Disclaimer: Naruto milik Masashi Kishimoto

Pale face

.

Seorang gadis berambut klimis dan pucat sedang menuntun sepedanya yang sengaja dirusak oleh siswa (atau siswi?) yang tidak bertanggung jawab. Dia hanya menghela napas ketika melewati sebuah gang yang cukup mengerikan bagi seorang siswi sepertinya.

Disana terdapat kecoak, tikus dan berbagai makhluk 'mengerikan'. Namun bukan itu yang dia takuti, melainkan….

"Hey cewek manis…. Mau kemana nih?"

Itulah yang dia takutkan.

"Hey,,, jadi cewek kok sewot banget sih! Dasar sombong!"

Gadis itu tetap menuntun sepedanya. Berharap agar suara-suara itu segera menghilang seiring langkah kakinya yang semakin banyak.

Grep!

Sebuah tangan mencengkram lengannya. dia hanya bisa berlari dengan meninggalkan sepedanya. Yang penting selamat lebih dulu. Urusan sepeda urusan nanti. Namun kuatnya cengkraman itu membuatnya tidak berkutik.

"Seharusnya kau tidak meninggalkan sepedamu disini."

"Sini! biar kuajari cewek sombong ini!"

Dia tidak berdaya ketika tubuhnya dibawa secara paksa oleh gerombolan itu. dia menyesal tidak meminta bantuan Onii-chan nya untuk mengantarkannya pulang. Namun melihat Onii-chan yang sibuk di perpustakaan membuatnya ingin pergi sendiri.

"Niichan!"

Bruak!

Bugh!

Gadis itu hanya menutup mata dan setelah itu hanya sebuah pelukan yang melingkar di tubuhnya. Dia membuka mata dan mendapati seorang remaja seumuran dengannya yang memeluknya. Niichan-nya.

"Baka! Sudah kubilang jangan pulang sendiri. Lagian kenapa juga kamu melepas kacamatamu?"

"Hiks hiks. Gomenasai….."

Gadis itu hanya menangis. Kakaknya hanya memandang sekeliling dan mendapati sepedanya yang sudah rusak. Dia mengusap kepala Imouto-nya dengan perlahan-lahan.

"Aku takut dimarahi Kaa-san," ucapnya seraya menangis sesenggukan. Kakaknya hanya menghela napas. Lalu dengan cekatan dia 'mendirikan' sepeda adiknya dan tersenyum.

"Kita bawa ke sana dulu yuk buat di benerin. Nanti pake uangku saja. Oke?" ucapnya. Adiknya hanya mengangguk. Lalu dia tersenyum.

"Arigatou! Onii-san!"

Kakaknya hanya terpaku melihat senyum itu. senyum palsu namun menggoda bagi setiap lelaki yang melihatnya. Namun dia sudah memperingatkan adik kembarnya yang satu ini untuk tidak memakai senyum itu. dia bahkan menyarankan adiknya ini untuk memakai kacamata. Yah, sekedar untuk 'menghilangkan' kecantikannya. Namun justru dia terlihat pintar dan sensual dengan kacamata itu.

"Ayo!" ucapnya seraya menuntun sepeda adiknya. Adiknya sendiri hanya menuntun sepeda kakaknya. Lalu dia menaikinya dan memedal-nya hingga sejajar dengan kakak kembarnya.

Dia memandangi kakak kembarnya. Selama ini entah kenapa dia ingin sekali memberikan sesuatu yang indah untuk kakaknya. Sesuatu yang berasal dari jerih payah dirinya sendiri. Namun semuanya seakan sia-sia melihat kejadian beberapa hari yang lalu.

Flashback on

"Sai, kemarilah!"

Gadis itu hanya mengangguk dan duduk di depan ayahnya yang terkenal sadis. Dia hanya menunduk. Tidak mau menatap tatapan tajam dari ayahnya. Dia tahu kalau rahasianya terbongkar gara-gara teman sesama maid-nya.

"Tadi sore aku melihatmu memakai pakaian maid. Kau bekerja paruh waktu lagi?"

Sai hanya diam. Dia lalu mengangguk perlahan.

"Jawab! Apa kau bisu?!"

"Ha-hai…"

"Kita merupakan keluarga sederhana. Namun uang kita cukup untuk makan! jawablah dengan tegas! Jangan seperti orang yang tidak makan setahun!"

"HAI!"

"Kenapa kau bekerja paruh waktu? Apa uang kita kurang untuk membiayaimu?! Bekerja bak orang yang tidak punya uang."

"Teman-teman disana juga ada yang seperti kita. Mereka juga berkerja paruh waktu…"

"Oh ya… dan memamerkan kalau keluarga uchiha adalah keluarga yang miskin kepada yang lain?"

Dia hanya menunduk. Dadanya terasa sakit sejak tadi. Dia hanya menahan tangis. Namun tangis itu pecah juga. Dia berusaha untuk tidak memperdengarkan tangisnya. Namun air mata tetap meleleh dna jatuh di kedua pipinya yang pucat.

Aku sudah tidak kuat….

"Tou-san! sai tidak salah apa-apa. Dia ingin seperti anak yang lain."

Sai menoleh dan mendapati Sasuke yang menyela pembicaraan ayahnya. Dia duduk di samping Sai. namun Sai sudah mencapai batasnya. Tubuhnya 'terjatuh' ke bahu Sasuke.

Dan hanya kegelapan yang dia tahu setelah itu…..

Flashback off

Sai terkejut ketika Sasuke menyentuh pundaknya. Seketika Sai terjatuh dari sepeda. Membuat Sasuke tertawa dan membiarkan Sai untuk bangun sendiri dan membersihkan pakaiannya.

"Makanya! Kalau bersepeda jangan melamun. Mattaku, apa keahlianmu hanyalah melamun setiap saat? Hampir tiap hari kau melamun. Bahkan sebelum tidur pun kau juga melamun. Kalau pikiranmu kosong, bisa-bisa setan masuk ke dalam tubuhmu!" ucap Sasuke seraya menunjuk kepalanya sendiri. Sai hanya merengut.

Sasuke yang mengetahui hal itu hanya tersenyum lalu menjitak kepala Sai.

"Setidaknya bilang 'hai, Oniisan'," ucapnya seraya memperagakan senyum yang sering dipakai oleh Sai. sai malah tambah cemberut. Hingga akhirnya mereka telah sampai di tempat dimana sai akan meminta orang disana untuk memperbaiki sepedanya.

.

.

.

"Ne ne, Oniisan. Tadi bayar berapa buat sepedanya itu?" ucap Sai seraya menaiki sepedanya. Sasuke hanya menoleh dan tersenyum.

"Sudahlah, tidak usah dipikirkan. Yang penting kamu tidak dibantai sama Tou-san. kalau Kaa-san sih masih bisa mengerti. Kalau Tou-san?"

Sai hanya terdiam. Dia hanya memikirkan bagaimana caranya agar dia bisa bekerja paruh waktu untuk menggantikan semua ini. namun tak ada satupun ide yang melintas di kepalanya. Hanya yang ada Sasuke kembali menepuk bahunya.

"Kyaaa…."

Bruagh!

Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

"Ne ne Sai-chan! Kau tahu tidak anak kelas sebelas IPA satu yang namanya Gaara?"

Sai mengalihkan perhatiannya dari kotak bento. Dia menoleh dan mendapati temannya yang bernama Naruko sedang sibuk melihat ke arah teman-temannya yang berebut brosur mengenai 'Pemilihan Putra Putri SMA Konoha'.

"Iya, aku tahu. Memangnya kenapa?" ucapnya datar. meskipun dia terlihat kuper, tapi kebiasaannya untuk membuat berbagai macam proporsal kegiatan sekolah membuatnya dekat dengan para senpai. Termasuk yang bernama Sabaku no Gaara itu. meskipun begitu, mereka tidak terlalu dekat juga. Mungkin karena Gaara yang selalu bersikap dingin padanya.

Sai sendiri merupakan tipe yang suka membalas dendam. Dia akan meremehkan orang yang meremehkannya. Dia akan mengacuhkan orang yang mengacuhkannya. Dan begitulah seterusnya.

Dan mengenai perusakan sepedanya itu. sai sendiri sudah memberikan pelajaran yang sangat pantas.

"woah! Tak kusangka seorang Sai juga kenal Gaara-senpai."

"Kau ini membuat merasa semakin terpuruk saja."

"Hehehe… gomen. Kau tahu tidak? Sekarang Gaara-senpai jadi idola kaum hawa. Kau tidak punya chemistry dengannya ya?" ucap Naruko seraya duduk di depan sai yang sedang menghabiskan bento-nya. Sai menggeleng sambil mengunyah Tenpura-nya.

"HE? Padahal kalian terlihat serasi waktu kau mewawancarai-nya buat majalah sekolah," ucap Naruko.

"Dan ujung-ujungnya sepedaku rusak kemarin! Kalau kau mau ambil saja si Gaara-senpai itu. lalu bisar ku kasih tahu Oniisan," ucap Sai sewot. Tentu saja, siapa yang minta foto buat majalah? Siapa yang memilihnya untuk mewawancarai dirinya sendiri?

Jelas! Sabaku no Gaara.

"Bukan begitu. Sai-chan….. jangan bialng yang macem-macem ya sama Sasuke… please….."

Sai tetap melanjutkan makanannya. Sedangkan Naruko sudah nangis kejer.

.

.

.

Sai menaiki sepedanya dan berniat untuk pulang. Namun pikiran mengenai Sasuke yang membayarkan uangnya untuk memperbaiki sepedanya membuatnya membelokkan arah yang seharusnya dia tuju. Dia berniat untuk mencari pekerjaan yang jauh dari rumahnya. Itu berkaitan dengan keamanan juga.

Sepedanya berhenti ketika melihat sebuah papan di depan pagar yang cukup megah. Disana tertulis: 'DIBUTUHKAN PEKERJA PARUH WAKTU UNTUK MENJALANKAN KEGIATAN RUMAH TANGGA'

"Bilang saja butuh pembantu. Susah banget sih!" ucapnya seraya menaiki sepedanya lagi. Namun akhirnya dia mengarahkan sepedanya ke dalam rumah itu.

"ano…. Sumimasen…"

Sudah sejam Sai menunggu disini. dari pengamatannya, ada orang di rumah ini. Tapi kenapa dari tadi tidak dibuka juga pintunya?

Sai melepaskan kacamatanya. Lalu dia merapikan sedikit rambutnya. Kesan pertama haruslah baik. Pikirnya. Beberapa detik kemudian terdengar derap langkah dari arah dalam. Sai bersiap-siap dengan senyum mematikannya.

Dan muncullah seorang wanita berambut pirang yang lebih tua darinya. Sai membungkukkan badan lalu tersenyum. Wanita yang ada di depannya hanya diam tak berkutik.

"Saya melihat pengumuman di depan. Saya ingin mendaftar jadi pekerja paruh waktu."

"Oh silahkan masuk," ucap wanita itu. dia segera menunjuk ke arah sebuah sofa. Sai duduk di atasnya dan bagian sofa itu terasa memantul. Sai berniat untuk bermain-main namun bukan itu misi utamanya.

"Hajimemashite. Watashi wa Uchiha Sai desu. Douzo yoroshiku onegaishimasu," ucapnya.

"Oh! Kochira koso! Sabaku no Temari desu!"

Sabaku? Jangan-jangan…..

"Gaara-kun? Kankurou-kun? Kemarilah. Aku ingin memperkenalkan pelayang baru kita!" ucap wanita bernama Temari itu. sai sudah panas dingin mendengar kata Gaara. Dia menaikkan wajahnya dan mendapati seorang lelaki yang lebih tua setahun darinya sedang sibuk menguap dan menggaruk-garuk rambutnya yang acak-acakan. Rambut merah, jangan bilang kalau ini pose sesungguhnya dari seorang Gaara yang stoic nan keren itu.

Yang di pandang hanya menoleh sebentar. Lalu dia mengangguk ke arah Sai. sai tersenyum. Kankurou sudah duduk di sofa lebih dulu. Gaara berniat untuk ke dapur namun bayangan Sai berkelebat di kepalanya.

Dia kembali dan segera duduk di sofa sambil menatap intens ke arah Sai.

"HE? Kau ini bukannya…?"

.

.

.

Tbc.

.

Yah, satu fanfic dengan multichap. Risa minta review-nya donk. Tolong kasih review buat author yang newbie ini. sehingga risa tahu gimana respon dari para senpai.

Dan juga Risa pengen tahu apakah fanfic ini pantas untuk dilanjutin atau memang terlalu jelek buat dilanjutin. So, review please…..