Haiii! Ketemu lagi dengan Pinku! ^^
Kali ini aku mau mengangkat Remake dari Kak Valeria Verawati yang judulnya "Pacarku Juniorku".
Jadi kalau ada cerita yg mirip atau persis seperti ini itu wajar ya, namanya juga remake
Ada yang udah pernah baca?
Novel ini adalah salah satu Novel favorit aku jaman sekolah dulu loh.
Jadi kupikir kayanya kalau diremake dengan member Bangtan cukup seru juga.
Semua alur cerita sesuai dengan Novel aslinya, cuma beberapa situasi akan disesuaikan dengan konsep boy x boy & imajinasiku :p
Sekali lagi aku bikin FF with no GS, semuanya cowok cakep yeee…
& mungkin karakter-karakter di sini adalah OOC. Tapi aku usahain supaya gak terlalu berbeda dengan karakter asli mereka, konsep 'Yoongi si manis galak' selalu aku tanamkan kok dipikiranku hihi.
Happy reading, semoga suka ya! ^^
Main cast: Min Yoongi.
MinYoon / JiHope / ChanJin / NamJin
Featuring: All BTS member & other Idol yang belum aku tentukan.
Rating T, Humor, Slice of Life, Fluff.
Yaoi, boy x boy.
DON'T LIKE DON'T READ.
Chapter 1
Kai berdiri di samping Yoongi sambil menyisir rambutnya dengan jari-jarinya.
"Suga, pokoknya kalo anak-anak baru itu udah pada datang, lo mesti ngeluarin seluruh kemampuan lo buat bikin mereka takut," ujarnya bak tentara yang sedang memerintah anak buahnya.
"Iya, gue tahu," respon Yoongi atau yang dipanggil Suga itu singkat. Cowok bertubuh mungil itu berdiri tegak sambil celingak-celinguk memerhatikan gerbang sekolah.
Udara pagi itu masih terasa agak lembap. Jalanan masih basah bekas diguyur hujan subuh tadi. Tapi beberapa anak yang tergabung dalam Organisasi Siswa Intra Sekolah SMA Bangtan udah pada kumpul di sekolah sejak jam 06.00 dengan sangat semangat.
Nggak ada seorang pun yang pasang tampang lemas. Apalagi Min Yoongi, yang lebih beken dengan panggilan "Suga", cowok mungil berambut dark gray yang udah hampir setahun ini memegang jabatan ketua OSIS. Dia udah tiba di sekolah sejak jam 05.30, waktu hujan masih dengan riangnya menyiram tanah dan gerbang sekolah belum dibuka oleh Pak Kwangsoo, si penjaga sekolah.
Hari ini adalah hari pertama MOS (Masa Orientasi Siswa) buat anak-anak kelas 1. MOS ini sebenarnya diciptakan untuk mengakrabkan para guru dengan siswa baru, sunbae-sunbae dengan junior-juniornya, juga sarana untuk memperkenalkan siswa baru pada lingkungan sekolah dan program-program sekolah.
Tapi bagi beberapa anggota OSIS, terkadang MOS disalahgunakan. Di balik tujuan baik penyelenggaraan MOS ini sering kali ada maksud terselubung, yaitu balas dendam.
Sudah menjadi tradisi turun-temurun bahwa selama MOS yang diadakan tiga hari ini, para anggota OSIS punya wewenang untuk "mengatur" adik-adik kelas mereka yang baru.
Katanya sih biar supaya para siswa baru itu punya mental kuat untuk menghadapi kerasnya dunia SMA kelak, juga biar mereka bisa menanggalkan sifat manja yang masih mereka bawa dari lingkungan SMP. Tapi sebenarnya tetap saja balas dendam menjadi tujuan utama para senior ini.
Apalagi buat yang sudah duduk di kelas 3, MOS kali ini kan merupakan MOS terakhir buat mereka. Kapan lagi punya kesempatan bentak-bentak dan ngerjain orang tanpa perlu takut dibalas?
"Eh, Kai, anak-anak udah pada siap di posisi masing-masing?" tanya Yoongi.
Kai menganggukkan kepalanya sambil berkata, "Lo tenang aja, semua udah stand by di tempat masing-masing."
Yoongi manggut-manggut. Kepalanya masih sibuk bergerak dan matanya terus memantau gerbang sekolah tanpa berkedip.
"Itu mangsa kita udah datang!" seru Yoongi senang. Bibirnya merekah memperlihatkan gummy smile yang nangkring di bibir tipisnya.
"Mana... mana...?" Kai maju beberapa langkah sambil melihat ke arah gerbang sekolah.
"Iya... benar. Mereka udah datang."
"Siapa aja yang bertugas menjaga gerbang dan memeriksa kelengkapan atribut anak-anak baru itu?" tanya Yoongi.
"Mmm... Kris, Yongguk, Kidoh, Zico... sama satu lagi... si Jackson."
Yoongi tersenyum puas. Lima orang yang baru saja disebut Kai adalah anak buah kesayangannya. Soalnya selain bertampang sangar, mereka juga tegas, bermulut pedas, dan pantang disogok. Yoongi yakin lima orang itu akan melaksanakan tugas mereka dengan sangat baik.
.
(^-^)
.
"Woi, jalannya lelet banget sih? Keturunan siput semua, ya?!" Zico meneriaki segerombolan anak yang berjalan kaki ke arah gerbang sekolah.
Penampilan anak-anak itu terlihat sangat unik. Mereka memakai topi yang terbuat dari batok kelapa yang dibelah menjadi dua dengan warna yang berbeda-beda. Di atas batok kelapa itu ditempeli bulu-bulu ayam yang disusun berjajar sehingga membentuk kipas.
Selain itu mereka juga mengenakan kalung dari jengkol dan pada kalung itu digantung karton putih yang bertuliskan nama julukan mereka. Tas yang menggantung di punggung terbuat dari sarung bantal yang nggak tahu gimana caranya bisa disulap jadi ransel. Benar-benar pemandangan yang begitu menarik perhatian.
"Woi, anak siput! Kalau dalam hitungan ketiga kalian belum juga sampai di hadapan saya, saya suruh kalian lompat kodok dari situ!" ancam Kris.
"Satu...!" Kris mulai menghitung.
Gerombolan anak-anak itu bergegas berlari menuju sunbae-sunbae mereka dengan wajah ketakutan.
"Tiga...! Cepat lompat kodok semuanya!" bentak Kris.
Para siswa baru itu pada bengong. Perasaan tadi baru hitungan kesatu, kok sekarang udah tiga. Duanya dikemanain? Bukannya tetap berlari, mereka malah berhenti dan pasang tampang bloon.
"Kalian ngerti lompat kodok nggak sih? Cepat lompat kodok dari situ!" Yongguk ikut bentak-bentak.
Suara dan tampang Yongguk yang nyeremin bikin anak-anak baru itu langsung jongkok dan mulai melompat kaya kodok. Mereka meletakkan kedua tangan di belakang kepala dan mulai melompat dengan kedua kaki.
"Semuanya lompat sambil ikutin nyanyian saya ya! Harus yang keras!" perintah Kidoh yang berdiri di depan barisan anak-anak yang mulai melompat.
Kidoh memimpin barisan sambil bernyanyi,
"Kodok ngorek kodok ngorek... ngorek di pinggir kali. Teot tet blung teot tet blung... teot teot tet blung."
Anak-anak yang melompat di belakangnya ikut bernyanyi mengikuti Kidoh. Warga yang tinggal di sekitar gedung sekolah serentak keluar dari rumah masing-masing karena mendengar keramaian yang terasa sangat aneh.
Para pengguna jalan juga berhenti sejenak untuk menikmati pemandangan itu. Sebagian besar dari mereka tersenyum dan berusaha mengulum tawa, tapi ada juga sekelompok ibu-ibu yang mengumpat karena merasa kegiatan ini konyol dan nggak ada gunanya.
Namun apa mau dikata, ini kan tradisi turun-temurun. Lagi pula tradisi ini, walaupun kelihatannya agak kejam, nggak pernah sampai menimbulkan korban jiwa kok. Malah biasanya membawa keuntungan tersendiri.
Misalnya, pernah ada orangtua murid yang datang ke sekolah untuk berterima kasih, karena anak mereka yang pemalu dan pendiam, setelah digojlok lewat program MOS selama tiga hari, anak itu malah bisa lebih terbuka dan beradaptasi dengan lingkungan sekolah yang baru.
Dan efek positif yang lain, selesai MOS, anak-anak baru bisa langsung akrab dengan sunbae-sunbae di sekolah. Malah terkadang ada yang terlibat cinlok alias cinta lokasi. Makanya walaupun sekarang tradisi MOS mulai dihapus di beberapa sekolah, SMA Bangtan tetap mempertahankannya.
"Nyanyinya yang keras dong! Mana suaranya!" bentak Zico.
"Yang udah sampai di hadapan Sunbae yang rambutnya jabrik itu langsung berdiri dan buat barisan."
Yongguk, yang tahu bahwa dirinyalah yang dimaksud Zico, langsung mengambil posisi dan mengatur beberapa anak yang sudah sampai di hadapannya.
"Kalian yang baru datang, langsung lompat kodok dan ikutan nyanyi!" seru Yongguk kepada sekelompok anak yang baru saja tiba.
"Hei! Kamu ngapain lompat kaya gitu?" tegur Kris dengan mata melotot ke arah seorang cowok yang sedang asyik melompat dengan kedua tangan terjulur ke depan, bukan di belakang kepala.
"Saya, Sunbae?" tanya cowok itu dengan tampang heran.
"Iya, kamu!" Kris membaca karton nama yang menggantung di leher anak baru itu. "BANTET, ke sini kamu!" ujar Kris ketus.
"Lho, salah saya apa, Sunbae?" tanya cowok itu.
"Berdiri kamu, dan ikut saya!" perintah Kris.
Cowok itu menurut dan mengikuti Kris keluar dari kelompoknya.
"Kamu nggak tau cara lompat kodok, ya?" tanya Kris berusaha sabar begitu berhadapan dengan anak baru itu.
"Tau, Sunbae. Bahkan saya pernah melakukan observasi khusus pada kodok-kodok yang sering numpang nginep di kolam ikan rumah saya."
"Saya nggak minta kamu melucu! Kamu mau sok jagoan, ya?" Kris mulai kehilangan kesabaran.
"Saya kan cuma melakukan observasi aja, Sunbae. Kok dibilang sok jagoan sih? Emang sih saya kurang kerjaan. Tapi saya sama sekali nggak ada maksud untuk sok jagoan kok. Nah, kebetulan tadi saya disuruh lompat kodok, ya saya terapkan aja hasil observasi saya itu. Soalnya, menurut hasil observasi saya, kodok tuh melompat dengan menggunakan keempat kakinya. Kedua kaki depannya bukan ditaruh di belakang kepala kaya teman-teman saya. Mereka salah, Sunbae. Yang benar ya kedua tangan kita juga harus digunakan untuk melompat supaya mirip kodok. Makanya saya melompat seperti itu. Kan disuruhnya lompat kodok," cowok itu menjelaskan dengan tampang serius.
Kris menarik napas panjang. Dia agak bingung. Sebenarnya nih cowok memang bermaksud melawan atau memang agak tulalit. Soalnya kalau dilihat dari tampang innocent-nya, cowok ini tampaknya sama sekali nggak ada niat untuk memberontak.
Kris berpikir sejenak, dan ia merasa ada baiknya kalau nih anak aneh langsung diserahkan aja ke Yoongi daripada dia salah mengambil keputusan.
"Kamu ikut saya!" perintah Kris.
"Ke mana, Sunbae? Saya jangan diapa-apain, ya. Nanti mama saya marah kalau saya melakukan hal yang berlawanan dengan agama," kata cowok itu dengan tampang memelas.
Kris melotot memandang cowok aneh yang berdiri di hadapannya.
"Lo pikir gue cowok apaan?"
"Iih, Sunbae... Gitu aja kok marah sih?"
Kris benar-benar nggak tahan. Tangannya terkepal menahan marah. Dia langsung berbalik lagi dan berjalan menuju pos yang ditempati Yoongi dan Kai selaku dewan pengadilan yang bertugas mengatur anak-anak aneh yang suka melanggar aturan MOS.
Si cowok aneh itu berjalan di belakang Kris, tetap dengan wajah tanpa dosa.
"Suga, ada pasien buat lo nih! Namanya Bantet!" ujar Kris kesal ketika sudah sampai di pos Yoongi.
Cowok aneh itu berdiri agak jauh dari tempat Yoongi, Kai, dan Kris. Tapi tatapan tajamnya lurus ke arah Yoongi. Senyumnya merekah dan memperlihatkan eye smile-nya.
"Apa kasusnya?" tanya Kai.
"Anak aneh," jawab Kris singkat.
Yoongi menatap cowok yang berdiri nggak jauh dari hadapannya. Anak aneh? Apa yang aneh dari cowok itu? Bahkan menurut Yoongi, tampangnya oke kok. Badannya tidak tinggi tapi tegap berbentuk bikin tu cowok jadi kelihatan keren. Yoongi yakin banget, nggak lama lagi nih cowok pasti bakal jadi salah satu idola sekolah. Tampangnya innocent banget, apalagi senyumnya itu.
"Memangnya dia bikin salah apa, Kris, sampai lo bilang dia anak aneh?" tanya Yoongi heran. "Apa atribut yang dipakainya nggak lengkap?"
"Kalau soal atribut sih gue nggak tau ya, soalnya gue sama sekali belum periksa," jelas Kris. "Tapi yang pasti gue serahin dia ke elo karena dia... asli banget... orang aneh."
"Apanya yang aneh sih?" Kai penasaran.
"Lo tanya aja sendiri," kata Kris. "Gue mau balik ke pos gue."
Kai dan Yoongi berpandangan heran. Kris berjalan menjauh dan kembali bergabung dengan timnya yang sedang berteriak-teriak ke arah anak-anak baru.
Kai menatap "cowok aneh" yang masih berdiri di tempatnya tadi, lalu memanggilnya,
"Hey, Bantet, cepat ke sini!"
Cowok itu celingak-celinguk ke kanan dan kiri, lalu kembali menatap Kai sambil menunjuk dirinya sendiri. Ia seperti hendak memastikan bahwa memang dia yang dipanggil Kai barusan.
"Iya, kamu. Memang kamu kira siapa lagi? Baca dong papan nama di dada kamu!" Kai jadi agak sewot.
Cowok itu berjalan mendekati Kai dan Yoongi.
"Kamu tahu kenapa kamu dibawa menghadap kami?" tanya Kai begitu cowok itu udah berdiri di hadapannya.
"Mm... awalnya sih saya kira sunbae yang tadi itu naksir sama saya dan punya maksud jelek sama saya, tapi sekarang saya sadar...," jawab cowok itu menggantung kalimatnya.
"Sadar apaan?" tanya Yoongi tegas.
"Saya sadar... bahwa sunbae tadi ternyata hanya ingin mengantar saya untuk bertemu dengan bidadari manis yang selama ini saya cari... yang selama ini selalu hadir dalam setiap mimpi-mimpi saya. Dan sekarang bidadari itu sudah berdiri tepat di hadapan saya," jawab cowok itu enteng. Ia terus menatap Yoongi dengan sorot memuja.
"Terima kasih atas pujiannya, tapi sayang banget, saya nggak mempan sama rayuan gombal. Kamu harus tahu, ini bukan tempat pelatihan buat pelawak atau badut. Kalau kamu mau jadi pelawak atau badut, kamu salah tempat. Kamu mesti bilang sama orangtua kamu untuk segera memindahkan kamu dari sekolah ini. Sekolah ini nggak butuh manusia konyol kayak kamu!" jelas Yoongi dengan nada pedas.
"Saya nggak pernah berminat jadi badut atau pelawak, Sunbae. Saya cuma ingin jadi... pacar Sunbae."
"kamu kira kamu itu lucu, apa?!" bentak Yoongi.
"Sama sekali nggak lucu, Sunbae, tapi ada juga sih orang yang bilang kalau saya lucu dan manis," jawab cowok itu sambil tetap tersenyum manis.
"Kalau begitu, orang-orang yang menganggap kamu lucu itu adalah manusia-manusia norak kaya kamu!" maki Yoongi.
"Wah, kalau itu sih saya nggak tahu, Sunbae."
"Udah, Suga... periksa perlengkapannya aja dulu," saran Kai.
Yoongi menarik napas lalu mengembuskannya perlahan. Benar kata Kris, cowok di hadapannya ini aneh. Kris juga nggak tahu apakah cowok itu bermaksud cari-cari masalah atau bukan. Semua masih nggak jelas.
"Keluarin semua perlengkapan yang harus kamu bawa hari ini!" perintah Kai.
Cowok itu menurut. Dia mengeluarkan berbagai macam barang dari dalam tasnya. Kai mulai memeriksanya satu per satu. Semuanya lengkap, nggak ada yang kurang.
"Tunggu dulu! Kalung apa yang kamu pakai itu?" tanya Yoongi sambil menunjuk kalung yang menggantung di leher cowok itu. "Bukannya yang disuruh itu kalung dari jengkol?"
"Oh... begini, Sunbae, ceritanya. Saya udah suruh pembantu saya beli jengkol buat dibikin kalung. Tapi dia salah pengertian. Dia kira saya lagi pengin makan semur jengkol. Jadinya jengkolnya dimasak deh sama dia. Tapi saya nggak bisa marah, soalnya semur jengkol buatan pembantu saya itu emang enak banget. Berhubung yang ada di rumah tinggal pete, ya udah saya bikin aja dari pete. Gitu, Sunbae, ceritanya."
Kai berdiri di samping Yoongi sambil berusaha mengulum tawa. Gaya bicara si Bantet ini memang asli lucu. Mimik mukanya yang innocent bikin orang yang mendengar ceritanya mau nggak mau jadi percaya. Tapi itu nggak berlaku buat Yoongi.
"Kamu pikir saya percaya sama cerita kamu itu?" tanya Yoongi.
"Harus percaya, Sunbae, karena saya memang jujur kok. Apa muka saya kayak muka penipu? Nggak, kan? Kalau mau, Sunbae boleh tanya sama pembantu saya di rumah... atau saya suruh dia bikin semur jengkol lagi buat Sunbae. Saya yakin, kalau Sunbae udah mencicipinya sedikit saja, Sunbae juga nggak akan bisa marah sama pembantu saya itu."
"Saya nggak peduli dan jangan coba-coba mempermainkan saya...! Sekarang juga saya minta kamu push-up tiga puluh kali!" perintah Yoongi.
"Push-up, Sunbae?" tanya cowok itu.
"Iya. Cepat!" bentak Yoongi. Suaranya yang keras membuat semua mata memandang ke arahnya.
Cowok itu tersenyum manis lalu berkata,
"Kalau Sunbae yang suruh, apa pun akan saya lakukan."
Dia meletakkan tasnya di tanah dan mulai mengambil posisi push-up. Lalu perlahan dia mulai push-up di bawah hitungan Yoongi.
.
(^-^)
.
"Oke, semuanya!" perintah Yongguk yang menempatkan diri di tengah aula. "Bikin lingkaran besar!"
Anak-anak baru itu mulai bergerak dan membuat lingkaran sesuai perintah senior mereka.
"Woi, pada tau lingkaran besar nggak sih!" bentak Kris. "Atau masih kayak anak TK, bikin lingkarannya harus sambil pakai nyanyian baru ngerti?!"
"Yang di sana!" seru Kai, "bikin lingkaran besar ya, bukan malah ngumpul dan ngobrol sendiri!"
Teriakan demi teriakan bergema di seluruh aula. Seandainya saja boleh, anak-anak kelas satu itu pasti akan sangat berterima kasih bila diijinkan menyumpal telinga mereka dengan kapas. Padahal mereka udah sebisa mungkin melaksanakan perintah sunbae-sunbae senior itu dengan baik. Tapi tetap aja ada yang salah.
"Kamu yang kecil kaya tuyul!" teriak Jackson. "Jangan malah mendem di pojok. Nanti kalau kamu ilang digondol jin bisa bikin repot, tau!"
Tawa anak-anak meledak.
"Siapa yang suruh ketawa!" bentak Kidoh. "Keterlaluan sekali kalian, ngetawain teman sendiri!"
Aula mendadak sunyi senyap. Nggak ada yang berani bersuara apalagi ketawa.
"Oke, sekarang semuanya dengar baik-baik!" suara Zico memecah keheningan. "Tadi pagi kalian telah diminta untuk mengumpulkan surat cinta dan surat benci untuk sunbae kalian kepada wali kelas masing-masing."
"Tapi ada satu surat yang rasanya aneh dan saya mau pengirim surat itu maju ke tengah lingkaran," lanjut Zico.
"Park Jimin dari kelas 1 D."
Cowok yang namanya disebut itu celingak-celinguk nggak jelas. Dan setelah tubuhnya didorong oleh teman-temannya, dia pun maju ke tengah lingkaran.
"Kamu yang namanya Park Jimin?" tanya Zico begitu Jimin sudah berdiri di hadapannya.
"Iya, Sunbae," jawab cowok itu sambil cengengesan dan garuk-garuk kepala.
"Kenapa kamu garuk-garuk kepala?" tanya Zico ketus. "Ketombean, atau memang kamu keturunan monyet?"
Weits, kasar!
"Ih, Sunbae kok ngomongnya gitu sih?" jawab Jimin. "Saya kan cuma sedikit salting karena harus berdiri di tengah-tengah orang banyak gini. Kesannya kaya lagi jumpa fans gitu deh. Mmm... Sunbae mau minta tanda tangan saya?"
Anak-anak kembali tertawa.
"Diam semuanya!" bentak Yongguk.
Ruangan kembali hening.
Jackson maju mendekati Jimin. "Lo mau ngelawan ya?!"
Jimin menggeleng sambil tersenyum.
Kai buru-buru menarik Jackson. Dia nggak mau sampai terjadi keributan. "Sabar, bang Jack, dia emang rada aneh. Tadi dia habis kena hukuman push-up lagi dari Suga. Tapi kelihatannya dia nggak berniat melawan kok."
Jackson menurut meski dengan setengah hati.
Kali ini giliran Kidoh yang maju dan mendekati Jimin dengan sepucuk surat di tangannya.
"Dengar baik-baik, Park Jimin!" seru Kidoh. "Kamu diperintahkan untuk menulis surat cinta dan surat benci. Tapi kenapa yang kamu kumpulkan cuma satu surat doang?"
"Oooh... itu karena di dalamnya udah lengkap terdapat ungkapan cinta dan ungkapan benci untuk bidadari manis yang telah menawan hati saya."
"Oke kalau begitu," kata Kidoh. "Sekarang saya minta kamu bacakan surat yang udah kamu tulis ini dengan suara lantang."
Semua pengurus OSIS yang berkumpul di tengah lingkaran bertepuk tangan dan berteriak riuh. Cuma Yoongi yang berdiri dengan kedua tangan terlipat di depan dada dan tampangnya manyun luar biasa.
"Tapi, Sunbae, surat ini nggak bisa saya bacakan," sahut Jimin.
"Kenapa?" Kidoh bertanya. "Kamu malu?"
"Bukan, Sunbae," jawab Jimin. "Tapi surat ini harus dinyanyikan."
"Dinyanyikan?" Kidoh jadi heran.
Jimin mengangguk. "Karena surat ini adalah lagu cinta. Jadi akan menjadi lebih indah dan bermakna apabila dinyanyikan."
"Kalau begitu ya nyanyikan aja," celetuk Zico.
"Mmm... boleh nggak kalau saya menyanyikannya sambil memainkan piano itu?" Jimin meminta ijin sambil menunjuk ke arah piano yang ada di depan aula.
Piano itu memang selalu berada di situ. Biasanya sih digunakan saat ada acara-acara sekolah yang membutuhkan iringan musik.
"Boleh aja kalau kamu memang bisa," jawab Zico.
Jimin tersenyum lalu berjalan mendekati piano itu. Dia duduk dan membuka tutup piano, lalu menempatkan jemarinya di atas deretan tuts berwarna hitam dan putih itu.
Beberapa anggota OSIS berjalan mendekat dan memasang mikrofon di dekat piano. Mereka juga memberikan mikrofon kecil yang kemudian dipasang di kerah baju Jimin agar suara Jimin dapat terdengar ke seluruh sudut aula.
"Tes... tes... satu, dua, tiga...," Jimin mencoba mikrofonnya.
"Oke, lagu sederhana ini saya persembahkan kepada seorang cowok manis yang telah membuat saya jatuh cinta. Min Yoongi alias Suga Sunbae."
Tepuk tangan memenuhi aula. Ada yang berteriak, ada yang bersiul, bahkan ada yang melompat-lompat nggak jelas.
Yoongi merengut kesal. Dia beranjak hendak meninggalkan aula, tapi teman-temannya langsung mencegat langkahnya. Yoongi pun mengurungkan niatnya. Dia cuma bisa berdiri diam dengan tampang jutek.
Jelas banget niat teman-temannya pengin ngerjain dia. Soalnya, di antara surat-surat yang diterima wali kelas satu, cuma ada satu surat cinta yang ditujukan untuk Yoongi. Ya surat dari Jimin ini. Selebihnya Yoongi cuma menerima setumpuk surat benci.
Selama MOS berlangsung, Yoongi menjadi senior yang paling ditakuti. Dia nggak terlalu suka ngomel atau ngebentak-bentak, tapi kalau udah bersuara nyeremin banget. Dia juga yang paling tega ngasih hukuman lari sepuluh kali keliling lapangan. Kalau ngomong pedesnya minta ampun.
Dan sorot matanya itu lho, tajam banget. Nggak ada satu pun junior yang nggak disiplin bisa lolos dari cengkeraman Yoongi. Bagi Yoongi, nggak ada tuh yang namanya kompromi. Senior lain sih ada juga yang galak, tapi nggak ada yang semenakutkan Yoongi.
Nada-nada yang mengalun dari piano membuat semua orang terdiam. Jimin memainkan jemarinya di atas piano sambil tersenyum menatap Yoongi. Yoongi membuang muka. Tapi Jimin tetap menatapnya, melantunkan lagu cinta dari bibirnya.
Ketika pagi datang
Ku tak pernah mengira
Kan bertemu denganmu
Di depan sekolahku
Jantungku pun berdetak
Sungguh sangat cepatnya
Dan ku tahu ku tlah jatuh cinta
Ketika malam datang
Sepi yang kurasakan
Tanpamu di sisiku
Galau selimuti kalbu
Ingin ku membencimu
Karna kaucuri hatiku
Dan buatku tergila-gila
Tuk mencintaimu
Percayalah sayangku
Kan kubawa kau ke surga
Ku berjanji padamu
Takkan meninggalkanmu
Meskipun dunia tak inginkan dirimu
Ku akan slalu di sisimu
Tepuk tangan membahana di seluruh sudut aula. Sorakan riuh rendah menutup pertunjukan singkat Jimin. Jimin berdiri dan berjalan ke sisi kanan piano. Sambil tersenyum lebar dia membungkukkan badannya berulang kali layaknya selebriti yang habis ngadain konser. Ia melambaikan tangannya dan meniupkan ciuman ke sekelilingnya. Gelak tawa, sorakan, siulan, dan tepuk tangan terus mengalir.
"Diam semuanya!" bentakan Yoongi yang tiba-tiba membuat seisi aula mendadak hening. Anak-anak terdiam karena kaget.
Zico mendekati Yoongi lalu berbisik heran, "Kenapa sih, Suga?"
Yoongi nggak menjawab. Dia malah berjalan mendekati Jimin yang masih berdiri di sisi piano sambil tersenyum.
"Kenapa kamu senyum-senyum?" tanya Yoongi sinis.
"Karena Sunbae manis," Jimin langsung menjawab tanpa ragu.
Suit... suit...! Siulan terdengar dari arah anak-anak kelas satu yang sedang berdiri.
"Siapa yang bersiul?" tanya Yoongi dengan suara keras dan tegas. Matanya melotot ke arah asal suara.
Hening. Nggak ada yang berani ngaku.
Yoongi kembali menatap Jimin yang masih berdiri dan tersenyum di depannya.
"Apa lagu itu kamu ciptakan buat saya?" kali ini suara Yoongi terdengar lebih halus.
Jimin mengangguk. "Iya, lagu itu saya ciptakan khusus untuk Sunbae."
"Kalau begitu saya sarankan, jangan pernah kamu menyanyikan lagu itu di sekolah ini," kata Yoongi dengan nada mengancam. "Lebih baik kamu nyanyi di Hongdae aja, itung-itung bisa dapat uang saku ekstra. Karena kalau kamu berani menyanyikan lagu itu di sekolah ini lagi, saya tidak akan memberikan kamu uang recehan, tapi air comberan!"
"Kok gitu sih, Sunbae?" tanya Jimin. "Padahal JYP pernah memuji suara saya loh waktu saya ikut audisi Kpop Star. Katanya suara saya khas dan unik. Teknik falseto saya juga top. Tapi sayangnya, waktu itu saya mundur gara-gara takut Park Jimin member 15& merasa tersaingi oleh saya. Maklumlah, saya ini orangnya suka nggak enakan."
Tawa kembali meledak. Para senior alias anggota OSIS berusaha sebisa mungkin mengulum tawa. Bagaimanapun Yoongi kan ketua mereka. Kalau mereka ikut tertawa, itu sama aja mereka ngetawain Yoongi.
Yoongi benar-benar keki. Kalau saat ini bukan acara MOS, Yoongi yakin tinjunya sudah bersarang di wajah cowok jayus ini.
"Semua diam!" bentak Yoongi kesal. "Dan kamu... kembali ke kelompok kamu!"
Huh, kayaknya, cowok satu ini akan benar-benar mengusik kehidupan Yoongi.
-TBC-
[Gimana? Seru gak ceritanya? Hehehe…]
[Review please:)]
