Baiklah... Ini Fanfic pertama yang kupublish ke sini, hehehe... Tokoh utamanya adalah Tokugetsu-in dengan nama fiksinya Ando Misa, anak perempuan dari Ando Morinari, istri dari Takenaka Hanbei.

Nikmati ceritanya! ^_^


Kegelapan putih (Slumber Corpses another story)
Bagian 1

Entah mengapa aku merasa aneh...ayahku, Ando Morinari menatapku tajam...aku dapat melihat keinginan yang kuat dari kedua matanya.

"Misa...Kau harus segera menikah...umurmu sudah hampir kepala tiga. Aku tidak mau kau menjadi perawan tua."

Ayahku tahu aku termasuk wanita yang selektif dan ketat kalau dalam masalah pasangan hidup. Tapi kali ini dia seakan telah kehilangan kesabarannya.

Dan akupun memikirkan hal itu, namun aku akhirnya sukses dengan pikiran buntu dan kepala pening.

Aku memilih menghabiskan waktu di kedai teh di kaki gunung Inaba. Pemilik kedai teh itu, Bibi Ouma hanya melihatku dengan heran.

"Misa-chan, kau tampak bingung." katanya prihatin."Biar kutebak. Masalah jodoh, ya?"

Aku mengangguk." Obaa-san, ayahku ingin aku segera menikah...tapi entah mengapa aku paling bodoh dalam urusan memilih pasangan hidup."

Bibi Ouma mengangguk-angguk." Ah, ya...bagi kita, para wanita, jodoh memang hal yang memusingkan. Aku tidak bisa membayangkan..."

Kalimatnya terputus begitu ada sebuah suara menyapa kami berdua.

"Obaa-sama, Misahime-sama...saya senang ternyata kedai teh ini tidak kosong juga berkat kalian..."

Aku dan Bibi Ouma menoleh ke sumber suara. Tampak seorang pemuda berusia sekitar lima belas atau enam belas tahun berdiri di pintu kedai. Kimono putihnya menjulur hingga atas kaki. Rambutnya yang bewarna putih berombak mendesir tertiup angin sepoi-sepoi. Mata ungunya menatap kami dengan ramah.

Pemuda itu adalah Takenaka Shigeharu. Dia biasa dipanggil Hanbei. Dia anak tertua dari Takenaka Shigetomo. Di umurnya yang masih terbilang muda, dia sudah menjadi ahli strategi perang Klan Saito yang menguasai provinsi dia adalah kohai-ku sekaligus sahabat terbaikku.

"Hanbei-kun, tumben kau datang kemari." ujar Bibi Ouma."Kau tampak letih. Ada apa?"

Hanbei tertawa kecil."Ahaha, aku baru saja bertemu dengan Hiyoshi dan Toshimasu dari Klan Oda. Mereka teman baruku. Setidaknya mereka membuatku sedikit lega dari pekerjaanku sebagai ahli strategi perang Klan Saito."

Kami pun berbincang-bincang hingga malam. Setelah itu, Hanbei mengantarku pulang.

"Misahime-sama, aku ingin mengatakan sesuatu."

"Apa itu?"

"Nagohime-sama ingin menikah denganku."

Aku mendelik. Nagohime adalah rekanku. Dia senior Hanbei. Dan sebaya denganku. Apakah Hanbei memiliki sesuatu yang hebat sehingga ia menyukainya?

"Ohh...dan apakah kau menerimanya?"

"Tidak. Aku tidak menyukainya."

Sepertinya Nago salah memilih pemuda.

"Tapi aku akan tetap menikah." lanjut Hanbei mantap.

"Dengan siapa?"

"Itu rahasia, Misahime-sama."

"Kapan?"

"Lusa."

"Hmm...begitu, ya? semoga kau hidup bahagia, Hanbei-kun..."

Esok paginya, ayah tiba-tiba memberitahuku tentang suatu hal yang membuatku terkejut.

"Apa?! Aku akan menikah besok?"

"Ya. Dan sebaiknya kau mempersiapkan dirimu, Misa."

"Ayah, aku tidak bisa. Aku harus menghadiri pernikahan Hanbei besok."

Tiba-tiba ada seseorang yang mengetuk pintu. Aku lalu membukanya. Ternyata Hanbei.

"Hanbei-kun! Kau datang di saat yang tepat!" ujarku senang." Aku mungkin tidak dapat datang ke pesta pernikahanmu besok. Aku juga akan menikah."

Hanbei tampak terkejut."Ah, tidak apa, Misahime-sama. Anda tidak perlu mencemaskanku. Aku senang anda sudah punya pilihan pendamping hidup."

"Entahlah. Ayahku belum memberitahuku siapa pria yang akan menjadi suamiku itu."

"Hmm...mudah-mudahan calon suami anda termasuk pria ideal untuk anda."

"Ah, Hanbei-kun. Kau membuatku malu. Terima kasih."

Tahu-tahu ayahku datang dan segera memeluk Hanbei.
Segera saja aku merasa aneh dibuatnya.

"Ahh...Shigeharu-kun! Kau datang juga rupanya untuk melihat calon mertuamu ini." Ujar ayahku riang.

Tunggu dulu! Tadi ayahku berkata pada Hanbei kalau dia adalah calon mertuanya?

CALON MERTUA?

Berarti lelaki yang akan menjadi suamiku adalah...

Astaga! Ke...kenapa dia?

Hanbei dan aku saling menatap satu sama lain.

"Hanbei-kun, kau..." ujarku terbata-bata. Hanbei hanya tersenyum kecil melihatku.

Jangan katakan kalau ini benar...

"INI TIDAK BENAR, KAN?!"