Gekidasa Daze!

Prince of Tennis milik Konomi Takeshi

Bagian 1 : Pertemuan Pertama


Bunyi bola tenis beradu dengan raket terdengar seperti ritme monoton yang menghipnotis. Di satu lapangan yang menghadap jalan, salah satu dari tiga lapangan outdoor yang dimiliki klub tersebut, orang-orang berkumpul dan mengobrol dengan suara rendah. Bahkan pertandingan di lapangan outdoor yang berhadapan dengan lapangan tersebut pun sempat terhenti—para pemainnya memutuskan menunda pertandingan mereka untuk menonton.

Shishido Ryo berdecak tak senang, seseorang menginjak kakinya. Walau memakai sepatu lapangan tentu saja jempol kakinya masih terasa sakit.

"Oh, sori,"

Si penginjak bergumam pelan. Menurut Shishido, tak ada niatan 'maaf' dari ekspresinya.

"Tch. Hati-hati," adalah jawaban yang dia pilih. Anak yang memakai topi Fila putih itu tak lebih tinggi dari bahunya, membalas dengan anggukan singkat lalu mengeloyor pergi tanpa menengok ke arahnya lagi. Shishido melihat kedua tangannya penuh dengan bawaan. Bahkan plastik belanjaan di tangan kirinya sobek di bagian bawah.

Dengusan di kanannya membuat Shishido menggumam galak, "Eh, Chotaro? Ketawa jangan ditahan lah!"

Bola menghantam pagar kawat dengan keras. Bekas hantamannya meninggalkan lekuk yang sangat ketara. Seseorang terpekik tertahan, terkejut, namun masih sanggup untuk menjerit jengkel, "Miura-san! Hati-hati dong! Kaget nih!"

Pemuda yang tengah bertanding di seberang lapangan hanya meringis sambil menundukkan kepala, lalu memasang tampang serius lagi. Tapi Shishido tak lagi mengawasi pertandingan karena anak yang tadi menginjak kakinya itu berhenti di tempat. Barang bawaan dari plastik yang sobek telah berceceran.

Anak itu menghela nafas panjang, meletakkan bawaan di tangan yang lain, lalu melepas topinya. Dia bergumam, "Aaah... panas!" sambil mengibaskan topi di depan wajah. Samasekali tidak memikirkan kaleng minuman dan botol pocari yang menggelinding di sekitar.

Shishido baru saja berpikir soal karma saat anak itu, pada akhirnya, membungkuk untuk memungut kaleng yang menggelinding paling jauh. Topinya telah dipakai serampangan menutupi kepala.

"Shishido-san?" Chotaro yang masih mengawasi pertandingan bertanya keheranan saat mendapati seniornya itu menungging di semak-semak belakang mereka. Muncul kembali dengan dua kaleng Fanta di tangan kiri.

"Lho?"

Shishido menunjuk dengan dagunya, "Punya dia," dan melangkah ke arah yang dia tunjuk.

Chotaro mengamati diam-diam saat partner double-nya itu menyerahkan hasil temuan pada anak bertopi Fila putih, lalu membungkuk memeriksa kantung plastik yang terbelah.

Sorakan keheranan mengalihkan perhatian Chotaro dari adegan tersebut. Wasit di lapangan berteriak geli, "Game and match! Miura Dean kalah empat game dari Atobe Keigo."

"Woi Azusa! Tak perlu diumumkan begitu lah."

"Kalah ya kalah..."

Bila saja Chotaro tidak teralihkan, dia akan melihat Shishido melepas jersey Hyotei-nya untuk menampung kaleng-kaleng minuman dan mengekor anak bertopi Fila putih tersebut ke area memancing.


Kalau bisa membela diri, dia—Shishido Ryo, bukan termasuk orang yang peka-sosial ataupun perhatian, sampai-sampai mengajukan diri membawakan belanjaan anak yang tadi membuat jempol kakinya berdenyut nyeri. Apa yang dia lakukan saat ini murni karena kasihan.

...dan lagi, demi titik hitam di bawah mata Atobe, tak ada yang membantu anak ini memunguti botol pocari kecuali dirinya! Ada apa dengan rasa kemanusiaan sekarang?!

Shishido hanya berharap tak ada anggota Hyotei yang memergokinya memakai jersey klub untuk wadah kaleng-kaleng Fanta. Tidak, setelah dia akhirnya mendapatkan tempat di tim regular dengan susah payah. Shishido mengekor patuh pada navigator di depannya. Mereka masih saling mendiamkan sejak keluar dari area lapangan tenis padahal kolam pemancingan sudah di depan mata.

"Ryooommaa! Sini sini pindah ke sini!"

Seorang wanita melambaikan tangan dengan antusias. Dia menunjuk-nunjuk pohon paling rindang di agak jauh dari tepi kolam dimana set piknik lengkap dengan alas terpal, kotak-kotak bekal dan termos telah ditata. Wanita itu menyambut mereka, mengangguk sekali pada Shishido yang masih menenteng Jersey berisi kaleng-kaleng Fanta.

"Siapa ini, Ryoma? Temanmu?"

Ryoma, anak bertopi Fila putih menggeleng singkat, "Orang yang membantuku membawa belanjaan."

"Kalau bilang tadi 'kan kau bisa minta Nanako menemani!"

Lelaki yang tidur-tiduran santai di terpal piknik menyahut enteng, "Itu hukuman karena kalah main game."

Si wanita mendesah lelah, "Kalian berdua ini... Ah, terima kasih sudah membantu ya Kak. Baru mau makan siang, ayo ikut gabung saja!"

Shishido menolak halus tawaran tersebut. Dia tadi pergi tanpa ijin, rombongannya mungkin saat ini sedang mencari. Anak topi Fila putih yang bernama Ryoma itu mengambil kaleng-kaleng Fanta dari jersey-yang-berubah-jadi-keranjang-dadakan Shishido. Mendekap semua kaleng di salah satu lengan.

"Eh? Kok Fanta semua sih, Ryoma?"

"Tch. Makanya jangan suruh aku belanja. Ah, thanks ya... Kakak dari klub tenis Hyotei."

Shishido mengibaskan jersey-nya yang telah bebas kaleng, memakainya, lalu mengangguk pada si topi Fila putih sebelum berbalik arah. Baru akan memikirkan alasan kalau-kalau ada yang bertanya mengapa dia menghilang di tengah pertandingan Atobe (yang, seperti biasa, adalah produk kearoganan pemuda kaya itu), saat wanita yang menyambut mereka tadi berkata, "Ayahmu tahu kalau kau sedang haid? Sudah kubilang, jangan abaikan kram perut! Tak ada game lagi untuk hari ini!"

Shishido samar-samar mendengar si topi Fila putih menjawab, "Aku baru tahu akan sesakit ini."

"Ya, lagipula ini 'kan memang pertama kali buatmu. Sampai dirumah kubuatkan kompres air hangat deh..."

Shishido berhenti berjalan namun dia tak berani menoleh. Hanya satu kata yang keluar dari mulutnya dan itupun hanya berupa bisikan lemah, "...cewek?"