KENYATAAN

.

.

.

.

Obito POV

antara aku dan kau...

kita masih punya satu urusan yang belum kita tuntaskan.

masing-masing dari kita selalu egois dengan pemikiran kita sendiri.

itulah mengapa antara aku dan kau takkan pernah saling mengerti.

kau tau itukan?

sedari awal kau taukan?

kita berbeda dari orang-orang yang menganggap kita serupa.

kita berdua mempunyai nama yang bernama 'harga'.

sebuah kata yang terus kita saling pertahankan.

kau di posisimu sebagai dirimu.

dan…

aku di posisiku sebagai diriku.

kita mengenal sebuah rasa.

membuat semuanya makin rumit.

tapi ketahuilah satu hal.

kita takkan pernah bisa untuk bisa saling mengerti.

tentang diri kita masing-masing, orang lain, bahkan dunia ini.

kita terlalu buta untuk melihat.

kita terlalu tuli untuk mendengar.

semua cemoohan yang sering kita lontarkan.

kau mengatakan aku kejam.

aku mengatakan kau baik.

apakah semuanya terlihat berbeda?

"tidak".

Itu sebuah jawaban dari diri kita masing-masing, secara jujur.

Aturan.

Aku ingat dulu kau selalu menjungjung tinggi bernama aturan.

Pelanggaran.

Kau ingat aku selalu menjungjung tinggi bernama pelanggaran.

Namun, kau tau kan jika kita memiliki satu persamaan.

"keinginan memiliki kekuatan yang membuat kita semakin terluka"

Dulu aku memang lemah, dan kau kuat.

Tapi sekarang berbeda.

Aku tak lemah, dan kau tak kuat.

Kita sama-sama berhenti di satu waktu yang sama.

Kita tak berjalan seiringan.

Kau berjalan ke depan, aku berjalan ke belakang.

Tapi….

Perasaan kita sama.

Kita sama-sama terluka dengan diri kita sendiri.

Kita melintasi waktu, mengenal berbagai macam orang.

Membuat kita menentukan pilihan.

Kau tau selama ini kita berhenti dimana?

….

END POV

"masa lalu dan kehidupan" jawab Kakashi.

"ya, kita berhenti di sana terlalu lama" Obito menyeringai senang.

Semuanya hanya diam. Naruto bisu untuk bersuara. Madara tak mengerti apa yang mereka berdua –Kakashi dan Obito- bicarakan.

"kau tau, Kakashi. Aku sekarang tidak lemah"

"o ya? Seberapa kau yakin dengan pemikiranmu yang seperti itu, Obito?"

Obito dan Kakashi tersenyum, membuat para shinobi, Madara ketakutan, para Hokage yang di bangkitkan kembali terutama Minato tak berani mengusik emosi ke 2 muridnya.

"kematian adalah hasil yang kita peroleh dari keegoisan kita" ucap Obito dan Kakashi bersamaan.

"kau tau, Kakashi?"

"hm?"

"selama ini aku setuju dengan pemikiranmu yang menganggap dunia ini hanyalah ….." seakan mengerti apa yang akan di ucapkan oleh Obito, Kakashi mengangguk.

"sebuah permainan bernama kehidupan"

"yah, kau benar. Jadi menurutmu apa kita harus saling menyerang untuk menyelesaikan urusan kita" Tanya Obito sambil tersenyum senang.

"kupikir tidak. Bagaimana jika kita saling bunuh membunuh satu sama lain? Itu adil bukan?" Kakashi mengangkat bahunya.

Obito tertawa puas sekali. Kakashi tersenyum dengan mata tajam.

Sedangkan orang-orang yang memperhatikan percakapan itu…

Menatap ngeri. Bahkan Madara yang saking muaknya mendengar percakapan itu, muntah.

Kakashi dan Obito kini saling berhadapan. Mereka menutup mata untuk memulai sebuah akhir.

Akhir yang menuntukan siapa mereka sebenarnya..

.

.

.

.

END