Naruto © Kishimoto Masashi.
This is a work of fanfiction. No material profit is taken.
hilang
A Naruto fanfiction
.
.
Dia berdiri di depanku. Sangat dekat, tetapi tak bisa kuraih. Matanya yang kelam berubah merah, menyedotku masuk ke dalam dunianya yang lain. Dunia—yang tak kuketahui sebelumnya—yang akan menjadi tempat terakhir aku melihatnya.
Darah yang membasahi tanah.
Tubuh-tubuh bergelimpangan di sekitarku.
Suara ledakan-ledakan yang memekakkan telinga.
Semuanya lenyap.
Hanya ada sebuah padang rumput yang terhampar luas sejauh mata memandang.
Ini dunia ilusinya.
Genjutsu yang terlalu indah.
—
—
Kami berdua berdiri dalam diam di sebuah padang rumput luas. Rumput-rumput yang hijau, langit biru tak berawan, dan semilir angin yang menerbangkan kelopak-kelopak bunga. Tempat yang sempurna untuk pertemuan kami setelah sekian lamanya.
Dia berdiri jauh di depanku. Mata hitamnya menatap lurus kepadaku. Seiring dengan senyum tipisnya, dadaku perlahan menghangat.
"Aku mengerti sekarang. Hal paling menyedihkan dalam hidupku bukan lah aku yang telah kehilangan keluargaku, kehilangan hidupku yang bahagia, sama sekali bukan itu," dia berujar dengan suara lirih yang nyaris tak mampu kudengar.
Aku diam memperhatikan dirinya berbicara. Entah mengapa, dadaku perih seolah terkoyak ketika mendengar suaranya. Suaranya yang terdengar kesepian, penuh penyesalan, dan keputusasaan.
Sungguh, ingin kuraih dan kudekap dia di dada, kemudian membisikkan 'tak apa, semuanya sudah berakhir sekarang' ke telinganya untuk sekadar mengobati luka yang terlalu dalam di hatinya. Namun, tubuhku tak menurut. Aku hanya terdiam dengan mata yang berlinang.
Dia menarik napas dalam, kemudian memejamkan matanya sejenak.
"…melainkan ketidakmampuanku lepas dari bayang-bayang itu, ketidakmampuanku untuk segera menyadari dan mengungkapkannya dari lubuk hatiku yang terdalam. Betapa aku menyayangimu. Betapa aku bersyukur atas tiap detik yang kulalui bersama kalian bertiga. Kau, Naruto, dan Kakashi. Hanya itu yang kumiliki. Namun, tak pernah mampu untuk kugenggam."
Sebuah lubang besar menganga di dada hingga membuat dadaku nyeri seolah terhimpit. Mulutku terbuka, tetapi suaraku tercekat dan terhenti di tenggorokan. Hanya ada setitik air mata yang kemudian menetes dan jatuh ke tanah.
Senyumnya yang samar tersungging di bibir tipisnya.
Kemudian, bisa kulihat sosoknya mulai menghilang dari pandangan mataku. Hamparan padang rumput hijau dan langit biru itu retak dan pecah berkeping-keping. Dunianya hilang, berganti dunia nyata yang untuk sekejap lalu telah kutinggalkan. Namun, tak lagi kutemui sosoknya di hadapanku. Hanya teriakan Naruto yang menggema memanggil satu nama.
Sasuke.
Dia menghilang. Tanpa jejak. Menyisakan sebuah luka kehilangan yang mendalam. [ ]
