Gadis itu berlari dengan tergesa-gesa, sesekali melihat ke belakang memastikan tak ada lagi yang mengejarnya.

Nafasnya terengah-engah diburu ketakutan.

Ia memilih untuk berhenti di bawah pohon besar.

Melongok ke atas, memandang langit malam yang mendung tanpa ada bintang sebagai hiasan semestinya.

Memori masa lalunya kembali terputar bagai film klasik.

Ia tak ingin mengingatnya lagi, tapi kenapa ia memikirkannya.

"Bodohnya aku," ucapnya lirih.

Ia memandang tangannya yang penuh dengan darah.

Darah yang mewakili perasaan bencinya.

"Kenapa aku begitu takut, kenapa aku harus lari," ia berucap pelan, hingga isak tangisnya lolos begitu saja.

"Aku memang membencinya, tapi aku tak ingin ini terjadi."

Tangisannya terus pecah, menjadikan angin malam sebagai penenangnya.

Dalam tangisnya, ia berharap akan menemukan sesuatu yang bisa membuatnya berubah.


.

Hai! Ini adalah fanfic pertama yang aku publish.
Sebelumnya aku sudah banyak membuat cerita, namun aku terlalu takut untuk mempublishnya.
Jadi aku putuskan untuk publish cerita ini terlebih dahulu.

Ini masih prolog, untuk chapter 1 mungkin agak sedikit lama.

-terima kasih.