Jadi, ini adalah sebuah kisah yang sederhana dan biasa saja. Hanya menceritakan tentang sebuah kehidupan yang membingungkan bagi sekelompok anak remaja. Mereka tak saling mengenal satu sama lain, hanya kebetulan saja tak sengaja saling berkenalan. Namun, walaupun sekarang mereka saling berkenalan, bukan berarti mereka dekat. Sekolah mereka pun berbeda-beda, hanya saja jarak sekolah mereka memang dekat, dalam satu kompleks malahan.

Baiklah, mungkin ada baiknya jika di ceritakan dari awal saja bagaimana pertemuan mereka hingga berakhir seperti apa mereka nantinya.

-[xXx]-

Tittle : Serafu Art School

(judul sama jalan cerita sebenarnya tidak nyambung, tapi ya sudahlah...)

Rated : T

Genre : akan di usahakan untuk Humor 100%, yang pastinya Friendship, Romance jika perlu

Disclaimer : seluruh pemain saya pinjam dari mas Takaya Kagami, mohon maaf jika saya tak sempat ijin dia terlebih dahulu

Note : Happy Reading!

-[xXx]-

Di suatu pagi yang cerah, matahari bersinar dengan indahnya tanpa ada setitik awan pun yang menghalangi laju sinarnya, burung-burung beterbangan bahkan bernyanyi dengan riang gembira, kakek-nenek nampak sedang berjalan-jalan untuk menguatkan tulang mereka yang hampir keropos. Namun, semua keindahan pagi in kandas ketika...

BRAK!

"Yuichiro Amane! Mau sampe kapan kamu tidur terus, ha!?" teriak seorang ibu-ibu dari salah satu rumah sederhana, membuat alam yang indah di pagi ini rontok seketika.

Yuichiro dengan ogah-ogahnya mengintip mamanya yang sedang berkacak pinggang di ambang pintu. Remaja ini kemudian menutup kembali dirinya dengan selimut.

"Astaga anak ini!" si the mama masih saja mengomel-ngomel dengan sadistisnya. "Kamu pikir ini sudah jam berapa!? Ayahmu sudah berangkat dari tadi...!"

Wanita yang berstatus sebagai mama dari Yuichiro ini menarik paksa selimut yang digunakan buah hatinya. Ia kemudian membuka korden bahkan jendela kamar tersebut agar angin pagi masuk mengisi pengapnya ruangan ini.

Yuichiro terduduk kaku di kasur, garuk-garuk kepala bahkan angop lebar. "Jam berapa sekarang, ma?" tanyanya tak pake dosa.

"Malah bertanya!?" si mama mengambil jam kecil yang bertengger di meja belajar Yuu, kemudian melemparkannya dengan asal-asal ke arah si remaja. "Lihat saja sendiri! Pokoknya mama gak mau tahu, jangan sampe kamu telat!"

Dan BRAK! Wanita ini kembali menutup pintu kamar dengan kasarnya.

Remaja Amane ini garuk-garuk mata menatap kepergian mamanya. Ada apa dengan dirinya? Kok marah sampesegitunya? Yuu kembali mengalihkan pandangannya menatap jam yang tadi dilempar mamanya.

Eng... Pukul... 07.11 AM

"APA!?" teriak YuichiroAmane hiperbolis.

Remaja ini langsung loncat dari kasurnya menuju kamar mandi. Gak pake mandi, cukup cuci wajah sama sikat gigi juga sudah oke kok. Ia segera ganti seragam, gak pakai sisiran rambut segala karena pada dasarnya rambut mas yang satu ini tak bisa untuk disisir. Maksud?

Dengan langkah sejuta badai, remaja ini mengambil tas dan langsung berlari sekuat tenaga keluar rumah. Gak pake sarapan, gak pake salaman sama mama tercinta. Angin berembus kencang sekali ketika Yuu berlari, membuat segala yang ia lewati terbang berhamburan ke mana-mana. Jemuran orang, rok wanita, tong sampah, bahkan rambut palsu pak klimis.

Oke, lupakan! Yang pasti mas Yuichiro ini lagi buru-buru abis. Upacara penyambutan tahun ajaran baru akan segera di mulai pukul 08.00 AM nanti. Sebagai siswa yang setengah-setengah teladan, mana maulah dia terlambat pada hari seperti ini.

Well, jarak sekolah dengan rumah tak terlalu jauh. Dengan jalan kaki bisa menghabiskan waktu sekitar 60 menit lebihlah, kalo naik bus sekitar 30 menit. Jalan dari rumah ke halte sekitar 10 menit, tapi jika melihat Yuu yang berlari dengan tak karuan seperti itu, mungkin ke halte bisa 3 menit doang. Pelari andal dan tangguh kok memang si Yuu ini.

Yuichiro melihat jam digital yang melingkari pergelangan tangannya. Pukul 07.25 AM, kalo naik bus dia bisa sampe sekolah tepat pada waktunya sebelum upacara dimulai.

Halte sudah terlihat di ujung jalan sana, remaja ini segera menambah kecepatan berlarinya. Wajahnya tampak berbinar-binar ketika terdapat bus yang masih ngetemnunggu penumpang. Untunglah masih bisa dapet bus, jadinya ia tak perlu buang-buang waktu untuk menunggu.

Namun...

"Maaf, dik. Bisnya penuh!" ucap salah satu petugas halte yang tampak kesusahan menutup pintu bus saking penuhnya penumpang di dalam.

Bus akhirnya melaju dengan oleng-oleng, kebanyakan penumpang membuat si bus kesusahan untuk bergerak. Remaja Amane ini menyenderkan punggungnya galau, ujung-ujungnya dia harus menunggu bus berikutnya yang entah akan datang kapan. Kalo kata petugas wanita yang berada di halte, "Bus yang mengarah ke SerafuArt School? Mungkin sekitar 45 menit lagi, dek."

Buju begile! Empat puluh lima menit itu bukan waktu yang cepat! Masa dia harus lari ke sekolah sih? Patah sudah ntar kakinya jika dipaksakan untuk berlari! Atau naik taksi?

Oh astaga, Yuichiro itu anak sederhana yang tak punya terlalu banyak uang. Apalagi kebanyakan pengemudi taksi itu suka main-main dalam mengantarkan penumpang. Bilangnya ke Serafu Art School, ntar malah di ajak keliling dulu biar argonya meningkat drastis.

Kata orang-orang, SAS (Serafu Art School) itu adalah sekolah elit soalnya banyak sekali siswa-siswi terkenal bahkan beberapa putra-putri bangsawan juga menuntut ilmu di sana. Jadilah otomatis, orang-orang mengira jika penghuni SAS sebagian besar itu manusia-manusia berduit. Padahal yo kagak atuh! Ada juga beberapa siswa-siswi yang tidak berduit. Mungkin salah satunya si Yuichiro ini.

Ah, sudahlah!

[1 jam 14 menit 39 detik kemudian]

"Apanya yang datang sekitar 45 menit kemudian!? Sial! Ini sudah melewati batas maksimal, tahu!" gerutu remaja yang tak lain dan tak bukan adalah Yuichiro.

Remaja ini membungkukkan badannya, lelah karena tadi habis berlari ketika bus yang ditumpanginya mogok dengan tidak terhormatnya. Mana tadi dia harus menunggu sekitar 59 menit sebelum bus datang, kemudian di tengah jalan malah mogok, jadilah dia berlari dalam sisa perjalanannya menuju sekolah. Padahal jaraknya masih lumayan jauh loh.

Dan sekarang? Pukul 09.03 AM

Ini sih sudah melewati batas maksimal orang telat! Lalu bagaimana? Pulang? Apa tujuanmu sekarang duduk disisi-Nya? Medusa alias the mama di rumah tak akan segan-segan menjadikan remaja ini dango kalo dirinya ketahuan bolos sekolah. Kalo bolos saja jadi dango, lalu kalo telat jadi apa? Padahal statusnya sekarang sudah menunjukkan dia sebagai siswa telat.

Tidak! This isn't the end! Bolehlah judulnya Seraph of the End, tapi itu bukan berarti the end nya bakalan secepat ini. Masih banyak jalan menuju Roma! Pelan-pelan saja, nanti juga bakalan ketemu jalan keluar dari permasalahan ini kok.

Otak berpikir keras! Berpikir! Berpikir! Dan, now he found it!

Yuichiro dengan perlahan bersembunyi di balik pepohonan, mengamati ke arah gerbang utama. Jalan ini sepertinya tidak aman, di sana ada Bu Mito Jujo salah satu guru olahraga di SAS. Cih, habis sudah jika ketahuan beliau! Sebaiknya cari jalan lain!

Remaja ini segera membalikkan badannya, berjalan dengan perlahan menempel pada dinding. Ini supaya tak ketahuan. Ia terus berjalan hingga tiba pada bagian belakang sekolah. Daerah sini pastilah aman, tak mungkin ada guru yang mau-maunya ke tempat di bagian belakang sekolah.

Dari sini jika manjat akan sampe pada ruang latihan untuk kelas peran, tapi tujuan Yuu adalah ruang praktiknya. Paling tidak, dia harus stay di sana hingga bel masuk untuk pertemuan dengan wali kelas berbunyi. Nanti jika di tanya kenapa tidak ikut upacara, bilang saja jika tidak enak badan makanya tidur di ruang praktik, setidaknya dia tak akan ketahuan jika telat. Ide yang cukup cemerlang, bukan?

Namun permasalahan sekarang adalah bagaimana cara si Yuu ini naik ke tembok yang tingginya hampir mencapai 3 meter ini? Kalo tinggi tembok sekitar 2-2,5 meter sih, si Yuu ini gak masalah. Lah kalo 3 meter!? Dia manusia normal sekarang, lompat tinggi itu bukan lagi skill dalam dirinya.

"Sial, apa tidak ada bangku atau pohon gitu?" Remaja ini celingak-celinguk, namun nihil, ia sama sekali tak menemukan apa pun untuk membantunya memanjat.

Si tembok juga kelewat mulus tak berlecet, yang bisa manjat tembok macam begini kalo bukan spiderman paling juga lizardman. Apa pula itu?

Yuichiro mulai pasrah sepertinya. Ini tidak bagus! Kesialan yang ia alami hari ini sangat tidak masuk akal, seperti sudah direncanakan oleh seseorang (mungkin author). Hingga...

DUK! Seseorang menyenggol dengan kerasnya bahu si remaja Amane ini.

"Son of a...! Matamu di mana, hah!?" bentak seorang remaja dengan kasarnya.

Sialan, yang nyenggol siapa!? Kenapa jadi si Yuu yang dibentak-bentak?

"Harusnya aku yang bertanya begitu, kacamata!" Yuu balik membentak, gak mau kalah sama remaja tinggi bersurai pink dan berkacamata itu.

"Minggir kau! Saat ini aku tak punya waktu meladeni mu!?" Remaja itu mendorong tubuh Yuu agar menjauh dari si tembok.

Remaja Amane ini menatap kesal, wtf with this guy!?

Sekilas manik hijaunya menatap ke arah seragam remaja bersurai pink tersebut. Kemeja berwarna biru tua dengan celana hitam? Seragam anak seni lukis rupanya, ngapain dia di sini? Apa telat juga?

Remaja bersurai pink itu berusaha melompat meraih ujung atas tembok, namun hasilnya agak tak memungkinkan. Walau pun dia tinggi layaknya tiang telepon, tapi tetap saja, itu hal yang mustahil, bebs!

Yuichiro sedikit menarik ujung bibirnya, "Hehe!"

Remaja itu melirik, "Apa senyam-senyum!?"

"Telat ya? Duh, hari pertama kok sudah telat begini?"

"Kau sendiri!?"

"Weits, saya punya alasan kenapa terlambat ya..."

"Kalo begitu aku juga punya alasan kenapa terlambat, dasar idiot!"

"Kenapa gak lewat gerbang depan? Pake alasanmu itu dan kau akan dibebaskan dari hukuman keterlambatan kan?"

"Kau saja sana! Aku masih sayang nyawa!"

"Tapi tenang saja, aku bisa memberi tahu cara efektif untuk memanjat ini..." terang remaja Amane ini sembari melangkah mendekati si remaja berkacamata. "Mau tahu?" tanyanya sambil mengangkat-angkat kedua alisnya.

"Cepat beritahu!" Remaja bersurai pink itu menarik kerah seragam si Yuu.

"Slow! Jangan main kasar dulu dong, mas!"

Remaja itu terpaksa melepaskan genggamannya, ia sedikit mendorong kemudian menatap Yuu kesal. "Cepat katakan!"

"Ehem, baiklah! Ini mengenai kecepatan..." terang Yuu pelan-pelan. "Dari arah sana." Jari telunjuk menunjuk ke arah tiang lampu di pinggir jalan. "Jika berlari dengan sekuat tenaga, lalu lompat sekitar 2 meter sebelum tembok, maka kau akan bisa segera meraih ujung tembok. Mudah kan?"

"Begitukah? Hal ini tak terpikirkan olehku. Kau walau tampang bodoh tapi otak masih kerja juga!" ucap remaja berkacamata itu sarkasme. "Oke, akan segera kucoba!" Remaja ini kemudian hendak melangkah pergi.

"Et, tunggu!" tahan Yuu tiba-tiba.

"Apa lagi!?"

"Tali sepatumu lepas, bisa berbahaya jika berlari dengan keadaan tali tak terikat."

"Ah, ya! Kau benar!"

Remaja berkacamata itu menundukkan badannya berlutut di bawah untuk membenarkan tali sepatunya. Yuichiro yang merencanakan semua ini tentunya tak membuang kesempatan secara cuma-cuma. Maka dengan segera, remaja Amane ini menginjak punggung si remaja bersurai pink itu dan melompat meraih tembok atas. Wuih, pijakan yang sempurna.

Dia yang merupakan korban pijakan, tentu saja terkejut. "Sial, apa-apaan kau!?" bentaknya menatap Yuu yang sudah berada di atas tembok.

"Ehehe, terima kasih ya! Adios, nigga!"

Yuichiro segera turun dari atas tembok ke bagian dalam sekolah, tak peduli dengan tembok luar yang sedang mengumandangkan protesan dari si remaja bersurai pink itu. Setidaknya dia bisa masuk ke dalam sekolah tanpa musti lewat gerbang depan.

"Haha, untunglah!" ucap Yuu bangga plus lega.

"Apanya yang 'untung', Amane?" Suara berat seseorang menginterupsi.

Hiaiks! Seketika, bulu kuduk remaja ini terangkat semua. Ia takut menghadap ke sumber suara, takut jika yang bersuara itu makhluk jejadian. Tapi enggak kok, makhluk ini bukan makhluk jejadian.

"Kenapa kau bisa ada di sini, BakaGuren!?" teriak Yuulebainisme.

"Sopan sekali kau terhadap gurumu sendiri, ha!?" Pria dewasa yang semula menyandarkan punggungnya ditembok itu segera menghampiri si Yuu dan melayangkan pukulan mautnya tepat di kepala.

Remaja di luar tembok yang semula mau manjat, langsung urung begitu mendengar nama guru disebut-sebut. Bahaya! Mending segera kabur saja.

"Hei, Kimizuki! Segera panjat tembok ini dan menghadap di depan saya!" Terlambat! Si Guren sudah berkicau terlebih dahulu sebelum dirinya sempat melarikan diri.

This's bad! This's really really bad!

Menghadap tiang bendera sambil hormat adalah hal tergila dalam sejarah hidup YuichiroAmane, apalagi matahari sedang bersinar dengan terang plus indahnya. Bel akan berbunyi jam 12 nanti dan sekarang masih jam 10 tidak sampe, itu berarti mereka akan menetap di sini selama 2 jam!? Oh my, bisa gosong cepet mereka-mereka.

"Jadi..." seorang wanita cantik serta berbadan seksi oke berjalan di hadapan mereka sembari menulis sesuatu pada selembar kertas. "Yuichir oAmane dari School of Music, Shiho Kimizuki dari School of Art, dan Yoichi Saotome dari School of Perform? Kalian bertiga terlambat betul?" tanyanya yang tentu saja tak mendapat jawaban. "Baiklah, terlambat di hari pertama maka kalian mendapatkan 10 point. Tapi karena Amane dan Kimizuki tadi mencoba masuk secara paksa, maka akan ditambah 10 point lagi."

"Apa!?" teriak remaja Amane dan Kimizuki bersamaan.

"Ini tidak adil, Ms. Horn!" lanjut Shiho. "Saya ada alasan atas keterlambatan saya, jadi Anda tak bisa menambahkan point saya seperti itu..."

Wanita seksi yang dipanggil Horn itu menatap Shiho kasihan, "Astaga apa alasanmu, Shiho-kun?" tanyanya sembari membelai wajah sang siswa dan juga mendekatkan badan satu sama lain.

Yuu menatap jenuh, "Apa-apaan mereka?" gumamnya pelan.

"Ms. Horn guru bagian seni lukis sih, jelas saja jika mereka dekat..." ucap remaja yang bernama Yoichi. Matanya tak lirik samping, ia terus hormat sambil memperhatikan tiang bendera dengan seriusnya.

"Hoo, pantas! Ini tidak adil sepertinya!" Yuu ikut memperhatikan tiang bendera sambil hormat daripada lihat adegan menjijikkan di sebelah samping.

"Ya sudah, Shiho-kun... Nanti akan Ms. Horn diskusikan supaya pointmu berkurang, ya..."

"Terima kasih banyak, Ms. Horn. Saya menaruh harapan pada Anda!"

"Ibu permisi dulu ya. Kalian selamat berdiri!" ucapnya girang sembari melangkah pergi.

Remaja dengan nama keluarga Kimizuki menghela nafas singkat.

"Sudah mesra-mesraannya?" ledek Yuu.

"Sialan, ini semua tidak akan terjadi kalo bukan gara-gara kamu!?" bentak Shiho mulai memancing api biru.

"Apa salahku!?" tentang remaja bersurai gelap itu tak mau kalah.

"Mr. Guren itu guru bagian musik kan!? Jika saja gurumu itu tidak ada di tempat waktu itu, aku tidak akan berakhir seperti ini, bodoh!"

"Kau tak bisa salahkan aku seperti itu! Salahkan si BakaGuren itu kenapa dia sudah ada di situ!"

"Aduh, kalian jangan berantem dong..." Yoichi yang berdiri di tengah-tengah mereka berusaha melerai.

Dan mereka berdua pun diam, begitu suara imut-imut Yoichi terdengar.

Sial! Berdiri seperti ini sambil hormat pula, rasanya pegal juga ya? Mana matahari makin meninggi. Kepala Yuu seutuhnya sudah panas semua, sudah begitu rambutnya gelap, prediksi orang jika warna gelap itu akan lebih banyak menyerap panas matahari.

Begila ini namanya! Yuichiro hampir saja kehilangan keseimbangan, dia belum sarapan tadi, tenaga terkuras habis seutuhnya akibat lari-lari tidak jelasnya, sekarang harus lama berdiri seperti ini. Manusia normal biasanya sudah pingsan jika sudah seperti ini.

Namun...

"Lihat, Shinoa! Kekasihmu kena hukum tuh, padahal baru hari pertama loh..."

Yuichiro segera melirik ke arah sumber suara, di mana terdapat beberapa siswi yang berseragam sama dengannya, kemeja hitam dengan bawahan berwarna putih. Seorang gadis mungil dengan surai ungu menatap dengan tatapan datar.

"Amane itu bukan kekasihku..." ucap gadis mungil yang sepertinya bernama Shinoa itu dengan tegasnya. Seketika, dagu Yuichiro jatuh ke permukaan tanah. "Sudahlah, untuk apa melihat anak-anak yang dihukum? Tak ada menariknya!" lanjut gadis ini sambil berlalu pergi disusul oleh teman-temannya.

Bukan kekasihku? Itu kata-kata tersadis yang pernah YuichiroAmane terima dalam hidupnya. Gadis itu, ShinoaHiiragi namanya, iya dia memang kekasihnya. Dulu ketika musim sedang berbunga dengan indah, Yuichiro dengan gagah memberanikan diri menyatakan perasaan terhadap gadis itu.

Sebenarnya, menyatakan cinta terhadap gadis bermarga Hiiragiadalah tindakan kelewat berani. Tapi mau bagaimana lagi, namanya sudah suka sejak pertama bertemu, ya mau bagaimana lagi? Masa di pendam hingga busuk, tidak bagus untuk hati. Welleh!

Bicara soal Hiiragi? Tenri Hiiragi adalah pendiri Serafu Art School ini, bersama dengan dua orang bangsawan. Si Tenri Hiiragi ini kebagian mengurus bagian musik, alias tempat Yuununtut ilmu. Tenri itu bokapnyaShinoa, dengan kata lain si Yuunembak anak dari kepala sekolah. Kalo orang normal sih, mending mundur saja, cari mati jika berurusan dengan Hiiragi.

Tapi tidak untuk YuichiroAmane, sebelum dicoba dan tahu hasilnya ia tak akan mundur secepat itu. Keberuntungan ada di tangan mas Amane. Setelah menyatakan cinta, ShinoaHiiragi tak berkata apa-apa, gadis itu hanya menundukkan kepala menyembunyikan semburat merahnya. Perlahan, gadis itu mengangguk tanpa bersuara. Dan jadilah mereka jadian, simpel kan toh?

Namun tadi, kata-kata gadis itu betul-betul menusuk perasaannya. Ingin rasa ia berlari, meraih tangan mungil kekasihnya, dan meminta penjelasan. Tapi gak bisa, dia lagi dihukum sekarang. Tidak baik itu kabur dari hukuman.

"Huahaha...!" tawa Shiho tiba-tiba lepas.

Yuu melirik kesal, "Apa ketawa-ketawa!?"

"Kamu punya kekasih? Makan apa itu cewek sampe mau-maunya aja jadi kekasihmu?" ledek Shiho sambil terus tertawa lepas.

"Diam kau! Setidaknya aku punya kekasih!"

"Buuhh, jelas-jelas tadi dia bilang jika 'Amane itu bukan kekasihku!'. Apa itu bisa disebut sebagai kekasih!? Bahkan dia memanggilmu dengan nama keluarga! Putus saja sana mendingan kalian, buahaha...!"

"Berisik! Kau cari gara-gara denganku, ha!?"

"Boleh, gak takut saya!"

"Aduh, kalian bisa tenang sedikit tidak sih?" Yoichi kembali bersuara. Remaja ini mulai menggoyang-goyangkan badannya ke kanan, kiri, depan, belakang.

Yuu maupun Shiho memperhatikan gerak-gerik remaja Saotome itu dengan hati-hati. Ada apa dengannya? Apa jangan-jangan...

"Aah..." Yoichi ambruk dengan cantiknya ke arah belakang, kayak seorang siswi yang syok setelah baca pengumuman kalo sekolahnya bakal ditutup. (baca: HonokaKousaka)

"Huaa...!" Kedua remaja yang berada disisi-sisi si Yoichi segera menopang tubuhnya dengan tangan mereka, mengusahakan agar dia tidak jatuh ke permukaan tanah.

NoritoGoshi, salah satu guru yang kebetulan lewat, segera menghampiri ke tempat kejadian perkara. YoichiSaotome pun segera dilarikan ke ruang kesehatan terdekat, sebelum kesehatannya makin memburuk. Akibatnya, YuichiroAmane dan juga ShihoKimizuki pun terbebas dari hukuman terlambat mereka.

Oh, malaikat pingsan YoichiSaotome telah membebaskan mereka dari belenggu yang mengerikan. Btw, Yoichiitu dari sekolah peran, pingsannya tadi itu akting atau beneran ya? Kita tak akan pernah tahu...

Well, ini baru awal! Mungkin kisah mereka yang tak sengaja bertemu di tempat tak terduga ini baru akan dimulai sekarang. Entah berujung pada apa, setidaknya mereka harus saling tolong-menolong kan?

-[T.B.C]-

Terima kasih sudah menyempatkan diri membaca kisah ini. Silahkan jika ingin memberi kesan pesan, kritik pedas-manis saya terima.

See you in next chap~