Pertama-tama, maafkan yuna untuk ini, Sei-chan. Mungkin kalau melihat fanfict milikku ini, kau dengan sepenuh hati akan melemparkan gunting-chanmu padaku. Percayalah.
Fujimaki Tadatoshi is the only one who own The Basketball which Kuroko plays.
Kalau Kurobas punyaku, Akashi tidak mungkin potong rambut begitu.
Sedikit warning: INCEST, ide mainstream yang didapat dari berbagai sumber, mistake typo(s), alur terlalu cepat, feels tidak dapat, kesalahan EYD, imajinasi liar yang menjalar sana sini, oot, gakjelas, dll.
Primrose © yunaclearance
Aku tidak percaya cinta. tahu mengapa? Karena aku mencintai kakakku sendiri. / "aku berharap salah satu dari kita bukan saudara." / "hei, kau tidak ditakdirkan sebagai putri tidur" / karena bunga Primrose sudah menggambarkan perasaanku padamu. / Salahkan pada Akashi Masaomi dan Akashi Shiori yang mengajarinya begitu.
Don't like, don't read. enjoy.
Kau dan aku lahir di rahim seorang ibu yang sama.
Namun kau berharap kalau salah satu dari kita bukan saudara. Bila impianmu terkabulkan,
apakah kita bertemu seperti ini?
apakah kita melalui hari-hari yang membuat kita saling jatuh cinta?
Jadi sebenarnya, kenyataan bahwa kita saudara itu anugerah atau musibah?
Original character point of view.
Siapa yang tidak kenal Akashi Seijuurou? Kapten basket Teiko. Ketua dari generasi keajaiban– yang sering kita sebut sebagai Kiseki no sedai. Penerus Akashi Corporation, dengan surai merah yang membara sangat menawan, apalagi disaat tertiup angin. Mata dwiwarna scarlet-gold membuat siapapun yang melihatnya akan merasa terintimidasi. Murid teladan berperingkat pertama (yang menurutku itusih selalu). Hobi, atau lebih tepatnya profesional dalam hal shogi. Dengan tubuh setinggi 173cm itu termasuk pendek untuk ukuran atlet basket. Bercanda. Aku tak mau mati ditangan guntingmu. Oh, dan jangan lupa ia maniak gunting. Tapi hei, semua itu akan berbeda bila di rumah. Terlebih saat ia menyantap sup tofu kesukaanya ataupun saat tertidur di sofa.
Dan mengapa diriku sangat mengenalinya? Tentu saja aku sangat mengenalnya. Karena namaku Akashi Nanao, dengan marga 'Akashi'pun kau sudah tahu, aku adik kandungnya. Nao adalah (yang katanya) panggilan sayangnya untukku. Saat ini aku menduduki kelas 2-A di sekolah yang sama dengannya. Orang lain bilang aku dirinya yang berubah gender. Dengan warna surai yang 'mirip' dengan mata yang mengintimidasi. Namun bila kau bandingkan dengan sifatnya, itu akan berbeda urusan. Kau akan mengetahuinya, pasti.
Perbedaan pertama, aku tidak akan berbicara bila tidak diajak bicara. Kalaupun penting aku baru memulai pembicaraan. Mungkin hal ini membuatku sangat akrab dengannya (baca ulang tiga kali kata 'mungkin'). Aku lebih menyukai diam, mencerna keadaan sekitar dan berfikir. Bahkan ada rumor bahwa aku kehilangan kemampuan untuk berbicara, dasar orang awam.
Perbedaan kedua, aku tidak suka hal-hal nekat yang ia lakukan. Mencongkel kedua matanya untuk menebus kesalahan bila kalah dalam pertandingan basket antar SMA– contohnya. Yang benar saja, mata itu adalah indera penting bagi manusia. Lagipula, bagaimana nasib para fansmu itu? Apa mereka akan terus mengagumi sang Emperor bahkan tanpa dwiwarna matanya?
Perbedaan ketiga, aku sangat-sangat takut terhadap kuda. Jangan tanyakan ini padaku, tanyakan pada rumput yang lagi goyang duman– pada yuna.
Namun diatas semua hal itu, hal yang paling membuatku akrab dengannya hanya sebuah benda berwarna oranye. Basket. Kami menyukainya sejak kecil, berkat ibu. Meskipun aku tidak boleh terlalu sering bermain basket.
Flashback
Hari ini, klub basket SMP teiko mengadakan latihan rutin seperti biasanya. Aku pun dengan rutin mengikuti latihan yang tidak ringan itu.
Hap! aku meloncat ringan dan mencetak angka dari posisi three-point. Hasilnya masuk. 3 poin sebagai posisi shooting-guard itu termasuk keahlianku. Kemudian aku berlari kecil kebawah ring untuk mengambil kembali bola tersebut, namun sialnya ketika aku kembali berdiri, seseorang tidak sengaja menyikut daguku. Tidak sakit. Tetapi aku merasakan cairan merah yang kental keluar dari sela-sela gigiku...
"kau tidak apa-apa?"
"Akashi Nanao-san!"
Adalah teriakan terakhir yang kudengar. Duniaku menjadi gelap secara tiba-tiba.
Akashi Seijuurou point of view.
"Akashi Nanao-san!" teriak seseorang di dalam gym. Ada apa ini? Mengapa hatiku langsung bergedup kencang? Apa sesuatu terjadi padanya? Aku mempercepat langkahku menuju gym. Pikiranku terus memikirkan hal terburuk yang akan terjadi sebelum akhirnya aku melihat banyaknya tetesan darah di lantai gym indoor ini.
"Shintarou, ambilkan kotak P3K. Sekarang." Kataku seraya menghampiri Nao dan menggendongnya ala bridal style kearah bench. Shintarou dengan sigap membawa kotak P3K yang kusuruh tadi.
"Mengapa yang lain diam saja? Anggota first string tetap melanjutkan latihan! Yang lain bersihkan noda itu. Jangan sampai tersisa. Bila kulihat nodanya masih tersisa sedikit saja, akan kuhukum kalian keliling lapangan 20 kali! Mengerti?" Kataku sambil membersihkan luka ditubuhnya. Semua yang berada di gym serempak menjawab "Ya!" tanda mengerti. Sekarang tinggal menunggu wanita yang satu ini terbangun...
"Hei. Kau tidak ditakdirkan menjadi putri tidur." Kuakui perkataan ini sedikit jahat, tapi percayalah, ini nyaris jam enam.
Flashback End
Kolom Curhat Colongan Author
ANODER PANPIK INKES! /dibuang (padahal disuruh bikin adegan lemon-lemonan AoMomo sama Un***n)
kuakui ini akhirnya ngegantung. /gak
ide ini sudah berenang bebas dikepalaku entah sejak kapan lamanya. yang jelas sudah lama sekali sampe ada sarang laba-labanya *pundung diselokan
at Last, terimakasih shynsrs sebagai pendengar fangirling setiaku, dan Nio-kun yang selalu menyemangati untuk mempublish fanfict ini.
Gimana prologue-nya? Keep Continue atau Delete? Keep rating T atau ada Lemonnya? Review (´;ω;`)
