Disclaimer : Harry Potter © J.K Rowling

Belongs To Me © Back-Total yaoi addict

Rate : T to M

Genre: Romance, Hurt/Comfort.

Pairing : DMHP, JPSS, SBRL, TMRLM.

Spoiler Warning : AU, SLASH, Future!Mpreg, No War No Voldemord, Don't like Don't read!

P.S : Di fic ini James bukan Harry's Father dan Lucius bukan Draco's Father.

Please Enjoy It!

.

.

BELONGS TO ME

.

.

Chapter 1!

Tak terasa musim gugur akhirnya sudah didepan mata. Pagi hari pertama tepat sebelum bulan September segar dan kering, serta berwarna keemasan seperti pir yang mendominasi simfoni alam, seorang bocah berumur 11 thn bersurai hitam berantakan bernama panjang Harry James Potter tertidur lelap di kamarnya yang seukuran lemari penyimpanan barang bekas tepat dibawah anak tangga.

Kurang dari lima detik tidur lelap bocah tersebut buyar akibat guncangan serupa gempa bumi yang membuat plafon-plafon atap ruang tidur minim tersebut bergemeretak keras.

Entahlah, siapa lagi penyebab fenomena itu selain Dudley. Sepupu berbadan gempal yang selalu mengganggu Harry, dimanapun dan kapanpu. Sengaja atau pun tidak sengaja setiap tindakan yang dilakukan Dudley selalu berakhir kesialan bagi Harry.

Mata seindah emerald milik Harry perlahan terbuka. Terima kasih kepada sepupu gempalnya yang suka seenak udelnya itu. Belum lagi bibi Ptunia yang semakin menambah kesialan bagi Harry di pagi yang indah ini dengan berteriak-teriak memanggil namanya seakan kiamat terjadi esok.

"HARRY!"

"HARRY!"

"WAKE UP UGLY!"

Gendang telinga Harry terasa ingin pecah mendengar suara menggelegar milik bibi Ptunia. Lantas secepat yang dia bisa, Harry bangkit dari tidurnya hendak menuju ke arah dapur. Namun belum sempat sampai di dapur Dudley dengan sengaja menubruk Harry dengan badan gempalnya, hingga mengakibatkan Harry hilang keseimbangan dan tersungkur ke lantai.

"Minggir jelek!"

Harry hanya bisa pasrah menerima perlakuan kasar dari sepupunya. Mau bagaimana lagi, dengan tubuhnya yang terlalu kecil di bandingkan anak seusianya ini seperti mimpi saja rasanya jika ingin melawan sepupu yang tiga kali lebih besar dari dirinya.

...

"Ingat Harry, jangan berkata macam-macam pada James saat dia pulang!", perintah paman Vernon ketika Harry menaruh sepiring besar sandwich dan brownies dihadapan ketiga kerabatnya itu.

Malangnya Harry, susah payah dirinya menyiapkan makan pagi untuk keluarganya. Tapi tak sekalipun keluarganya itu mengajak dirinya untuk turut makan bersama. Paling-paling hanya tinggal serpihan dan sepotong kecil porsi yang akan Harry dapatkan untuk makan paginya kali ini.

"Kau dengar anak aneh! Sekali kau besar mulut dihadapan James, aku akan menghabisimu nanti!"

Bergiding akibat tatapan pamannya, Harry secepat mungkin menganggukan kepalanya pertanda mengerti.

"Pindahkan juga barang-barang rongsokan milikmu ke kamar atas dan jangan katakan pada James kalau kau pernah tidur dibawah tangga!", sambung bibi Ptunia.

Bibinya itu sangat paham dengan perangai James yang tidak akan tinggal diam melihat Harry, adik kesayangannya, diperlakukan tidak adil dan disakiti sekecil apapun oleh siapapun.

Keluarga Dursley memang orang jahat, namun mereka adalah orang-orang pengecut yang hanya berani kepada anak kecil yang lemah seperti Harry saja. Disaat James berada di dekat Harry mereka tidak akan pernah berani mengganggu Harry sedikitpun.

Selesai membereskan makan pagi dan mencuci piring-piring kotor, Harry segera mengepak barang-barang miliknya dan memindahkannya kekamar atas.

Omong-omong soal James. Sungguh gembira hati Harry mengingat besok pagi kakanya itu akan pulang. Sudah hampir 1 pekan Harry tidak bertemu dengan James. Walau James selalu mengirimkan banyak surat kepadanya, rasanya itu semua belum cukup. Terlebih lagi disuratnya yang terakir James berjanji akan membawa seseorang yang penting baginya untuk berkunjung. Entah, siapa orang yang sangat disayangi James selain Harry dan 'The Marauders'. Dan yang pasti sekarang ini Harry sudah tidak sabar menunggu hari esok.

...

"Hei Prongs, berhenti cengar-cengir seperti itu mate.. Kau tidak lihat sedetik lagi para fans girl mu itu bisa saja mati karena kehabisan darah!", ujar Sirius ketika makan pagi di aula besar bersama kedua sahabat Maraudersnya, James dan Petter.

Mendengar kata-kata sahabatnya, lantas James mengalihkan pandangannya kearah yang ditunjukkan oleh jemari Sirius. Tidak hanya siswi Gryffindor, Revenclaw, dan Huplepuff, bahkan siswi dari asrama ular juga terpaku dengan karisma dan ketampanan James Potter, pemuda gagah seeker andalan tim Quidditch dari asrama berlambang 'singa pemberani' sekaligus anggota genk 'The Marauders' yang terkenal dengan kejahilannya di seluruh penjuru Hogwarts.

James meneguk jus labunya sebelum beralih kepada Sirius, "Ow, sorry Padd.. Bukan salahku lahir dengan wajah tampan dan bakat yang cemerlang seperti ini!"

Sirius memutar bola matanya, muak dengan rasa percaya diri sahabatnya itu yang terlalu berlebihan-walau semua itu benar, "Yeah, terserahlah Prongs".

"Oh, ayolah Padd, jagan iri.. Ku yakin fans girl mu juga tidak kalah denganku..", giliran James sekarang yang mengacungkan telunjuknya kearah siswi-siswi perempuan yang sejak tadi tidak lepas-lepasnya memandangi sahabatnya itu.

Sirius menolak untuk mengalihkan pandangan kearah fansnya, "Yeah, kau benar Prongs.. Tapi please jangan bahas hal itu di sini, mate!". "Aku tidak mau merusak mood Mooney kesayanganku..", bisik Sirius kepada James.

"Yeah, kau benar juga Padd.. Lebih baik kita berhenti membicarakan para siswi-siswi itu sebelum my sweetySevvy and your sweetyMooney ada disini!", balas James plus senyum-senyum aneh.

"That right, Prongs.. 'Our wife' benar-benar sensitif dengan hal-hal macam ini". Keduanya saling mengangguk setuju sementara sahabat mereka yang satu lagi masih saja fokus dengan daging panggang saus madu miliknya.

Beberapa saat kemudian pintu aula besar terbuka dan masuklah dua remaja laki-laki tampan, namun cukup manis. Mereka berdua menuju kearah meja para murid Gryffindor. Remaja besurai hitam lembut sebahu duduk tepat disamping pemuda bernama James. Sedangkan remaja satunya lagi yang bersurai madu duduk tepat disamping pemuda bernama Sirius.

"Sudah puas diperhatikan terus oleh penggemar wanitamu, 'sang-Seeker Singa Gryffindor' ?", sergah pemuda bersurai hitam sinis, sembari memindahkan beberapa sendok kentang tumbuk kedalam piringnya.

Mendengar perkataan temannya, pemuda bersurai madu melirik kearah pemuda tampan disampingnya yang tidak lain tidak bukan adalah Sirius Black, sebelum menuang jus labu kedalam piala mliknya sendiri, "Betul sev, kurasa disebelah sini juga sedang terbuai dengan hidup yang dipenuhi oleh para penggemar wanitanya!".

Mendengar perkataan kedua pemuda yang baru saja datang membuat kedua pemuda yang disindir secara frontal sedikit tegang.

Yah, begitulah. Siapa sangka kedua pemuda pemberani yang terkenal dengan kejahilannya dan tidak takut dengan apapun—termasuk para pengajar—itu secara tiba-tiba ciut dihadapan kedua pemuda dihadapan mereka.

"Oh, come on Love.. Bukan salahku kan kalau mereka naksir berat padaku", jelas James kepada pemuda bersurai hitam lembut yang duduk tepat disampingnya, Severus.

"Yeah, itu juga bukan salahku Mooney.. Ini semua salah si-Prongs yang mengumbar senyumnya kepada gadis-gadis itu!", sambung Sirius tak mau pemuda bersurai madu salah sangka.

"Oh~ Merlin, apa maksudmu mate? Aku tidak mengumbar senyum!"

"Kau menggumbar senyum, Prongs.. Aku melihatnya sendiri.."

"Yeah, oke.. Tadi itu aku memang tersenyum.. Tapi, aku tidak tersenyum untuk mereka Padd!"

"Ya... Walau kau tidak pernah tersenyum untuk mereka, tapi kau harus tau bahwa sengaja atau tidak senyummu itu selalu menarik perhatian mereka Prongs.."

"Oh, yeah.. Thanks atas pujianmu. Tapi, jangan salahkan aku karena hal itu, Padd.."

"Demi Merlin, Prongs.. Aku juga tidak mau disalahkan atas hal ini"

"Oke, kalau begitu kita impas Padd! Tidak ada yang salah disini". James memberikan kepalan tangannya kepada Sirius.

"Setuju Prongs", sergah Sirius sembari menghantamkan tinjunya ke kepalan tangan James. "Kau dengar itu Mooney? Aku tidak pernah menghianatimu sweetheart.."

Sementara itu Remus Lupin hanya memutar bola matanya menghadapi tingkah Sirius dan James. "Yeah, what ever! But, please don't touch me here boy!", ujar Remus memukul tangan nakal Sirius yang sudah berada dipahanya.

Dari sudut matanya, James dapat melihat bagaimana sahabatnya meringis kesakitan dan berusaha mendekati kekasihnya. Lucu rasanya melihat Sirius Black, pemuda super jail dan sangat terhormat, memohon-mohon seperti itu.

"Sudah puas menertawai sahabatmu sendiri, James Junior Potter?", ujar Severus sarkastis.

Tak mau perselisihan ini terus berlanjut James lantas merengguh sebelah tangan Severus dan mengecupnya. "Oh, demi janggut Merlin.. Please, mengertilah!Aku tidak bersalah, Sevvy..!",

Ketika itu juga hancurlah beribu-ribu hati milik para gadis penggemar seorang James Junior Potter ketika melihat kejadian dimana pangeran mereka mengecup lembut tangan seorang Severus Snape. Tidak ada lagi kesempatan bagi mereka untuk memiliki sang seeker terkenal tersebut, mengingat kejadian dimana remaja tampan dan terkenal itu menyatakan cintanya kepada pemuda asal Slytherin—korban kejahilannya sendiri—tepat dihari Valentine tahun lalu.

Menyadari dirinya ditatap oleh berpasang-pasang mata membuat wajah pemuda asal Slytherin memerah. "Hentikan James!", bisik Severus berusaha melepaskan genggaman tangan James yang begitu erat di tangannya.

Menghadapi perlawanan kekasihnya, James semakin memperkuat genggaman tangannya, "Tidak sebelum kau mengerti, Love!"

Severus merinding merasakan hembusan nafas James ditengkuknya, "B-Baiklah James, aku mengerti.. Sekarang cepat lepaskan tanganku!"

"Sekali lagi 'tidak', sebelum aku menciummu, Sevvy..", ucap James sebelum menarik pinggang Severus mendekat kearahnya. Sementara, Severus yang tidak menyangka dengan aksi konyol kekasihnya tidak mampu bergeming. Disaat James memagut bibirnya pun, pemuda asal Slytherin tersebut kontan membatu.

Melihat sepasang sejoli saling bergumul berbagi kemesraan, membuat seisi aula mendadak gaduh dengan berbagai sorak sorai, siulan, tawaan, makian, serta tangisan. Begitu pula dengan 'Marauders' lain yang ikut-ikutan cengo melihat aksi gila sahabatnya yang tidak biasanya main terang-terangan seperti ini.

Bagaimana tidak, pasalnya dua sejoli tersebut sampai sekarang tidak pernah sekali pun mengumbar kemesraan dihadapan para khalayak. Dan saat ini tiba-tiba saja pasangan tersebut melakukan gebrakan secara tidak tanggung- tanggung. Oh Merlin.. Mereka sungguh pasangan yang tidak biasa..

Dari meja para pengajar yang memperhatikan semua kejadian secara menyeluruh hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah pemuda-pemuda tersebut. Akan tetapi demi menegakkan simbol ketertiban yang menjadi tiang tumpu hukum di Hogwarts, maka Professor Albus Dumbledore terpaksa turun tangan.

"SILENCE"

Suara yang menggelegar seketika menghentikan kegaduhan diaula besar. Semua pasang mata tertuju ke arah podium dimana singgasana sang penyihir terkuat berada.

"50 point diambil dari asrama Gryffindor dan Slytherin!", ucap Prof. Minerva McGonagal yang entah sejak kapan sudah berada di depan meja para murid Gryffindor. "Dan jangan lupa keruanganku siang nanti untuk menerima detensi, , !"

Mendengar kata 'Detensi', sontak membuat Severus memandang tajam kearah James. Namun, pemuda yang ditatap hanya mampu cengar-cengir meminta maaf.

Ampun Merlin, sejak kapan seorang Severus Snape, murid paling disiplin dan paling rajin sepertinya mendapat detensi. ITU MUSTAHIL..

Yeah, tapi itu tidak mustahil jika segala sesuatunya berhubungan dengan 'The Marauders'. Semenjak bersama James mau tidak mau, suka tidak suka, sengaja tidak sengaja, semua masalah-masalah yang ditimbulkan para Marauders selalu saja berakhir detensi. Maka tak terelakkan lagi sebuah detensi akan melanda murid asal Slytherin tersebut.

Sementara itu di meja Slytherin Tom Riddle berbisik kepada pemuda bersurai platinum panjang di sebelahnya sebelum tersenyum penuh arti, "Sahabatmu terkena detensi lagi, Lucy".

Lucius Malfoy hanya mengangkat bahu tidak terlalu peduli dengan ucapan Tom. Baginya semua urusan pribadi sahabatnya tidak pantas untuk dia campuri.

...

Waktu menunjukan pukul 04.00 sore hari. James dan Severus baru saja menyelesaikan detensi yang diberikan oleh pengajar mata pelajaran Transfigurasi tersebut.

"Jangan pernah melakukan hal itu lagi, James!", Severus murka dengan kelakuan matenya itu.

"Sorry, love.. I'm really really Sorry!", James mencoba merayu Severus.

Severus memutar bola matanya, bosan. "Oh, come on Love. Lupakan masalah sepele tadi okey..", James memeluk Severus dengan gemas.

"APA! Kau bilang ini sepele James?", Severus semakin kesal dengan kebiasaan James yang terlalu cuek dan menganggap semua hal itu mudah. "Demi Salazar Slytherin, James.. Aku akan memberikanmu kutukan 'tak termaafkan' jika hal seperti kemarin terulang lagi", ujar Severus ketus. Detik itu Severus bermaksud meninggalkan James di lorong dekat asrama Slytherin sendirian, namun James terlanjur menariknya kedalam pelukan pemuda gagah tersebut.

"Oh My Love, My Sev, My sweetheart, My sweetysevvy, My mate, please jangan marah lagi Okey? Mulut bodohku yang salah, sev.. Kalau kau mau, kau boleh menampar bibirku dengan.. emm.. bibirmu..", canda James di telinga Severus yang masih memeluk erat pemuda tersebut.

'Oh, GOD.. Kenapa aku bisa menerima James menjadi kekasihku. Sepertinya otaku benar-benar sudah rusak', pikir Severus.

"Ayolah, Sevvy.. Bisakah kita sudahi saja pertengkaran kecil ini? Tidakkah kau ingin membicarakan keberangkatan kita besok ke rumah pamanku, love?", jelas James semangat.

Mendengar perkataan James mengenai rencana yang beberapa bulan lalu sudah mereka berdua rencanakan membuat arus muka Severus mendadak berubah 100%. Yah, memang pasalnya Severus sudah menunggu saat-saat dimana dirinya bertemu dengan adik dari kekasihnya itu. Sudah terlampau sering James menceritakan tentang Harry dan itu selalu membuat Severus penasaran. Terlebih severus yang lahir sebagai anak sulung begitu mendambakan memiliki sosok seorang adik.

...

Di sudut lorong Hogwarts yang paling jarang dilewati para murid duduklah dua pemuda yang sedang asik, ummp.. Bergumul? Berbagi kasih? Bercumbu? Yeah, whatever lah, semua sama saja..

"D-Draco.. P-Please, sentuh aku lebih da-dari ini..", racau pemuda diatas pangkuan pemuda bersurai pirang platinum.

"Apa kau yakin, Oliver? Udara disini bisa membuatmu demam kalau kau duduk tanpa pakaian walau hanya sebentar", bisik Draco tepat ditelinga pemuda bernama Oliver.

"NO, Draco. Please! I need you.. I want you!", sergah Oliver.

"Are you sure, love?", bisik Draco lagi. Dengan sengaja Draco membelai lembut dada mulus dibalik kemeja pemuda dipangkuannya. Membuat desahan kecil keluar dari bibir pemuda bernama Oliver.

"Please Draco, Please! Take me.. I need you inside me..", racau Oliver. Dia sudah tidak bisa berpikir jernih akibat sentuhan-sentuhan tangan hangat dibalik baju seragamnya.

"Yes, My pleasure love.."

Tanpa berpikir dua kali Draco kembali memagut bibir tipis milik Oliver. Membuat pemuda tersebut kembali mendesah. Sentuhan tangan Draco pun semakin intens bergerilya dibalik seragam yang kini tidak karuan.

Lepas 5 menit kemudian bagian atas tubuh Oliver polos tanpa satu helaipun kain yang menutupinya. Menampakan dada putih mulus dan sexy.

Kecupan Draco mulai beralih dari tengkuk pemuda diatas pangkuannya menuju dada nan mulus itu.

Setiap kecupan yang diberikan Draco membuat Oliver tak sanggup lagi untuk tidak melenguhkan nama pemuda bersurai pirang platinum tersebut.

Oliver sungguh menyukai sensasi basah dan menggelitik yang diberikan Draco disetiap sudut tubuhnya. Apalagi saat ini, dimana lidah dan bibir itu bermain-main tepat di kedua titik paling sensitif di dadanya. Membuat dirinya meremas helai pirang pemuda tersebut untuk mengurangi sensai yang sangat luar biasa ini.

"DRACONIS ABRAXAS MALFOY!"

Sebuah teriakan membuat Oliver terlonjak kaget. Dia sontak bangun dari posisinya dan menutupi bagian depan tubuhnya yang terekspos dengan baju seragamnya yang tadi sempat terlepas. Sementara pemuda pirang platinum yang namanya disebut dengan lantang tidak terlonjak sama sekali. Dia masih tetap tenang di posisinya semula.

"Jelaskan semua ini, Draco?", ujar pemuda bersurai platinum panjang yang memergoki kedua pemuda tersebut.

"Tidak ada yang perlu ku jelaskan. Kau sudah melihat semuanya dengan mata kepalamu sendiri, Luc!", ujar Draco santai. Dia bangun dari posisi duduknya dan beralih kearah pemuda yang sejak tadi berdiri sambil menutupi bagian depan tubuhnya tanpa bergeming.

"It's okey, Love.. Tidak perlu setakut itu dengan Lucius..", ujar Draco ketika merasakan ketakutan pemuda dihadapannya.

Dalam diam Draco membantu Oliver memakai seragam dan jubahnya. Sementara wajah Oliver masih merah padam akibat dipergoki oleh Lucius, kaka Draco.

"Berhenti memelototi dia seperti itu, Luc", Draco memutar bola matanya. "Baiklah Oliver, kau bisa kembali ke asramamu sendiri?", tanya Draco dengan lembut.

Oliver hanya mampu menganggukan kepalanya pertanda 'iya'.

"Kalau begitu sampai jumpa besok, sweetheart", ucap Draco sebelum mengecup kening pemuda berstatus kekasihnya itu.

Oliver menganggukan kepalanya sekali lagi sebelum pergi dari hadapan Draco dan Lucius.

"Jadi itu pemuda yang didesas-desuskan telah meluluhkan hati seorang Draco Malfoy Pangeran Slytherin?", tanya Lucius.

Mendengar perkataan Lucius membuat Draco tertawa geli, "Hss.. Jangan bercanda, Lucius! Apa kau percaya kata-kata mereka?", tanya Draco balik.

Lucius memandang wajah adiknya. Walau hubungan Lucius dan Draco sangat dekat, tapi kenyataanya terkadang Lucius tidak mengerti yang mana Draco yang sebenarnya. Karena Draco adalah orang yang paling handal dalam memakai topeng.

"Tidak usah bingung memikirkanku, Luc", sergah Draco sebelum melangkah pergi dari hadapan kakaknya. "Oh, hampir lupa! Thanks, sudah memergoki ku tadi. Aku tidak perlu berakting lebih jauh lagi!", jelas Draco dengan senyum liciknya.

Melihat senyum Draco membuat Lucius tersadar bahwa kegiatan barusan serta hubungan adiknya dengan pemuda bernama Oliver hanyalah bohong belaka. Poor Oliver. Kasihan pemuda itu karena terpilih menjadi batu loncatan bagi Draco. Entah, apa yang sedang direncanakan adiknya itu. Yang pasti hanya Draco dan akal bulusnya saja yang tau..

...

~TO BE CONTINUE~

...

A/N: CUT! CUT! CUT! Weleh-weleh.. Hampir aja Fic ini berubah pair. Hahaha.. Kebablasan scene nya DracOliv. Tenang Fic ini masih Drarry kok. Anyway, kebanyakan adegan JamSever.. Hahaha, mau gimana lagi udah terlanjur! Yang pasti chap depan pasti ada Drarry. Oke, minta kesan dan pesan yow..

Thanks For Reading

Please,

R

E

V

I

E

W

^_^ THANKS A LOT ^_^