Naruto disclaimer Masashi Kishimoto dan Fate/Stay Night disclaimer Type-Moon
Tapi cerita ini sepenuhnya milik author.
Author hanya meminjam karakter untuk cerita ini dan tidak mengambil keuntungan materi apapun dari cerita yang di-publish.
.
Warning : OC, OOC, AU, AR, AT, Typo (s), miss-Typo, dan banyak kesalahan yang lainnya.
.
.
Behind The Scene My Library
General
.
.
Naruto bersama teman-temannya sedang asik membaca skenario syuting drama terbaru mereka. Terlihat raut wajah yang serius dan juga bertekuk dua belas di antara para pemain. Sang sutradara mengarahkan mereka sebelum mengambil adegan pembuka di drama kali ini.
"Yo, halo. Minna-san!"
Ia menyapa ke arah kamera yang menyorotnya, melambaikan tangan sambil tersenyum lebar. Suasana lokasi syuting yang penuh dengan peralatan rumah produksi itu membuat Naruto menahan rasa kesalnya karena terlihat begitu berantakkan.
Ya, Naruto yang sudah tumbuh dewasa tidak menyukai sesuatu yang menyakitkan penglihatan kedua matanya.
"Aku tidak mengerti mengapa aku harus dipasangkan dengan Arthuria. Mengapa tidak dengan Rin atau Sakura. Yang lebih berat di bagian dada," gumam Naruto sambil menopang dagunya.
"Hei! Apa kau bilang?!"
Tiba-tiba terdengar teriakan tak jauh dari tempat di mana Naruto berada. Sosok itu adalah pemeran utama dalam drama My Library.
"Eh, tidak. Ak-aku hanya bercerita ..."
Naruto sontak gemetaran kala sosok itu mendekatinya sambil mengepalkan kedua tangan.
"Kau mau coba-coba denganku, ya?!"
Bukan main rasa takut yang melanda diri Naruto kala sosok itu menggulung lengan baju yang dipakai hingga ke siku. Seakan siap untuk menghajar dirinya.
Ya, siapa lagi kalau bukan dara bersurai kuning yang kata Naruto mempunyai berat di bagian dada lebih ringan dibanding yang lain. Dialah Arthuria.
"Ma-maafkan aku. Aku hanya bercanda."
"Kau ini!"
Arthuria segera mengambil pedangnya, seakan siap untuk menusuk Naruto.
"Ampun, Hime!" teriaknya memohon pengampunan.
Dan tak lama setelah pertengkaran kecil itu terjadi, sang sutradara mulai mengambil adegan pertama mereka.
.
.
.
Camera!
Roll on!
Action!
Di lapangan kampus, Naruto dan Utakata memulai adegan syuting mereka. Semua berjalan dengan mulus dan tak ada kendala yang berarti.
Syuting beberapa hari ke depan banyak dilakukan di kampus Universitas Tokyo. Kecuali untuk adegan Gilgamesh dan Arthuria yang banyak memakan latar di rumah mereka.
.
.
.
Hari ke tiga...
Mengapa judul dari drama ini adalah My Library? Alasannya simple, karena awal pertemuan dan awal cerita ini dimulai dari perpustakaan kampus. Tempat di mana sang tokoh utama bertemu dan memulai sekelumit romansa mereka. Dan juga entah mengapa sang skenario menginginkan judul dengan kata My di depan. Mungkin terinspirasi dari drama My Love is You. Mungkin kalian masih ingat drama itu.
Kaguya, didandani secantik rupa. Namun aura kesadisannya masih tersirat kali ini. Tetapi ada yang berbeda dari pemilik asli buah cakra. Rambutnya yang putih panjang tergerai tampak lebih pendek dan terlihat disanggul sebagai totalitas perannya sebagai seorang dosen.
"Perkenalkan namaku Kaguya Ootsutsuki. Kali ini aku mendapat peran yang cukup sadis. Berulang kali aku harus mengambil adegan humor di perpustakaan kampus ini. Dan aku selalu menahan tawaku saat melakukan adegan bersama Naruto. Benar-benar menyiksa diriku."
Kaguya memperkenalkan dirinya, lalu menceritakan bagaimana perannya kali ini.
Ya, Kaguya berperan sebagai seorang dosen dan juga merangkap sebagai seorang penjaga perpustakaan kampus. Tempat di mana sang pemeran utama mengais ilmu.
.
.
.
Selanjutnya...
"Yo, Utakata di sini."
Kali ini giliran Utakata yang memperkenalkan diri. Ia berdiri di tengah taman kampus sambil melihat ke arah kamera sebelum proses syuting dimulai.
"Pemirsa yang budiman alias bulu di mana-mana."
Ia menyapa pemirsa setia drama My Library sambil memasang wajah lugu dan polosnya.
"Peranku di sini sebagai sahabat baik Naruto. Namun, adegan yang kulakukan berbanding terbalik dari kata sahabat. Karena di sini aku sering bertengkar dengannya. Entah mengapa penulis drama My Library seakan ingin menyampaikan sesuatu. Jika pertengkaran dalam suatu hubungan merupakan bumbu-bumbu penyedap suatu ikatan. Seperti memasak saja."
Utakata mengeluarkan unek-uneknya.
"Hah, bicara apa sih aku tadi? Sepertinya obatku sudah habis."
Ia menepuk jidatnya sendiri seakan baru tersadar dari tidur yang panjang.
"Bagi yang belum membaca My Library, segera baca ya. Dan tonton kami. Rasakan sensasi aneh dan mual sehabis menonton drama kami ini. Hahahaha."
Tanpa sengaja, Utakata tertawa. Entah apa yang ditertawakannya. Mungkin ia terserang penyakit kejiwaan setelah mendapat peran absurd di drama My Library ini.
Penasaran dengan peran yang dimainkan Utakata?
Silakan baca My Library sekarang juga.
.
.
.
F4 Universitas Osaka.
"Yo, Minna-san!"
Terlihat di sebuah basecamp yang berada di Universitas Osaka, keempat pemain My Library tengah berkumpul dan membaca skrip masing-masing. Di sana ada Archer, Shirou, Kiritsugu dan Shinji.
Keempatnya terlihat menggeleng-gelengkan kepala sebelum proses syuting dimulai. Mereka mencoba memahami peran mereka masing-masing.
"Adeganku menyayat hati," curhat Archer.
"Mungkin sudah nasibmu, Archer," sahut Shirou.
"Ya, kau terima saja. Daripada harus mengeluh," desak Kiritsugu.
"Kalian enak hanya bicara, sedangkan aku yang memerankan seperti sudah jatuh tertimpah tangga, tertimpah gentingnya, disusul tertimpah balok dan tiang rumahnya. Menyedihkan!" gerutu Archer kepada yang lain.
"Itu lebih baik, daripada apa yang kuperankan. Berbeda jauh dari kenyataan. Pft!" Shinji ikut mengeluh.
"Sib-nasib. Mungkin wajah kita tidak memungkinkan untuk mendapat peran yang bagus." Kiritsugu ikut ambil bicara.
"Ya beginilah jadi chara, kadang beruntung kadang buntung." Shirou menutup pembicaraan mereka.
Keempatnya lalu bersamaan menepuk jidat mereka masing-masing pertanda pasrah terhadap skrip yang harus mereka lakukan. Ya, mau tidak mau mereka mengikuti semua keinginan sang skenario. Bukan begitu?
.
.
.
Take scene Naruto mengusap dada Arthuria.
"Yo, halo. Merepotkan!"
Kali ini giliran Shikamaru yang memperkenalkan dirinya. Ia tampak duduk di depan sebuah meja kantin sambil memegang skrip.
"Jujur saja banyak yang tidak fokus dengan latar belakang keluargaku di cerita ini. Namun tanpaku pastinya Utakata dan Naruto akan kelaparan. Merepotkan!"
Shikamaru menopang dagu dengan tangan kanannya.
"Kalian lihat di sana!"
Tunjuk Shikamaru ke arah pintu masuk kantin.
"Di sana Naruto harus berulang kali mengambil adegan memalukan seperti ini. Mungkin memang sudah niatannya dari awal. Tapi apa kalian tau? Gilgamesh sedari tak henti-hentinya berbicara sendiri. Seperti orang gila kala melihat Naruto mengusap dada Arthuria.
Haaah, cerita ini benar-benar membuatku mual."
Shikamaru lalu menyudahi perkenalannya sambil memasang wajah kusut. Bagaimana tidak kusut melihat tingkat Naruto yang selalu membuat ulah. Dan ia hanya dapat melihat sambil terus menahan kesal di dada.
Sabar ya, Shikamaru!
.
.
.
"Uh, sebal! Sebal! Sebaaaallll!"
Gilgamesh menggigit jarinya sendiri kala melihat adegan Arthuria bersama Naruto.
"Sungguh ya, rasanya aku ingin melempar Naruto dengan pedangku. Dia seperti sengaja mengulang adegan ini. Sedangkan aku, hanya dapat melihatnya saja dari jauh. Dia menang banyak, tapi aku ... me-ra-na."
Gilgamesh tampak tidak terima kala melihat pengambilan adegan di depan pintu kantin.
"Hah, baiklah. Sepertinya aku harus ikut memperkenalkan diri."
Hela napas Gilgamesh terdengar begitu berat. Namun sebisa mungkin ia totalitas terhadap pekerjaannya kala ini.
"Perkenalkan, aku Gilgamesh. Kali ini aku berperan menjadi antagonis utama. Kadang aku berpikir sebegitu bajingankah wajahku ini hingga harus mendapat peran antagonis?"
Gilgamesh bersedih saat curhat ke arah kamera yang menyorotnya.
"Please ... jangan buat aku memakan garam setiap hari. Naruto menang banyak di sini. Sial!"
Akhirnya emosi itu mulai keluar dari benak Gilgamesh.
"Sudah ya, aku mau memakai antingku dulu. Enggak ku-ku lama-lama berada di sini."
Ia segera menutup kamera yang menyorot dirinya, menyudahi perkenalannya. Maklum saja, hatinya terluka karena bukan dirinya yang mendapatkan peran Naruto.
Sing sabar wae yo, Le...
.
.
.
Dikejar anjing...
Naruto baru saja selesai mengambil adegan dikejar anjing penjaga rumah Shikamaru. Ia begitu tampak kelelahan. Keringatpun mengucur deras dari keningnya, tidak menyangka jika ia akan seletih ini.
"Hah, drama ini menurutku sangat melelahkan. Pemeran utama diperlakukan seperti ini. Ingin rasanya aku protes kepada penulis. Namun apa daya hendak dikata. Aku harus profesional dalam melakukan setiap scene," tutur Naruto.
Ia mengelap keringatnya dengan sebuah handuk kecil, lalu sejenak meminum air mineral yang telah disediakan oleh kru syuting.
"Oh, ya. Di lain tempat sedang pengambilan adegan Gilgamesh dan Arthuria. Mungkin saat ini mereka sedang beradu pedang, karena pastinya Arthuria tidak terima diperlakukan Gilgamesh seperti itu. Hahaha."
Dalam rasa lelahnya, Naruto sempat-sempatnya tertawa. Semata-mata hanya untuk menghibur dirinya sendiri.
"Sampai nanti, Minna san. Persiapkan diri kalian sebelum memasuki konflik cerita. Daah..."
Pemuda bergurat tiga ini melambaikan tangannya ke arah kamera, menyudahi percakapan. Dan kemudian ia segera saja bersiap untuk pengambilan adegan berikutnya.
.
.
.
Malam semakin larut, terlihat geng F4 yang terdiri dari Archer, Kiritsugu dan Shinji tengah melakukan pengambilan adegan bersama Chouji. Mereka tak kunjung berhenti tertawa saat pengambilan adegan tersebut. Yang mana membuat suasana bertambah akrab dan juga ricuh.
"Sebenarnya aku tidak tega melakukan hal ini. Namun karena tuntutan skenario, mau tak mau aku melakukannya. Maafkan aku, Chouji."
Archer merangkul Chouji sehabis pengambilan adegan.
"Tak apa, asal kau mentraktir yakiniku sepuluh porsi. Hahahaha."
Chouji tak dapat menahan tawanya kala mengucapkan pamrih kepada Archer. Ia terlihat begitu menikmati adegannya walaupun peran yang ia terima begitu sebentar.
"Yo, Chouji di sini."
Chouji kemudian memperkenalkan dirinya di hadapan kamera yang menyorot.
"Perkenalkan. Di sini aku berperan sebagai pemeran pembantu untuk menambah dan menekankan konflik awal pemain utama. Tak banyak skrip yang kuterima. Namun aku sangat senang dapat bekerja sama dengan keluarga besar Fate/Stay Night. Arigatou, Author-san," ucap Chouji sambil tersenyum ke arah kamera.
Pemuda bertumbuh tambun itu tampak akrab dengan para pemain dari keluarga besar Fate/Stay Night, Archer, Kiritsugu dan juga Shinji.
Benar adanya, Chouji merupakan pembuka konflik antara pemeran utama. Namun bukan tanpa alasan. Author mengembangkan cerita ini seringan mungkin dengan gaya bahasa/diksi yang mudah diterima para pembaca. Sehingga sekecil apapun pemeran pembantu, tetap saja sangat penting dalam alur cerita ini.
Ya, semoga saja dapat menghibur para reader sekalian.
.
.
.
Memasuki adegan konflik, para pemain terlihat begitu serius dalam mempersiapkan diri sebelum proses syuting dimulai. Beberapa adegan yang menguras emosi, membuat para pemain tampak kesal sendiri.
.
Camera!
Roll on!
Action!
.
Adegan ini dilakukan di salah satu klub malam yang berada di kota Tokyo. Naruto terlihat memasang ekspresi wajah yang kesal bukan main kala mendengar penuturan Gilgamesh kepada Julian. Lokasi syuting malam ini tampak ramai para pengunjung. Yang mana syuting kali ini benar-benar dilakukan power full.
Shikamaru terlihat berusaha menenangkan Naruto, sementara Naruto sendiri terlihat sudah sangat emosi. Tersirat dari bagaimana cara ia mengepalkan kedua tangannya.
Aliran darahnya seakan melaju begitu kencang hingga ke ubun-ubun kepala. Ia sudah sangat tidak sabar untuk memberi pelajaran kepada Gilgamesh.
"Bangsat!"
Naruto berlari, mendekat, kemudian menarik kerah jaket Gilgamesh, pria yang dalam keadaan setengah mabuk itu. Lalu segera meninju pipi kiri Gilgamesh dengan kuat.
BUUGGHHH
Tinjuan pertama dari Naruto membuat Gilgamesh jatuh tersungkur dan mengenai gelas-gelas bar yang berada di meja. Hal itu tentu membuat pengunjung klub malam terutama wanita menjerit ketakutan atas keributan yang terjadi.
"Gilgamesh!"
Julian berusaha menolong Gilgamesh tapi Shikamaru segera menahannya.
"Kau mau apa? Ini urusan keluarga, Teman!"
Shikamaru menghadang Julian yang berusaha menolong Gilgamesh. Sementara Naruto meluapkan kekesalannya kepada kakak dari Arthuria ini.
Beberapa pukulan dari Naruto tidak mampu Gilgamesh lawan karena Naruto begitu cepat memberi pelajaran kepada calon kakak iparnya itu.
BUGGHH
BUUGGHH
Gilgamesh terlihat memuntahkan darah karena terkena pukulan dari Naruto yang berada dalam puncak emosinya. Bagaimana pun bagi Naruto, Arthuria amatlah sangat berharga. Untuk melihat sang dewi berpelukan dengan orang lain saja, emosinya hampir tidak terkendali. Apalagi ini, ia mendengar langsung bahwa Gilgamesh menjual Arthuria kepada orang lain.
.
Cut!
Teriakkan dari sang sutradara menghentikan aktivitas syuting sejenak.
Tampak Naruto yang mengulurkan tangannya untuk membantu Gilgamesh bangun dari aktingnya yang terjatuh karena terkena tinjuan Naruto.
"Lihat, gigi palsuku copot."
Gilgamesh menunjukkan gigi palsunya ke arah kamera.
"Haha. Maaf, tuntutan skenario kau harus menderita seperti ini, Gilgamesh."
Naruto terlihat merangkul Gilgamesh sesudah pengambilan adegan mereka berhasil. Mereka tampak begitu akrab dan sudah saling mengenal satu sama lain.
"Jadi ... apakah kau akan menyerahkan Arthuria kepadaku?" tanya Naruto dengan nada meledek.
"Oh ... tidak bisa. Arthuria hanya milikku. Kau kan sudah bersama Hinata."
Gilgamesh seketika melepaskan rangkulan Naruto lalu segera mengambil tisu yang diantarkan oleh kru, mengelap darah palsu yang ada di wajahnya.
"Hahaha. Kau begitu mencintainya, ya? Tapi sayang, kali ini aku menang banyak. Hahaha."
Canda Naruto itu seakan menantang Gilgamesh untuk berkelahi yang sesungguhnya.
"Kalian lihat Naruto. Dia sombong sekali. Rasanya ingin kutusukkan pedangku di pantatnya. Sialan!" gerutu Gilgamesh sambil berbisik ke arah kamera. Sementara Naruto terlihat pergi meninggalkannya, berjalan mendekati sang sutradara.
.
.
.
Adegan demi adegan pun mereka lalui. Tak terasa empat bulan telah mereka lewati bersama. Dari proses perkenalan, meeting bersama. Hingga pembahasan skenario masing-masing. Dan akhirnya sampai juga di ending cerita.
Untuk merayakannya, keluarga besar Naruto dan Fate/Stay Night mengadakan acara makan bersama di sebuah resort yang terletak di pantai Jepang. Mereka menghabiskan waktu bersama, bercanda, tertawa, hingga saling mengejek satu sama lain.
Dari kiri ke kanan, Archer, Kiritsugu, Shirou, Shinji, Gilgamesh, Naruto, Shikamaru, Utakata, Shino, Chouji dan Sai memberikan salam perpisahannya.
"Halo semuanya!" Archer mengawali.
"Kami dari ... My Library!" seru mereka serempak.
Kiritsugu kemudian berucap, "Jangan lupa mampir ke drama terbaru kami, crossover Naruto dan Fate Stay Night. Hanya di-"
"ChiiChan2806!"
Mereka berteriak bersamaan.
"Sampai jumpa!"
Naruto melambaikan tangannya ke arah kamera yang menyorot, diikuti para pemain lainnya."
Kesebelas pemain drama My Library itu kemudian saling berjabat tangan dan berpelukan sebagai salam perpisahan.
.
.
.
Di tepi pantai, terlihat tiga dara cantik yang mengenakan bikininya. Mereka berdiri sejajar sambil menghadap ke arah kamera. Tampaknya ketiga dara cantik ini sedang berjemur di bawah sinar matahari yang hangat sambil menunggu jam makan siang tiba.
"Halo, aku Arthuria."
"Aku Rin."
"Dan aku Sakura."
"Jangan lupa saksikan kami bertiga-"
"Hanya di My Library."
"Sampai jumpa semuanya! Dan-"
"Terima kasih banyak atas dukungan kalian selama ini."
Ketiganya berucap serempak lalu membungkuk, mengucapkan terima kasih atas dukungan para pembaca hingga drama ini berakhir dengan baik."
.
.
.
TAMAT
.
.
.
Absurd, bukan?
Hahahaha...
Demikian side story atau behind the scene drama My Library ini.
Chii nulisnya ngebut tapi gak lupa pake helm. Hehe.
Semoga menghibur ya.
Kalau ingin tahu selengkapnya, cusss! Segera baca My Library.
Buat adekku Rafa aka Exolusiondo. Nee-chan mu hanya mampu sampai di sini.
Jangan pundung ya.
:*
Dadaaaahhh...
