"Seharusnya kamu tidak jalan terlalu cepat begitu Teme!"
"Teme, apaan sih bukannya bantuin malah ninggalin!"
"Kamu tidak sensitif ya, tidak lihat apa barang bawaanku sebegini banyak! Kenapa tidak bantuin bawain barang-barangku sih?!"
"Temeee... dengar ucapanku gak sih?"
"Teme jawab dengan jujur siapa perempuan itu!"
"Teme sebenarnya kamu cinta gak sih sama aku?"
"Teme jawab aku kenapa?!"
"Teme... aku ingin putus..."
...
..
.
SAMA SEPERTIMU
Pairing : SasuNaru
Genre: Romance, Hurt/Comfort
Rate: T
Warning: OOC, Gaje, Abal, Aneh, Boys Love etc
...
..
Gak Suka?
Tekan Tombol "BACK"
..
.
Happy Reading
...
..
.
Haaaaaa...
"Sepuluh Naruto...!" sebuah suara mengagetkan Naruto pemuda manis yang tengah duduk di bangku kelas dekat jendela.
"Eh?" Naruto tampak kaget mendengar perkataan orang yang telah duduk dihadapannya dan tengah memerhatikannya dengan seksama. "Kamu menghitung aku menguap Kiba?" tanya Naruto dengan mimik heran.
"Yup, betul sekali!" Kiba menjawab dengan cengiran khas nya. Kelas tampak sepi karena memang sekarang sedang waktunya istirahat. "Sebenarnya ada apa Naruto?" Kiba kembali bermuka serius. Siapapun disini bakalan heran melihat Naruto masih duduk tenang di kelas pas jam istirahat pula.
"Aku..."
"Pasti soal Sasuke! Iya kan?" tebak Kiba dengan suara pelan.
"Itu... aku..." Naruto tampak gugup menghadapi pertanyaan Kiba. "Bukan kok, bukan soal Sasuke!" Naruto memalingkan muka dari tatapan Kiba beralih pada pemandangan di luar jendela yang sebenarnya tidaklah menarik.
"Jangan bohong Naruto!" Kiba sama sekali tidak percaya dengan jawaban Naruto. "Lebih baik kamu jujur deh, daripada nanti malah jadi jerawat!" cengir Kiba ngasal.
"Eh, serius?" Naruto segera kembali menatap Kiba dengan tatapan lugu nya. "Aduh..aku paling tidak suka Kiba kalau ada jerawat!" kini Naruto dengan panik mengusap-ngusap mukanya sendiri.
"Makanya mendingan jujur, ada apa dengan kamu dan Sasuke?" Kiba berusaha serius meskipun dia ingin sekali tertawa sebenarnya. Bagaimana tidak, orang dihadapannya yang daritadi sedang melamun tak jelas sekarang sibuk mengusap-ngusap wajahnya takut jerawat datang.
"Baiklah..." Naruto menghela nafas pelan. "Sebenarnya aku sudah putus dengan Sasuke!"
"Apaaaa? Kamu putus Naruto?" teriakan Kiba cukup memekikkan telinga.
"Ya.. jerawat tak datang tapi kupingku malah budeg! Pelankan sedikit suaramu Kiba!" tegur Naruto dengan cemberut. 'Hufftt.. untunglah di kelas sedang sepi' Naruto sedikit bersyukur saat dilihatnya kelas masih lenggang.
"Hahaha... maaf Naruto, habisnya berita itu terlalu mengagetkan!" Kiba menggeleng-gelengkan kepala tanda tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya tadi. "Kamu di putusin ya?" tanya Kiba prihatin.
"Aku yang mutusin kok!" sanggah Naruto marah.
"Bohong!" Kiba kembali berteriak dan secara reflek dia berdiri dari tempat duduknya.
"Dih.. Kiba kubilang jangan berisik!" Naruto menarik tangan Kiba tanda menyuruhnya kembali duduk. "Memang kenapa kalau aku yang mutusin Sasuke?" Naruto kini menatap tajam Kiba dengan kedua tangannya ditaruh di pinggang mengisyaratkan kemarahan. 'Ck..apa salahnya kalau aku yang memutuskan orang dingin itu'
"Tapi bukankah kamu mencintainya Naruto?"
"Hn"
"Bukankah kamu yang ngebet pengen pacaran dengan dia?"
"Hn"
"Bahkan kamu kan yang duluan nembak dia?"
"Hn"
"Ck.. liat sekarang kamu menjawab seperti dia Naruto!" Kiba kembali menggeleng-gelengkan kepalanya tanda tak percaya apa yang telah terjadi. Hei seisi kampus juga tahu seperti apa hubungan Sasuke dan Naruto. Ralat, sebeneranya mereka tahu seberapa besar cintanya Naruto pada Sasuke. Tak ada yang tidak tahu soal itu, jadi aneh bukan kalau Naruto memutuskan Sasuke. "Kenapa kamu putusin Sasuke?" Kiba kembali bertanya.
"Aku sudah tak tahan Kiba" Naruto menundukkan kepalanya seolah menahan air mata yang hendak jatuh. "Aku tak tahan dengan sikapnya, dan aku juga tak tahan kalau hanya aku yang berperan dalam hubungan kami!"
"Naruto..." Kiba meraih kedua tangan Naruto dan mengusapnya dengan pelan. Sebagai seorang sahabat, Kiba tahu seperti apa perasaan Naruto kini.
"Eheeemmm..." sebuah suara mengacaukan lamunan Kiba yang tengah bersedih.
"Eh Neji..." Kiba tersenyum manis saat melihat sosok yang tengah berdiri di depannya.
"Apa maksudnya ini hah?" berbanding terbalik dengan Kiba, sosok bernama Neji itu berbicara dengan amat kasar. "Tanganmu!" Neji menarik genggaman tangan Kiba.
"Oh ini, bukan seperti yang terlihat kok!" Kiba baru sadar apa yang membuat Neji datang-datang marah.
"Apanya yang tidak? Kamu tahu berapa lama aku menunggumu di kantin hah?" kini Neji menarik paksa Kiba hingga Kiba berdiri berhadapan dengannya.
"Itu aku..."
"Aku menunggu, catat ya! Aku menunggumu daritadi tapi kamu malah duduk disini berdua dengan dia!" Neji menunjuk Naruto dengan mata yang mengerikan.
"Neji sayang... aku ceritakan semuanya ya!" Kiba meraih tangan yang tertuju pada Naruto. "Yuk, aku juga lapar neh!" suara Kiba berubah manis. "Naruto aku pergi ke kantin dulu ya!" dan tanpa menunggu jawaban Kiba menarik Neji keluar dari kelas.
'Walaupun Neji terkadang kasar, tapi itu karena rasa sayangnya. Kiba beruntung!' Naruto hanya berucap dalam hati sambil memandang kepergian sahabatnya. 'Ya, Kiba memang beruntung'
Taman belakang sekolah
"Cukup! Disini saja, sekarang jelaskan ada apa?" Neji menghempaskan pegangan Kiba dengan kasar. Jujur dia amat kesal, setelah hampir setengah jam menunggu di kantin ternyata orang yang ditunggu tengah pegangan tangan dengan cowok lain. Meskipun dia tahu, Naruto adalah sahabat Kiba tapi tetap saja Neji merasa amat sangat kesal.
"Jangan galak-galak kenapa!" Kiba berkata dengan lirih. Melihat Neji yang notabene adalah kekasihnya tapi tetap saja terasa menyeramkan kalau dia marah. "Kan aku disana hanya menghibur Naruto" Kiba menjelaskan alasannya kenapa dia ada di kelas bukan di kantin bersama kekasihnya.
"Menghibur?" Neji menatap Kiba dengan tatapan tak percaya.
"Iya menghibur!" angguk Kiba kearah Neji. "Naruto kan baru putus dengan Sasuke!"
"Apaaaa?" Neji tak bisa menyembunyikan kekagetannya. 'Naruto dan Sasuke putus? Mana mungkin?!'
"Iya mereka putus, makanya aku menghibur Naruto yang tengah sedih!" Kiba menjawab ketidakpercayaan Neji.
"Tapi bagaimana mungkin?" tambah Neji yang masih belum percaya. "Aku tak percaya Sasuke memutuskan Naruto!"
"Bukan.." Kiba menggeleng-gelengkan kepalanya dengan pelan. "Bukan Sasuke, tapi Naruto yang memutuskan!"
"Itu.. itu lebih tidak mungkin! Bukankah semua orang tahu kalau..."
"Iya" potong Kiba. "Semua tahu kalau Naruto begitu mencintai Sasuke, tapi ini benar. Narutolah yang memutuskan Sasuke bukan Sasuke yang memutuskan Naruto!" jelas Kiba panjang lebar. Sebenarnya dia sama tidak percaya nya dengan sang kekasih. Tapi itulah yang terjadi, Naruto yang memutuskan Sasuke dan sekarang Naruto pula yang terlihat amat sangat menderita.
"Aku harus tanya Sasuke!" hanya itu yang terucap dari mulut Neji setelah sekian lama diam.
"Mau kemana?" Kiba menahan langkah Neji dengan heran.
"Aku mau bertanya pada Sasuke!" jawab Neji pelan. "Kamu temani saja Naruto, hibur dia!" Neji melepaskan pegangan Kiba dan beranjak pergi. "Oh ya, maafkan kekasaranku tadi Kiba koi" Neji berkata dengan lembut yang sukses membuat semburat merah muncul di kedua pipi Kiba.
'Cih, dia itu ya. Bisanya cuma marah-marah gak jelas! Habis itu minta maaf! Huhhh..' runtuk Kiba dalam hati. 'Tapi dia juga manis sih' Kiba senyum-senyum sendiri sambil melangkahkan kakinya kembali ke kelas.
'Wahh... ternyata Sasuke diputusin oleh Naruto nih! Berita yang bagus, aku bisa mendapatkan Sasuke kalau begitu!' ternyata tanpa Kiba dan Neji sadari ada seseorang yang ikut mendengar pembicaraan mereka dan menjadi orang yang bahagia mendengar kabar itu.
...
..
.
Atap sekolah
"Sasuke..."
Braaakkk... bunyi pintu yang dibuka dengan kasar sedikit mengganggu tidur pemuda tampan yang kini tengah kesal dan menanti orang yang telah mengganggu tidurnya.
"Ck.. berisik Neji!" Sasuke hanya membuka matanya sebentar kemudian menutupnya lagi.
"Hei jangan tidur!" ucap Neji malas. Meskipun Neji tahu, Sasuke tidak tertidur tapi tetap saja menyebalkan saat orang yang diajak bicara olehnya mengacuhkannya.
"Hn"
"Benar kamu putus sama Naruto?" pelan sekali Neji menanyakannya sambil duduk di sebelah Sasuke.
"Hn" Sasuke hanya mengeluarkan 2 kata andalannya tanpa membuka mata ataupun bergerak.
"Serius?" Neji menggoncang-goncangkan badan Sasuke kesal.
"Serius Neji!" akhirnya Sasuke membuka matanya dan duduk seperti Neji.
"Tapi kenapa?"
"Entahlah, biarkan saja!" Sasuke menanggapi perkataan Neji dengan dingin. Melihat reaksi Sasuke, Neji pun diam.
'Ah ternyata hanya perasaanku saja toh, aku kira Sasuke juga mencintai Naruto' Neji hanya bisa berkata dalam hati. Ya meskipun banyak yang bilang kalau hubungan Naruto pada dasarnya hanya bertepuk sebelah tangan, tapi Neji merasa kalau Sasuke sahabat baiknya itu mencintai Naruto.
"Tak mau masuk heh?" tanya Sasuke yang membuyarkan lamunan Neji. Ditatapnya Neji sebentar, kemudian dia berlalu di balik pintu.
"Ck.. dasar sahabat egois!" runtuk Neji yang kemudian mengikuti Sasuke dari belakang.
'Aku menyukainya Neji, mencintainya malah. Tapi aku takkan melupakan penghinaannya yang telah memutuskanku begitu saja!' suara hati Sasuke berbicara saat langkah kakinya berhenti sejenak menangkap sosok manis yang tak jauh dari hadapannya. 'Harga diriku terlalu tinggi untuk memohon Neji, jika dia ingin putus maka dia akan mendapatkannya!' Sasuke tersenyum getir sebelum membelokkan kakinya menuju kelas.
'Ah.. ternyata aku salah menilai sahabatku sendiri!' runtuk Neji dalam hati tanpa melihat kegetiran dan luka di mata sahabatnya Sasuke.
...
..
.
Keesokan harinya...
"Naruto..." Naruto berhenti membaca komik saat dirasanya ada sebuah panggilan untukknya. Bukan panggilan tepatnya teriakan yang amat begitu kencang dan memekikkan telinganya.
"Apaan sih!" dengan kesal Naruto meletakkan komik di tasnya sebelum dia keluar kelas menuju asal suara itu berada. Dilihatnya sahabat baiknya tengah berlari dengan kekuatan maksimum menuju kearahnya.
"Naruto..." Kiba sama sekali tidak menurunkan volume suaranya meskipun Naruto berada tepat dihadapannya.
"Apa? Pagi-pagi sudah seperti orang kesetanan saja kamu! Ganggu kesenangan orang saja tahu..."
"Sudah ikut..." potong Kiba yang langsung menarik tangan Naruto dan berlari kearah dimana tadi dia datang.
"Hei.. tunggu dulu.." Naruto berusaha untuk berbicara pada Kiba, tapi tampaknya sia-sia. Kiba sama sekali tak menghiraukan protes Naruto dan terus menyeretnya sampai ke kantin. Tepatnya di dinding yang tengah ramai dikerumunin oleh murid-murid SMA Konoha. 'Ada apa ini?' tanya Naruto dalam hati.
"Minggir..minggir.." Kiba menghalau beberapa siswa yang dirasanya menghalangi jalannya. "Lihat itu Naruto!" tunjuk Kiba.
Naruto hanya bisa diam membeku membaca setiap tulisan demi tulisan yang ada dihadapannya.
PENGUMUMAN
UNTUK PERTAMA KALINYA, PANGERAN KITA DIPERLAKUKAN SECARA TIDAK BAIK
DIA TELAH DIPUTUSKAN OLEH UZUMAKI NARUTO
YA, UCHIHA SASUKE DIPUTUSKAN OLEH UZUMAKI NARUTO
DIPUTUSKAN!
"Siapa..." Naruto menahan getaran dalam suaranya. "Siapa yang melakukan ini?" tanyanya lirih dan Kiba hanya menggelengkan kepala pertanda tak tahu.
"Ya ampun Naruto, tega banget sih kamu!"
"Tau nih, udah untung banget dapetin Sasuke eh malah diputus!"
"Dasar gak tau diri!"
"Kalau memang cuma main-main kenapa nembak Sasuke-ku?"
Naruto hanya berjalan pelan sambil menulikan kedua telinganya. Mendengar komentar-komentar mereka sungguh menyayat hati.
"Sakura.. lihat...!"
Deg
"Naruto udah mutusin Sasuke, duh kasian ya Sasuke!"
"Iya tuh, sekarang giliran kamu Sakura yang maju!"
"Gitu ya? Duh memang bagusnya Sasuke itu straight bukan gay kayak bocah culun itu yak..."
"Hahahahaha..."
Tak kuat mendengar ocehan Sakura cs, Naruto pun berlari dengan sekuat tenaga meninggalkan kerumunan orang-orang yang tengah menertawakannya.
"Ck.. kalian ini.." Kiba menatap kesal kearah cewek-cewek centil dihadapannya. Andaikan dia tidak mempunyai pantangan memukul cewek, mungkin mereka sudah babak belur di tangannya. "Awas ya kalian.." umpat Kiba seraya berlari mengejar sahabatnya.
...
..
.
"Naruto..." Kiba berjalan pelan mendekati Naruto yang tengah duduk di bawah pohon. Kepalanya bersembunyi diantara kakinya, namun Kiba tahu Naruto tengah menangis. "Naruto..." Kiba duduk disamping Naruto dan mengelus pundaknya pelan.
"Mereka tak tahu Kiba!" teriak Naruto dalam tangisnya. "Mereka sama sekali tidak tahu apa-apa!" Naruto kini sudah mengangkat mukanya memperlihatkan matanya yang sembab. "Kenapa mereka memposisikanku di pihak yang salah? Kenapa Kiba?" kini Naruto memukul bahu Kiba dan Kiba membiarkan hal.
"Tenanglah Naruto!" Kiba berusaha meraih kedua tangan Naruto yang tengah memukulnya terus menerus.
"Gimana aku bisa tenang?" Naruto membalas ucapan Kiba dengan lantang. "Mereka tak tahu seperti apa rasanya menjadi aku!"
"Aku tahu, tapi jangan emosi begini Naruto! Tenangkan dirimu!" Kiba memegang erat kedua tangan Naruto yang telah dia dapat. "Jangan dengarkan mereka" pinta Kiba lirih.
"Gimana caranya, aku punya kuping yang pastinya akan mendengar setiap kalimat yang mereka ucapkan Kiba!" gerutu Naruto.
"Hah... sudahlah!" Kiba kini bersandar ke pohon setelah dia melepaskan tangan Naruto yang dirasakannya takkan memukulnya lagi.
"Kiba..."
"Hm..."
"Bagaimana hubunganmu dengan Neji?"
"Baik... baik-baik saja! Kenapa?" Kiba bertanya tanpa sekalipun melihat Naruto.
"Tidak. Aku hanya bertanya saja.."
"Naruto..."
"Hm..."
"Lupakan Sasuke ya..." permintaan Kiba menghentakkan tubuh Naruto.
"Aku akan melupakan dia kok!" Naruto berusaha menyembunyikan suaranya yang tak yakin. Ya dia tak yakin bisa melupakan Sasuke.
"Pasti bisa..."
"Bisa dunk.." cengir Naruto ngasal. Suasana pun menjadi sepi, diliriknya orang yang berada disampingnya. 'Makasih Kiba, makasih sudah menjadi sahabatku yang paling baik!' Naruto tersenyum. Senyum tulusnya yang pertama setelah kejadian putus dirinya dengan Sasuke. Senyum tulus yang mungkin akan menjadi senyum terakhir untuk Kiba sahabat baiknya.
...
..
.
"Ini tidak boleh terjadi!" Kiba merutuki dirinya sambil terus berlari di lorong sekolah tanpa arah.
Bruuukkkk...
"Wooii... kalau jalan liat-liat napa!" bentak Kiba tanpa menghiraukan siapa yang ditabraknya.
"Kiba?"
Sebuah suara yang menghentikan langkahnya, suara yang amat dikenalnya. Suara kekasih hatinya tentu saja.
"Eh Neji!" Kiba tak bisa menyembunyikan keterkejutannya. "Aduh, maaf.. aku tidak tahu kalau..." kini Kiba gugup karena dia tidak sadar kalau orang yang ditabraknya itu kekasihnya sendiri.
"Ck.. merepotkan.." sebuah suara yang langsung meningkatkan amarah Kiba.
"Kau..." dengan tidak sopan Kiba mengarahkan telunjuknya kemuka Sasuke. "Uchiha Sasuke sialaaaaannnnn..." hampir saja bogem mentah itu mencium muka Sasuke kalau tidak ditahan oleh Neji.
"Hei, kamu kenapa Kiba?" Neji heran melihat kekasihnya nyaris memukul sahabat baiknya sendiri.
"Gara-gara dia..." Kiba masih memancarkan sorot kebencian yang teramat dalam. "Lepaskan aku Neji, biarkan aku memukulnya..." Kiba berontak, sedangkan Neji kini dalam posisi memeluk Kiba berusaha menenangkan kekasihnya.
"Tenanglah..." Neji berusaha meredam emosi Kiba yang entah kenapa begitu besar kekuatannya. Sedangkan Sasuke hanya menatap Kiba dengan tatapan malasnya.
"Gimana aku bisa tenang, gara-gara dia tuh!" Kiba kembali menunjuk Sasuke dengan marah. "Gara-gara dia Naruto pergi!" teriak Kiba dengan lantang.
'Naruto pergi? Tapi... kenapa?' Sasuke terdiam mendengar ucapan kekasih sahabatnya itu. Terguncang tapi dia mencoba menyembunyikannya.
"Kalau dia pergi, apa urusannya denganku?" jawab Sasuke dengan ketus.
"Apa kamu bilang!" Kiba yang tadi mulai tenang kembali panas mendengar jawaban Sasuke. "Tentu saja ada hubungannya!" Neji kembali memeluk Kiba untuk menenangkannya. "Hei.. kembali... Uchiha Sasuke..." teriak Kiba saat melihat Sasuke dengan cueknya melangkah pergi meninggalkannya begitu saja. "Sasukeeeeeeeeeeeeee...hhmmmmppppppp..." teriakan Kiba terhenti saat bibir Neji menciumnya dengan ganas. Lidah Neji menggoda bibirnya dan meminta izin untuk masuk kedalamnya. Setelah mendapatkan izin, lidah Neji terus melilit lidah Kiba hingga Kiba hanya bisa mengerang pelan. Terus dan terus, pelukan itu semakin erat. Neji memeluk pinggang Kiba dan menariknya untuk lebih dekat dengan tubuhnya. Sedangkan Kiba, yang awalnya menolak kini pasrah bahkan mengalungkan kedua tangannya di leher Neji, meminta lebih. Dan ciuman itu terus berlangsung, hingga mereka kehabisan nafas dan terpaksa melepaskan pagutannya.
"Hah..hah..hah.. apa-apaan tadi!" kini Kiba kembali sadar dan berniat mengomeli sang kekasih.
"Kenapa? Habisnya kamu cerewet sekali!" jawab Neji yang dengan lembut mengusap pelan bibir kekasihnya.
"Tapi jangan di sekolah..." runtuk Kiba pelan tapi tak bisa menyembunyikan semburat merah saat dirinya kembali membayangkan ciuman pertama yang dilakukannya di sekolah.
"Keliatannya suka tuh.." Neji mengucapkannya sambil menarik tangan Kiba. "Sebaiknya kita lanjutkan di atap!" Kiba pun hanya bisa tersenyum malu saat mendengar ucapan kekasihnya. Seolah terhipnotis pesona Neji, Kiba sama sekali lupa dengan Naruto yang telah meninggalkannya. Yang ada dipikiran Kiba saat ini, bagaimana caranya dia bisa pulang sekolah dengan normal. Maksudnya bisa berjalan 'normal'.
...
..
.
Kediaman Uchiha Sasuke
Praaaangggg...
Pecahan kaca itu berserakan dimana-mana, disertai dengan tetesan darah. Darah yang keluar dari tangan seorang pemuda yang tak lain adalah Uchiha Sasuke.
"Kenapa Narutoooooooo..." didalam kamarnya yang dilengkapi peredam suara, Sasuke meneriakan apa yang ada di dalam hatinya. "Kenapa kamu meninggalkanku begitu saja?" hancur, ya itulah perasaan Sasuke sekarang hancur berkeping-keping.
Di dalam kamar dengan nuansa biru, ada satu dinding yang penuh dengan foto. Itu adalah foto-foto dirinya dan Naruto.
'Kenapa kamu tidak bisa merasakan perasaanku hah? Kenapa kamu berfikir aku sama sekali tidak mencintaimu?' Sasuke menangis pilu. Entah apakah dia harus merutuki ayahnya yang telah mengajarinya cara untuk menyembunyikan perasaannya. Ataukah merutuki kebodohannya, yang tidak bisa mempertahankan apa yang berharga untuknya?
"Aku selalu mencintaimu Naruto, amat sangat mencintaimu..." Sasuke berbicara pada sebuah foto yang berukuran sama dengan tubuhnya. "Maafkan aku Naruto..." tanpa bisa dihindari tubuh Sasuke ambruk.
Lemah, mungkin itulah dirinya kini. Lemah setelah mataharinya pergi meninggalkannya begitu saja.
"Naruto... aku sama... sama sepertimu... aku...sangat mencintaimu Naruto..." bisik Sasuke pelan sebelum kedua matanya tertutup.
...
..
.
FIN? OR TBC?
..
.
Huaaa... akhirnya selesai juga. Hehehehe... akhirnya masih gantung ya? Memang sengaja kok...
Xixixi... ripiew ya, mau ini berakhir begitu saja, atau dilanjutkan?
Makasih buat yang udah baca, dan ditunggu ripiew nya ya...
Thanks minna
