SUMARRY:Their adventure at Hogwarst!RnR?
WARNINGS:Typo(s), Sedikit gaje, slight dramione, and italic and bold words is flashback.
Time:Tahun ke-enam.
Harry Potter and other characters is JK Rowling's, no money made from here, just for fun.
Chapter One;Hot and Cold.
Ginny's POV.
Menunggu, lalu menunggu lagi, dan terjadi setiap hari, minggu, dan bulan, bahkan aku tak punya kuasa untuk merubah takdir hanya bisa ada kejelasan, aku serasa berjalan dalam ruangan gelap, tanpa pencahayaan sama harus meraba-raba, mana jalan yang harus , kalau aku bisa bilang, aku sangat lelah.Sangat.
Hari ini aku melihat Harry bermain quidditch bersama kakakku, dan Hermione hanya duduk di bangku penonton, tersenyum sebentar, lalu kembali kepada tersenyum melihat mereka bertiga, benar-benar persahabatan yang terikat abadi, dan harus kuakui, aku sedikit iri, dan kadang berandai-andai, kapan aku dapat bersama mereka, bercanda tawa, berbagi beban, dan melakuakan petualangan seru dan juga menakutkan.
Aku tak meyadari selama ini—ralat, tidak pernah tahu seberapa kerennya dia menaiki fireboltnya, menembus angin, membuat rambut coklatnya yang sedari dulu berantakan lebih berantakan lagi, mata hijau emeraldnya yang menatap lurus kedepan, dan betapa manisnya ia ketika tersenyum.Bloody hell!
"Hei, gin, mengapa kau melamun?" kata Dean Thomas sambil menepuk ya, Dean Thomas adalah pacarku, untuk sementara.
Aku memberikan penekanan pada kata 'sementara' karena bagaimanapun aku berusaha lari dan kabur dari kenyataan, tapi tetap saja hatiku terpatri kepada seorang Harry Potter, The boy who lived, dan lain sebagainya, aku tidak pernah perduli apapun sebutan untuknya, namanya akan selalu terukir didalam hatiku, selamanya.
"ah, tidak, aku hanya sedang memandang langit biru, benar-benar sangat indah Dean."
Aku membuat alasan, Dean adalah tipe pacar yang posesif, tapi ia sangat baik dan sebenarnya jauh didalam hatiku aku hanya menganggapnya sebagai figure kakak laki-lakiku yang ke-tujuh dan tak pernah lebih dari itu.
"kau jangan membuat alasan yang tidak-tidak, sudah jelas cuaca sedang mendung gin, bilang saja kau sedang mengamati Harry Potter."
Aku mendengus kesal, aku tidak suka dituduh dan dihakimi begitu saja. tetapi Dean memang benar, aku tidak bisa lari dari kenyataan, aku memang suka—ralat cinta kepada Harry Potter, perasaan yang benar kepada seseorang yang salah, aku menyesali itu, menyesali semuanya bahkan, menyesali; kenapa ia harus bertemu dengannya di King Cross dan langsung jatuh cinta padanya, kenapa ia masih saja mencintainya, padahal selama ini ia tak pernah dianggap, kenapa sampai sekarang Harry tidak mengerti perasaannya, kenapa—
Belum sempat aku melanjutkan pemikiranku, air mata sudah merengek untuk keluar, masih bisa dibendung, tapi aku yakin itu hanya sementara.
"aaa-kku perr-gii dddu-llluu" kataku terbata-bata, sambil berlari, meninggalkan Dean yang membeku disana, air mata terus keluar, dan akupun menenangkan diri sejenak di toilet myrtle, memang bukan tempat yang baik untuk menenangkan diri, tapi hanya toilet myrtle yang berada didekatnya, lagipula di toilet itu ia dapat menangis sepuasnya(meskipun ada sedikit lengkingan, dan cemoohan myrtle).
Harry's POV.
Hari ini hari yang sangat ia merasa hatinya sudah melawan tuannya sendiri. Entah kenapa melihat Ginny Weasley bermesraan dengan Dean Thomas membuat hatinya sakit, sakitnya sama seperti mantra crucio yang dipadukan dengan avada kedavra. sangat sakit. Ia tak tahu perasaan ini apa, mengapa, dan kenapa harus seorang Ginny Weasley, adik dari sahabatnya Ron, dan Ron sangat protektif kepada adik perempuanya itu.
Pernah, suatu hari saat kunjungan hongsmeade, Ron memberi nogat muntah dan permen menggelitik yang ia beli di toko George&Fred untuk 2 murid Revenclaw tahun keempat, sejak kejadian itu aku jadi agak ngeri kepada saja aku menyakiti adiknya, aku pasti akan dikubur hidup-hidup tanpa kompromi, aku bergidik ngeri membayangkannya.
Aku memilih bermain quidditch, yeah, sebenarnya aku hanya terbang bebas bersama Ron, Fireboltku sudah lama tak dimainkan, lebih baik aku menggunakannya untuk mengusir pertanyaan-pertanyaan yang mengganggu jiwa ragaku sejak tadi pagi, tentang Ginny, dan—, aku tak ingin menyebutkan namanya, nama orang terkutuk itu.
Sekilas aku melihat Ginny, dengan mata coklat indahnya itu menatapku dengan tatapan takjub, rambut panjangnya yang berwarna merah menyala khas seorang Weasley itu bergerak sesuai arah angin, seakan-akan angin sedang membelai rambutnya, dan senyumannya…, for heaven sake! Apakah kau melihatnya?Senyumannya sangat manis, dan aku sempat tersenyum memperhatikannya dari ujung kelopak mataku.
Namun senyum itu lama-lama menguap, kini aku panas dingin melihat Thomas berbicara dengan Ginny, tampaknya serius, mungkin Thomas sedang memergoki Ginny mengamatiku, lalu ia menuduh Ginny yang aneh-aneh, dan—Oh Tidak!
Apakah aku baru saja melihat bulir-bulir air mata keluar dari mata cokelatnya itu?
Iya, aku tak salah lihat.
Ginny berlari meninggalkan Thomas yang membeku disana, bahkan Thomas terlalu pengecut, bahkan ia tak mengejar Ginny, ia hanya terdiam membeku disana.
Aku perlahan turun dari fireboltku, Ron dan Hermione mamandangku kebingungan, aku tak tahu, rasanya ada sesuatu yang memanduku, aku berhenti di depan toilet myrtle, dan mendengar sesorang terisak disana, aku hanya menguping, aku tak ingin mengganggunya.
"Astaga, Ginny yang bodoh!Kenapa kau menangis disini sayang, aku sempat terganggu apakah kau tahu?" cemooh myrtle.
"aku tak berniat mengganggumu, hanya saja ini tempat terdekat yang cukup sepi, so aku berlari kesini." Jawab Ginny, yang masih terisak. "Maafkan aku myrtle, hanya saja perasaanku sedang kalut, aku hanya butuh menenangkan diri sebentar." Sambungnya.
"Baiklah, alasan Ginny sudah , siapa yang membuatmu menangis? Dean Thomas eh?"
Kata-kata myrtle membuat tubuh dan telingaku lebih waspada, siapa tahu aku mendapatkan jawaban dari semua pertanyaanku.
"tidak, sesungguhnya aku hanya menganggap Dean sebagai figure kakak laki-lakiku, tidak pernah lebih myrtle."jawabnya datar.
BINGO.
Tepat seperti apa yang aku aku sudah merasa agak lega, salah satu pertanyaan yang paling mengganggu sanubariku sudah terjawab, kini sudah saatnya pertanyaan lain aku lebih fokus lagi.
"Lalu sebenarnya siapa yang menyakiti hatimu, sampai-sampai kau terisak disini?" Tanya myrtle agak kesal.
Ginny menarik nafas sebentar dan mengeluarkannya lalu tersenyum sebentar, lalu memulai penjelasannya.
"laki-laki dengan mata hijau emerald, yang memiliki senyum termanis di dunia, laki-laki yang sudah kucintai sejak pertama kalinya melihat dia di king cross, laki-laki yang sangat gagah berani, laki-laki dengan rambut coklatnya yang berantakan, laki-laki yang sangat menakjubkan, yang selalu muncul di setiap bunga tidurku dan aku menangis disini, karena aku telah menyadari kenyataan yang sangat tragis, karena dia pulalah laki-laki yang menghancurkan hatiku, sampai porak poranda."
"Kau tidak sepenuhnya menjawab pertanyaanku Ginny." Myrtle mendengus kesal, Ginny hanya tersenyum sayu.
Aku tercengang mendengar deskripsi singkat 'laki-laki itu', Ginny menjelaskannya dengan nada suara yang bergetar, tumuhnya terguncang hebat, tampaknya ia sudah akan mengeluarkan air mata lagi ketika mengingat 'laki-laki itu'. Aku harus mencarinya, dan kuhajar samapai babak belur!Tanpa aku sadari, aku sudah mengepalkan tangan.
Pertanyaanku kini bertambah.
Siapa 'laki-laki itu' sebenarnya?
-TBC-
A/N:Gimana FF-nya?Gaje yak.-. ini ff pertama aku, secepat mungkin di-update!Ayo review, saran&kritik yang membangun diterima kok:) Silent readers?Diterima!:)
