"Risih-aru." Kagura hampir menangis sesenggukan di depan sebuah toko kelontong. "Semoga bukan dia yang jaga tokonya-aru."
Hanya sebuah toko yang lumayan besar dan juga merangkap sebagai rumah. Berwarna peachdan di dekat pintu masuk tertulis 'Shinsengumi Okita-chan'dalam huruf kanji.Ironis memang, namanya dijiplak dengan seenak jidat oleh pemiliknya yang notabenenya seekor anjing ditubuh manusia.
Eh? Bukan kok, bukan Okita Mitsuba yang sukses bikin Hijikata-kun-nya Gin-san klepek-klepek dan beralih ke wanita itu. Tapi adiknya, iya, si pangeran Sadis yang sukses bikin Kagura naik pitam hanya dengan sekali lihat.
Contohnya seperti sekarang. Tepat saat Kagura melongok masuk kedalam toko untuk ngintip siapa yang jaga, dirinya langsung kesambet setan mau ngelempar benda berat ke kepala bungsu Okita itu.
"Apa, China?" Okita Sougo malah nyantai ngelirik dikit ke gadis itu.
Duh, nggakngeliat Kagura lagi dalam mood swingyang buruk apa? Cowok sadis emang nggakpeka.
"Ano ..." Suara Kagura tercekat, sedikit malu untuk mengutarakan isi pikirannya.
"Kami tidak menerima hutang disini. Maaf ya, China."
"Baka Sadist!"
Bam!
-:-
Gintama © Sorachi Hideaki
Ikatan © kurokocuya
Okikagu
Warning(s): (mencoba tdk) OOC, AU, 17y.o!Kagura, 19y.o!Sougo, segala kemungkinan terburuk yang pernah ada (batuk-batuk, bosen, laper, wasir, etc)
-:-
Lesson 1: Percayalah, Jika Hatimu Berkata "Ya", maka Kenyataan Berkata "Tidak"
"Hiks. Panas-aru."
Sengatan matahari terasa begitu menyakitkan. Kilaunya membuat Kagura menyipitkan mata. Kagura terpaksa menarik kembali langkahnya untuk berteduh di toko Shinsengumi.
Gadis bersurai vermillion itu memang suka cuek sampai-sampai lupa mengecek kalender tamu bulanannya. Ah, terima kasih Tuhan karena stok pembalut Kagura habis. Terima kasih lagi karena kakaknya yang bodoh (tapi bisa diandalkan untuk beli pembalut) sedang ada kelas dengan Gin-chan. Karena Kagura ingin duduk (dan tidak ingin menerima pertanyaan 'Kagura, bercak merah apa ini?') terpaksalah ia buru-buru ke toko kelontong terdekat dengan jaket yang ia ikat dipinggang.
Risih sekali, perutnya juga tidak mau diajak kompromi (disaat seperti ini malah sakit, dasar perut sialan). Doublesial karena ia lupa bawa payung yang biasa ia bawa.
Niatnya ingin lima detik saja di toko Shinsengumi buat beli pembalut. Tapi tidak sampai lima detik gadis itu sudah membanting pintu masuk.
Intinya, Kagura gengsibuat masuk lagi dan nanya, "Sadis, aku mau beli pembalut yang 18 cm". Plus,Sougo adalah pria dan tidak mengerti penderitaanwanita jika sedang dalam masa ovulasi.
Manik mata gadis itu masih menyipit saat ia memilih duduk di sudut depan toko.
Jalanan terlihat sepi (ya, memangnya siapa yang mau keluar panas-panas begini?). Huh. Kagura mengasihani dirinya sendiri, tidak berani mengambil resiko jika ruam-ruam merah bermunculan di kulitnya. Terima kasih lagi Tuhan ... karena alergi panas matahari turun ke gennya.
Ponsel? Tidak bawa.
Memangnya sesial apa aku ini?! Kagura membatin.
Tidak lama kemudian, Kagura mendengar suara pintu terbuka dan lonceng yang berbunyi.
Ah, ada yang keluar.
Senyum kemenangan Kagura tampilkan-berharap jika orang itu bawa payung dan Kagura bisa nebeng, tapi segera memudar ketika sosok-yang-paling-tidak-ingin-ia-temui-lah-yang-keluar.
"Oh China, kau masih disini?" tanya Okita Sougo datar.
Kagura membuang wajahnya, "Cih, pertanyaan macam apa itu." Kenyataan bahwa toko ini milik rivalnya sempat terlupakan.
"Hee ... jadi sedang apa kau disini? Men-stalking ku ya? Atau beneran mau ngutang?"
Sendal rumahan yang melayang berhasil dielakkan Sougo.
"Apa-apaan sendal kelinci ini, China?" Sougo mengambil sendal Kagura.
"Urusai-aru!"
Nah, Sougo menyeringai mendapati lawan bicaranya mulai terpancing. Kagura langsung was-was ketika lelaki itu malah ikutan duduk disampingnya. Tak lupa dengan menambahkan senyum di wajah shotanya.
"Jangan sok-sok ganteng seperti itu, teme."Urat-urat kemarahan muncul di dahi Kagura. "Jangan dekat-dekat denganku, Sadis brengsek!" Kagura melayangkan tendangannya, yang tentu saja ditangkis Sougo dengan mudah.
"Kagura-chan, tak kusangka kau menyukai hal manis seperti ini. Maksudku ... Kau gadis yang rakus, brutal, ketua klub karate, rakus, tomboy, tak peduli penampilan, rakus, dan tak akan ada yang mau denganmu."
"Kenapa kau mengatakan rakus 3 kali?! Dan apa-apaan komentar terakhirmu itu?!"
"Ah, itu ya." Sougo balas menatap mata Kagura yang menajam. Dia mendekatkan wajahnya ke wajah Kagura, membuat gadis itu kaget setengah mati dan hampir saja meninju Sougo jika tangannya tak ditahan oleh Sougo. "China ..." bisik Sougo seduktif di telinganya.
Merinding? Tentu saja! Yang Kagura tau tentang Sougo itu hanyalah kesadisan dan kejahilan lelaki itu! Dan apa-apaan bisikan lembut tadi? Demi bra hitam Otose sebentar lagi meteor akan jatuh!
Kagura menggigit bibirnya, tak tahan dengan atmosfir yang diciptakan oleh makhluk sadis dihadapannya. Kagura sedikit melenguh ketika Sougo menjilat telinganya.
"B-bodoh ..."
Terkutuklah-aru! Ini didepan umum! Kenapa aku ketiban sial saja daritadi?! Jalanan yang sepi lebih memilih Sadis daripada aku! Gin-chan ... aku akan hamil-aru.
Tangan Sougo menyelip ke belakang punggung Kagura. Hembusan nafasnya benar-benar membuat Kagura merinding seperti melihat hantu.
"Karena China ..."
.
Are?Nafasnya bau mint. Apa dia selalu makan permen karet rasa mint?
.
Sougo memajukan tubuhnya, memojokkan tubuh mungil gadis itu ke dinding.
Harum tubuhnya ... lemon, kah?
.
Hidung mancungnya ia gesekkan ke daun telinga Kagura.
Keringatnya ... bau-aru.
.
"China ... Tidak akan ada yang mau dengan gadis berdada rata sepertimu."
"BANKAI!"
"OHOK!"
-:-
"Kagura-chan, aku dan Toushiro-san mau keluar sebentar. Aku titip Sou-chan dan toko ya."
Kagura menatap malas kearah Mitsuba, "Kalau tokonya sih tidak apa-apa, Mitsuba-nee, tapi kalau Sadis ini dititipin juga bisa-bisa toko kalian hancur-aru," celetuknya.
Mitsuba tertawa kecil, "Ehehe, tidak kok. Sou-chan akan jadi anak yang baik, nee?"
Mata Kagura berbinar, "Whoaa! Budak yang baik-aru kaa?"
"China, aku ini tipe S, seharusnya kau yang jadi budakku." Sougo membalas dengan mata yang seperti ikan mati.
Ah, pipinya terasa dingin. Nafasnya tidak beraturan.
"Sou-chan, tidak baik berkata begitu pada seorang gadis."
"Asal ane-ue tau, makhluk yang ada di depan ane-ue itu bukan seorang gadis, tapi monster berlendir yang punya kekuatan untuk menghancurkan planet ini."
"Sadis, kuanggap itu pujian karna kau mengakui aku kuat."
"Kau bodoh, ya?"
Mitsuba tersenyum maklum kepada keduanya, "Aku boleh titip toko, kan?" tanya wanita itu lagi.
Kagura menatap Mitsuba ragu. Rencananya, setelah ini ia mau pulang. Mungkin memanjakan diri dengan makan camilan sambil nonton tv tidak buruk, apalagi jika pendingin ruangan diaktifkan. Toh, Gintoki yang notabenenya sebagai ayah angkat gadis itu sedang tidak ada di rumah. Tapi kalau lihat Mitsuba-nee dan umur toko ini jika si Sadis yang jaga ...
"Aku tidak yakin, Mitsuba-nee," ujarnya. "Hee, kenapa?"
Kagura mengaduh kesakitan, memegangi perutnya dan melirih. "Perutku! Pe-perutku! Aku mau melahirkan ... Mits-suba-n-nee!"
Eh?Kagura heran ketika tak ada reaksi apapun. Ia membuka matanya, masih memegangi perutnya yang sakit.Mitsuba masih tersenyum, mata si Sadis sudah mirip mata Gin-chansaja, dan tunangan Mitsuba-Hijikata Toushiro yang duduk di kanan Kagura masih fokus pada ponselnya.
Sadar bahwa aktingnya gagal, Kagura mendengus kesal dan beralih ke mode dramatis.
"Ta-tapi aku mau istirahat, Mitsuba-nee! Perutku benar-benar sakit. Bagaimana kalau Gin-chandan Kamui pulang dan aku tidak ada di rumah? Kalau mereka tau aku bersama Sadis, dia akan dimutilasi!" Kagura menyelesaikan kalimatnya dengan terengah-engah. Wajahnya memerah menahan kesal.
Kesal pada Sougo, bukan Mitsuba.
"China!" Sougo kaget, hampir melonjak dari kursinya dan menatap gadis itu tak percaya. "Kau mengkhawatirkanku?!"
"Hoi, kau ingin ku mutilasi?"
Fokus Kagura kembali beralih pada Mitsuba yang duduk bersebelahan dengan Sougo.
Sungguh, kalau bisa, Kagura ingin berada dimana saja asalkan tidak bersama Sougo. Gadis itu mau saja menjaga toko-toh Mitsuba juga pernah menitipkan tokonya beberapa kali pada Kagura (yang kebetulan tidak ada Sougo saat itu). Tapi, Kagura beneran trauma! Terakhir kali dia menjaga toko dan ada Sougo saat itu, tokonya hancur, mereka babak belur, tangan Kagura juga terkilir, dan parahnya Sakata Gintoki disuruh Hijikata Toushiro mengganti rugi seluruhnya!
Gintoki bisa saja menolak, mengatakan bahwa insiden itu bukan sepenuhnya salah anak gadisnya. Mitsuba juga tidak keberatan. Tapi kalau melihat Hijikata yang ... "Awas kalau kaumeminjam uang lagi padaku! Jangan berbicara padaku lagi, keriting bego!"
Yah, Gin-santidak bisa apa-apa jika lihat Hijikata-kunngambek begitu. Tapi, ini masih fic straightkok. Cuma, Gintoki sering cemburu aja liat rival-nya bersemu merah jika bersama Mitsuba, sedangkan bersamanya pasti adu mulut dan fisik mulu. Biasa si, laki' yha.
Kembali ke masa sekarang dimana Kagura berusaha nolak untuk jaga toko.
Kagura membuat wajahnya seimut mungkin untuk narik perhatian wanita bersurai coklat pasir itu. "Mitsuba-nee... memangnya kenapa kalau Sadis saja yang jaga? Aku pulang saja, ya? Antarin aku, ya?" ucap Kagura memelas.
"Tapi, kurasa ..." Mitsuba menggantungkan kalimatnya, lalu menatap ke arah adik tersayangnya. "Bagaimana, Sou-chan?Kau tidak akan kesepian, kan? Aku dan Toushiro-sanmungkin akan pulang malam."
Sougo tampak berpikir sebentar, menatap Kagura dengan malas dan beralih ke kakaknya dengan wajah paling cemerlang. Pria itu tersenyum tulus pada kakaknya. Kagura heran, bagaimana pria sadis itu bisa langsung lembek terhadap kakaknya?
"Aku tidak apa-apa, ane-ue,"kata Sougo pada Mitsuba. Wanita 26 tahun itu menatap ragu wajah adiknya yang masih tersenyum. "Aku mengkhawatirkanmu, loh."
Sougo menggeleng, "Aku sudah besar, ane-ue.Lagipula, monster bodoh yang duduk di depan ane-uehanya akan membuat masalah dan menghabiskan isi kulkas kita."
"Hoi pantat ayam, siapa yang kau panggil monster bodoh?" Kagura menyambung dalam percakapan sambil memakan kue jahe yang di sediakan Mitsuba.
Mengabaikan adik tersayang dan calonadik iparnya yang saling meleparkan aura membunuh, Mitsuba tersenyum penuh maklum dan mengangguk. "Mungkin aku hanya khawatir kau akan kesepian," ucap wanita itu.
"Sudah?" Tunangan Mitsuba bertanya, sudah bosan karena sedari tadi tidak pergi juga. Mitsuba menjawab dengan kode.
"Apa kau akan baik-baik saja jika sendirian?" tanya Mitsuba.
"Um!"
Kagura hanya melirik dengan kesal.
"Kau yakin, Sou-chan?"
"Um!"
"Bagaimana kalau ada orang jahat yang datang?"
"Ane-ueaku ini 19 tahun."
"Tetap saja aku tak bisa meningg-"
"GAAAAAHHH!" Kagura berteriak kesetanan, tak tahan dengan ocehan kedua saudara didepannya. "AKU MENGERTI, AKU MENGERTI-ARU! Jaga toko dan Sou-chan kan, ane-ue?! Ya, ya aku akan menjaganya!"
Dan percaya atau tidak, Mitsuba menampilkan seringaian licik setara Sougo.
"Pokoknya serahkan saja Sadis dan toko padaku, Mitsuba-nee! Jangan khawatir-aru! Aku pasti menjaga mereka seperti aku menjaga anakku sendiri-aru na! Hora-hora,pergi saja sana, nanti kalian terlambat. Jangan sampai TBC mu kumat loh, ane-ue!Jangan sampai-aru! Ah, Tosshi belikan aku sukonbu yang banyak ya," Kagura memekik kesetanan dengan kesabaran yang sudah habis. Mukanya berurat-urat, matanya malah keatas seperti Gintoki yang kaget saat Kagura kencan dengan pria yang tingginya melebihi atap rumah. Daripada TBC Mitsuba kumat, dan Sougo pasti akan membunuhnya, mending dia mengikuti drama duo Okita ini.
Bukan berarti Kagura takut pada Sougo! Harga dirinya terlalu tinggi untuk mengakui Sougo setara dengan kakaknya yang lebih kuat darinya. Tch! Demi apapun gadis itu tak akan menanggalkan harga dirinya untuk orang sadis yang tak punya perasaan!
Hijikata memasukkan ponselnya kedalam saku ketika mendengar namanya disebut. "Siapa yang kau panggil Tosshi, hah? Dan jangan minta yang aneh-aneh padaku, si keriting bego itu tak akan mau mengganti uangku," kata Hijikata menggigit rokoknya.
Hijikata berdiri diikuti oleh Mitsuba. Kedua pasangan yang sebentar lagi menikah itu berjalan kearah pintu.
"Aku kan tidak bilang pakai uang Gin-chan-aru. Pokoknya belikan saja-aru na. Kalau kau tidak belikan, jangan nikahin anjing pelit itu, Mitsuba-nee," ujar Kagura santai.
"Jangan sementang aku ini polisi kau boleh memanggilku anjing, bocah sialan!" Hijikata tak dapat menahan amarahnya dan berakhir mengatai gadis itu.
Mitsuba tertawa kecil, "Imut sekali."
"Tch. Aku kasihan dengan Gintoki yang mengurusmu."
Gelas keramik melayang.
"Jaa ne, Mitsuba-nee!"
"Ittekimasu."
"Hijikata-san, jangan lupa mati ketabrak mobil atau aku yang repot harus membunuhmu."
"Mati saja kalian, dasar bocah-bocah brengsek!"
Tepat setelah itu pintu kembali tertutup. Kagura menghela nafas malas melirik kearah Sougo. Untunglah Mitsuba meminjamkan perlengkapan wanitanya pada Kagura. Gadis bercepol dua itu bisa duduk dengan tenang sekarang. Mitsuba juga membuat teh dan camilan-bermaksud agar sakit perut Kagura tidak kambuh lagi.
"Hoi, China, aku mau tidur." Suara Sougo menarik atensi Kagura.
"Hah?" Kagura menautkan alisnya, "Kalau begitu aku pinjam payung-aru." Tangannya menunjuk payung berwarna kuning yang digantung di dinding toko.
"Untuk apa?" tanya Sougo.
"Tentu saja pulang-aru. Kau kira aku mau berbagi oksigen denganmu?"
Sougo menatap Kagura datar. Tangan kanannya meraih payung yang ditunjuk Kagura. Ia berdiri menuju pintu, hendak membukanya ketika Kagura memanggil. "Hoi, mau kemana kau? Aku pinjam payungmu, Sadis."
Sougo mengangkat payungnya, "Kalau begitu ambil sendiri." Pria itu membuang payungnya ke aspal.
Aspal = jalanan = ruang terbuka = panas matahari.
"APA YANG KAU LAKUKAN, SADIIIIIS?! BAGAIMANA AKU PULANG SEKARANG?! KAU MAU MENAHANKU DISINI, YA?! KAU TIDAK MAU AKU PULANGKAN?!"
Suara petir dan pekikan Kagura menyatu. Mata gadis itu menghitam, urat-urat kemarahan memenuhi dahi gadis itu.
"Yah, bisa dibilang begitu. Eh, tapi bukan berarti aku tidak ingin kau pulang. Kau tau, seorang gadis dan pria dalam satu ruangan itu tidak boleh, tapi bukan berarti aku menganggapmu seorang gadis, lho. Aku hanya membantumu menjalankan amanah ane-ue saja," ujar Sougo berjalan kearah Kagura dan kembali duduk.
Kagura menghentak meja dengan kuat. "Tsundere-mu membuatku jijik-aru!"
Sougo terdiam. Kagura mendecih pelan dan meminum tehnya dengan kesal.
Sougo tak mengerti, kenapa dirinya tak menolak usulan kakaknya untuk mengajak gadis itu menjaga toko bersama. Kagura dan kedamaian adalah frasa yang tidak pernah cocok, mustahil, dan terlalu sulit untuk sekedar dituliskan. Sougo sebenarnya tidak membenci gadis itu. Bagaimanapun juga, Kagura memiliki rupa yang enak untuk dipandang.
Rambutnya berwarna senja, benar-benar waktu terdamai yang pernah dimiliki Okita Sougo karena tunangan Mitsuba tidak pernah ada dirumah saat senja datang. Mata anak gadis Gintoki itu berwarna biru, benar-benar menenangkan dan menyejukkan. Dan senyuman tulus Kagura adalah salah satu hal yang sangat membuat Sougo mengerti arti kedamaian.
Tapi tetap saja, Kaguradan kedamaianitu bukanlah frasa yang indah.
Tapi mungkin ... tidak buruk juga?
"Wajahmu seperti om-om pedo saja melihatku begitu-aru." Gadis itu sadar ketika pria yang akrab dipanggilnya Sadis, melihatnya dengan tatapan datar.
Ya ... mungkin.
"Sudah tertangkap basah melihati wajahku malah sok bersikap tsunderebegitu. Cih."
"China, teh-mu meluber, tuh."
"E-eh?!"
Hawo ... adakah yang berminat dengan cerita ini? Ingin lanjut atau sudahan?
Ini cerita sebenarnya udah nganggur di draft selama setahun lebih t-t dan baru terselesaikan 3 chapter. Berhubung sudah mau liburan, jadi saya putuskan untuk posting disini.
Kritik dan saran diterima!
