yang harus aku antar."

Tifa mengangguk "Hati-hati Cloud."

Cloud tidak menjawab dan terus berjalan. Ditutupnya pintu bar dengan keras. Sampai-sampai pengunjung melirik ke arah pintu. Cloud, dia kenapa? Apakah ada yang salah dari ucapanku?

Tidak kah kau sadar, bahwa hanya kau yang sanggup membuka hati ini. Dengan senyuman tulusmu...

Aku rasa, dia tidak akan pernah menyadarinya. Tifa membuang nafas panjang.