I Choose You

DISCLAIMER: Fujimaki Tadatoshi

ORIGINAL STORY By Hyobanshi Aya

CHAPTER 1: Memori yang Terlupakan

hallo minna! Sudah lama saya tidak update (T_T) ada yang merindukan saya?#readers:ngarep! #authorpundung . Fanfict ini bukanlah cerita baru, tapi merupakan editan dari fanfict sebelumnya, always remember. Entah kerasukan apa mendadak saya mengedit semuanya. Mulai dari title, plot, setting, alur dan sebagainya. Hanya karakter yang tidak saya ubah. Saya harap readers menyukai fanfict ini.

DON'T LIKE DON'T READ!

Enjoy reading! :)

.

.

.

.

Dengan tergesa-gesa ia menapaki kaki disepanjang koridor, sesekali menolehkan kepala kesetiap ruang kelas yang dilewatinya. Nihil. Tak ditemuinya juga sosok tinggi, berkulit gelap dengan surai dark blue yang dicarinya. Momoi Satsuki—sosok yang sejak tadi mengelilingi sekolah—hanya menghela nafas pasrah. Selalu seperti ini. Bahkan sejak kekalahannya di Winter Cup tahun lalu, laki-laki itu, Aomine Daiki, samasakali tidak berubah. Walau tidak samasekali juga. Sesekali laki-laki itu akan datang ke Gym dan berlatih bersama anggota basket yang lain. Ingat, hanya SESEKALI. Setelah itu ia akan lenyap entah kemana. Tidur disuatu tempat atau asik membaca majalah yang berisikan gadis-gadis seksi berbikini.

"Satsuki-san? Sedang apa? Wajahmu pucat sekali.."

Gadis itu menoleh dan tersenyum simpul. "Sedang menjalani rutinitas. Ya kautahulah, mencari si idiot mesum itu. Wakamatsu-senpai mencarinya sejak tadi." Jelasnya yang hanya disambut kekehan teman sekelasnya itu.

"Kau sangat perhatian sekali padanya. Kau juga tahu semua tentangnya, dari luar maupun dalam. Apa kalian sedang kencan?"

Momoi menyambut pertanyaan temannya itu dengan tawa. "Manamungkin," ujar Momoi disela-sela tawanya. "Kau tahu sendiri bahwa laki-laki yang mampu memikatku hanya Tetsuya-kun." Momoi membayangkan wajah Kuroko Tetsuya, pemain keenam di tim basket chugakko-nya dulu.

"Lalu kenapa kau malah sekolah disini, bukannya di Seirin Gakuen?"

"Awalnya aku memang ingin mengikuti Tetsuya-kun kesana.." ujarnya. "Tapi untuk sekarang, aku masih belum bisa meninggalkan Dai-chan sendirian."

Gadis yang menjadi lawan bicaranya itu mengerutkan dahi. "Apa karena kalian sudah terbiasa selalu bersama sejak kecil?"

Percakapan itu terhenti dengan adanya bunyi yang berasal dari ponsel Momoi. "Moshi-moshi.." Jawab Momoi. "Ah, souka? Baiklah aku segera kesana." Momoi memutuskan sambungan telfonnya. "Sepertinya Wakamatsu-senpai sudah menemukannya. Kalau begitu aku duluan, jaa~"

.

.

Agak tergesa-gesa Kuroko Tetsuya menyusun beberapa buku sesuai abjad disetiap rak, walau ekspresi wajahnya tidak menunjukkan demikian. Inilah rutinitasnya selain menjadi anggota klub basket andalan sekolahnya yang meraih juara di kejuaraan Winter Cup tahun lalu. Menjadi anggota komite perpustakaan sekolah yang bertugas merapikan buku dan menjaga kebersihan perpustakaan. Ia bisa saja meminta bantuan pada anggota komite yang lain. Hanya saja, mereka sudah pulang lebih dulu daripada dirinya. Mungkin mereka kira tidakada siapapun lagi di perpustakaan. Inilah resiko memiliki hawa keberadaan yang tipis. Ada, namun seperti tak tampak. Tapi Kuroko bersyukur, karena hawa keberadaannya yang tipis inilah ia beserta klub basketnya meraih juara pertama Winter Cup.

"Kuso." umpatnya.

Didongakannya kepala melihat rak-rak kosong yang berada diatasnya. Tidak terlalu tinggi, tapi tetap saja ia tak bisa dicapai tanpa bantuan tangga. Sayangnya, ia tidak tahu kemana tangga itu diletakkan. Kuroko akhirnya menjijit, berusaha mencapai rak tersebut dan meletakkan buku-buku ditangannya, tapi percuma. Ia terdiam sesaat, memutar otak untuk mencari cara agar ia segera menyelesaikan tugasnya agar bisa segera berlatih di Gym.

"Kau pasti membutuhkan ini."

Kuroko menoleh. Seorang gadis menyodorkan sebuah tangga pada Tetsuya. "Aku menemukannya di sudut perpustakaan."

"Arigatou." Ujarnya sambil menoleh menatap sosok dibelakangnya. Ia segera memposisikan tangga, menapakinya, dan meletakkan buku dirak yang sulit dicapainya.

Gadis itu—yang membantunya meletakkan buku—tersenyum. "Konichiwa Kuroko-kun! Kau belum pulang?"

"Mereka tidak tahu kalau aku masih ada disini, Rozu-senpai."

"Hawa keberadaan yang tipis tentu saja.." gadis itu mangut-mangut. "Ada lagi yang bisa kubantu?"

"Iie. Arigatou." Ujarnya sekali lagi.

"Douita." balas gadis itu.

Kuroko mengamati gadis itu sesaat. Bohong jika ia bilang tidak tertarik dengan gadis didepannya itu. Tentu saja tertarik disini hanya sebatas kagum, tidak lebih. Dengan rambut ikal hitam sebahu, mata yang bewarna senada dengan rambutnya, juga bulu mata yang lentik, hidung mancung, dan kulit putih mulus. Memang pantas jika gadis didepannya ini menjadi idola baik diangkatannya maupun kohai dan senpai.

"Rozu-senpai sendiri kenapa datang kemari?" tanyanya mengingat perpustakaan hampir tutup.

"Aku ingin mengembalikan ini." gadis itu mengacungkan sebuah buku ensiklopedi yang dipinjamnya. "Aku masih bisa meminjam yang lainnya, bukan?"

Kuroko mengangguk. "Itulah gunanya perpustakaan."

Menurut laki-laki bersurai skyblue itu, Harasawa Rozu adalah gadis yang sopan nan santun. Jarang sekali ia bisa menemui gadis seperti Harasawa Rozu ditengah era modern seperti sekarang. Ramah, lembut, periang, memiliki warna rambut hitam alami tak tersentuh cat rambut apapun, dan memiliki tutur kata yang baik.

Kuroko mengerjapkan mata sesekali saat tangan Rozu melambai didepan wajahnya.

"Kau melamun." ujarnya pendek. "Tidak latihan?"

Kuroko tersedar dari lamunannya dan mengangguk. "Ah, kau benar. Mari, kita keluar bersama."

Kuroko dan Rozu keluar bersama-sama dari perpustakaan. Mereka berbincang-bincang sejenak. Tak lupa diselingi tawa Rozu. Setelah Rozu sampai di depan gerbang sekolah, Kuroko pamit dan bergegas menuju ke gymnasium. Ia tidak bisa membayangkan pelatihnya itu menghukumnya karena datang terlambat. Mungkin dia tidak akan keluar dengan utuh dari gymnasium.

"OI! Kenapa lama sekali?!"

Lamunan Kuroko terpecah saat melihat Kagami berjalan kearahnya sambil memegang bola basket ditangan.

"Sumimasen, aku baru saja dari perpustakaan."

Kagami hanya mengangguk. "Kalau begitu ayo latihan! Hanya sekali mendapatkan juara di Winter Cup tidak membuatmu tinggi hati'kan?"

Kuroko tersenyum samar, "Tentu saja tidak. Justru sebaliknya." Setelah meminta maaf pada pelatihnya—yang tentu saja terkejut dengan kehadirannya—Kuroko menuju ruang ganti dangan pikiran masih tertuju pada Rozu. "Dia tidak asing. Tapi dimana aku bertemu dengannya?"

.

.

"Daiki kau sudah pulang?"

Laki-laki itu hanya menjawab dengan anggukan dan langsung duduk diruang makan.

PLAKK!

"Ittai! Kenapa memukulku?" laki-laki berambut darkblue itu mengeluh.

"Setidaknya kau mandi dulu. Aku tidak ingin punya anak hitam yang dakian. Mandi sana!" perintah wanita paruh baya yang memiliki rambut darkblue seperti dirinya.

Aomine Daiki hanya bersungut-sungut malas dengan segera menuju kamarnya dilantai dua. Ia meletakkan tasnya disembarang tempat dan bersiap mandi. Saat ia sedang melepaskan kaos yang berbau keringat, tubuhnya tiba-tiba bergerak dan berjalan menuju lemari didepannya. Ia membuka lemari itu, kemudian mengambil kaus secara sembarang. Saat akan menutup lemari sebuah benda terbungkus plastik jatuh.

"Mawar?" Aomine memungut benda itu. "Untuk apa aku menyimpan bunga layu?"

"Hei, mau makan atau tidak? Ayahmu nanti menghabiskan makan malammu loh." Ujar Ibunya yang muncul dari balik pintu.

Daiki melempar mawar layu itu kesembarang arah dan menggaruk kepala belakangnya yang tidak gatal. "Aku akan segera turun."

To Be Continued

Bagaimana? Semoga ceritanya tidak mengecewakan. Klik riview dibawah jika readers berkenan untuk menyampaikan saran, kritik (yang tidak kasar tentunya), atau yang lainnya. Arigatou gozaimasu~