Yo, Minna! Happy reading! ^_^
Disclaimer :
Bleach © Tite Kubo
Genre :
Romance, Hurt/Comfort
Rate :
T+
Main Pairing :
Kurosaki Ichigo x Kuchiki Rukia
Warning :
Typos, OOC (maybe), T+ for kiss
Chapter 1 :
Tokyo?
Jangan menyesal nantinya jika kau tidak berani mengungkapkan perasaanmu yang sebenarnya. Tapi beruntungnya sosok lelaki disini yang memiliki seorang gadis Kuchiki yang setia padanya. Namun, ada sosok lain yang ternyata juga ingin merasakan kesetiaan gadis itu, dan ia harus bisa mendapatkannya.
Calm Envy
"Hari ini, ya?" bisik serak seorang gadis pada dirinya sendiri.
Rukia, seorang Kuchiki bungsu tengah mengumpulkan nyawanya yang sempat bermain-main di alam mimpi setelah menyadari tujuan ia bangun pagi ini. Sekolah –ah, bukan, lebih tepatnya acara pelepasan siswa dan siswi SMA Karakura yang akan dilaksanakan tepat pukul sembilan pagi nanti. Sama seperti yang lain, rasanya sangat berat meninggalkan tempat yang selama tiga tahun terakhir menjadi rumah kedua bagi setiap pelajar disini. Begitupun dengan Rukia. Ada rasa sesak dan kehilangan akan sekolah yang telah merekam berbagai kejadian yang tidak akan bisa terlupakan olehnya begitu saja. Tempat pertama kali ia bertemu dengan...
Flashback on-
"U-uhm, gomen ss-senpai. Apakah s-senpai tahu d-dimana letak kelas 1-B?" tanya seorang gadis berperawakan mungil pada laki-laki dihadapannya.
"Apakah kau juga murid yang baru masuk tahun ajaran ini?" si lelaki balik bertanya tanpa menjawab pertanyaan gadis itu terlebih dahulu.
"A-ah, hmm... i-iya," jawab sang gadis sambil menyibakkan poni yang membelah wajahnya.
"Jadi, kita sekelas ya?"
"Ma-maksudmu?" tanya si gadis yang selalu berbicara dengan terbata-bata tiap kali bertemu orang yang baru dikenalnya.
"Hmphh! Kau ini, dasar pelupa!" seru laki-laki tadi yang terlihat menahan tawa sekaligus bingung dengan gadis yang ada di hadapannya ini.
"A-aku tidak me-mengerti."
"Apakah kau lupa kalau kita ini ditempatkan pada kelompok yang sama dalam 'Program Pengenalan Lingkungan Sekolah' kemarin? Dan seingatku kita menempati kelas yang sama! Apa kau benar-benar lupa?"
"Be-benarkah? Jadi kau j-juga murid baru d-disini? A-ah, maafkan aku. Aku tidak b-bermaksud... uhmm."
"Sudahlah, tidak apa-apa. Kalau tidak salah kau bernama Kuchiki Rukia, kan?" tebaknya. Dan rupanya ia tidak asal menebak karena yang ditanya menjawab membenarkan.
"Ah, i-iya. M-maaf, tapi aku lupa namamu," jawab Rukia sambil tertunduk tanda penyesalan dirinya.
"Ichigo. Kurosaki Ichigo."
Flasback off-
Kejadian saat Rukia bertemu dengan lelaki –um, Ichigo, sangat terngiang dalam ingatannya. Bagaimana mereka kebingungan mencari kelas yang akan ditempati bersama-sama karena letak kelas yang mereka berdua tidak tahu, bagaimana Ichigo mengajaknya untuk duduk satu bangku, dan saat dimana mereka mengikrarkan janji sebagai sahabat setelah mereka terkena hukuman dari seorang sensei karena sebuah kesalahan kecil. Lalu Ichigo dan Rukia saling menumpahkan kesalahan mereka pada diri masing-masing sehingga mereka berdua merasa bahwa mereka saling melindungi satu sama lain, dan terciptalah sebuah 'persahabatan' diantara keduanya. Dan beberapa kejadian yang Rukia ingat barusan membuat perasaannya makin takut. Takut kehilangan.
Setelah mandi, Rukia bersiap-siap untuk berangkat ke sekolahnya. Seragam sekolah dengan kemeja putih, lengkap dengan blezer berwarna abu-abu serta rok lima cm di atas lutut dengan warna senada, menampakkan seorang Kuchiki Rukia sebagai siswi SMA Karakura yang teladan. Rambutnya ia sisir serapi mungkin dengan menyelipkan sebuah jepit kecil berwarna ungu yang ia pasang di sebelah kiri rambutnya. Kaus kaki hitam setengah betis serta sepatu berkilat cokelat kesayangannya tak lupa ia kenakan sebaik mungkin.
"Ah, dasi!" ingat Rukia yang langsung mengambil dasi kupu-kupu berwarna hijau dari dalam lemari pakaiannya. Ya, dasi berwarna hijau yang menandakan bahwa tahun ini adalah tahun terakhir ia bersekolah di SMA Karakura.
"Sempurna," batin Rukia yang selesai memasangkan dasi di kerah bajunya dan segera berlari keluar kamar untuk sarapan bersama kakaknya tercinta, Kuchiki Byakuya.
"Kau terlambat lima menit," tegur Byakuya kepada Rukia yang baru sampai di meja makan.
"Nii-sama, gomen," ujar Rukia menyesal.
"Duduklah," ajak Byakuya dan dengan patuh Rukia menarik kursi di hadapan Byakuya lalu duduk.
Setelah mereka menyelesaikan sarapannya, Byakuya lalu mengantar Rukia ke sekolah. Tugas rutin sang Kuchiki sulung untuk mengantar adiknya itu berangkat sekolah setiap hari. Walau penuh dengan kesibukan, Byakuya selalu meluangkan waktu sebisa mungkin untuk menjaga sang adik setelah ayah mereka meninggal dunia karena sakit. Sang ibu tak diketahui keberadaanya. Untungnya, Byakuya yang dianugerahi kemampuan luar biasa itu, dapat menggantikan ayahnya sebagai pimpinan Kuchiki Corp. yang sangat maju dan terkenal sampai ke luar negeri.
*Calm Envy*
Seorang laki-laki bersurai senja yang memiliki tubuh tinggi dan kekar tengah berusaha menyalakan mesin motor yang akan ia gunakan untuk berangkat ke sekolahnya. Semalaman, ia berpikir tentang apa yang harus ia lakukan setelah lulus SMA nanti. Ia menolak untuk menjadi penerus perusahaan sang ayah yang menuntutnya untuk pergi ke kantor setiap hari. Bukan karena ia tak sanggup, namun ia mempunyai keinginan sendiri yang sudah sangat mantap dengan hatinya. Akan tetapi, untuk menjadi seorang pembalap tidaklah mudah, bukan?
"Akhirnya!" Setelah mesin motor berhasil dinyalakan, Ichigo, nama laki-laki tersebut segera memacu kendaraannya menuju SMA Karakura, sekolahnya.
*Calm Envy*
"Nii-sama, aku turun," pamit Rukia kepada kakaknya yang ia panggil 'Nii-sama' itu.
"Hn," balas kakanya. Walau terlihat dingin dan menakutkan, sebenarnya Byakuya adalah seorang kakak yang sangat perhatian kepada adiknya.
"Ah, tunggu. Uhmm... Nii-sama, apakah Nii-sama benar-benar mengijinkanku untuk pergi ke Prom Night malam nanti?" tanya Rukia sebelum keluar dari dalam mobilnya.
"Ya," jawab Byakuya singkat. Namun ternyata jawaban itu membuat Rukia sangat lega karena takut kakaknya itu berubah pikiran akan rencananya untuk menghabiskan malam terakhir bersama teman-temannya di acara Prom Night nanti. Tiga hari sebelumnya, Rukia telah meminta ijin kepada kakaknya untuk hadir dalam acara tersebut. Walaupun mengatakan 'ya', terlihat Byakuya sangat ragu akan perkataannya itu. Tapi kini Rukia dapat bernafas lega karena jawaban kakaknya yang tidak mengecewakan. Lalu Rukia segera berlari ke arah pintu gerbang dan masuk ke sekolahnya.
Ketika Byakuya akan pergi meninggalkan tempat itu, ia melihat seorang laki-laki mengendarai sepeda motor yang ukurannya cukup besar, mengarah ke sekolah adiknya. Laki-laki yang sangat Byakuya kenal, yang telah berani mengubah sikap adik kesayangannya itu. Apa? Merubah sikap Rukia? Itulah yang membuat Byakuya merasa tidak suka pada seseorang yang baru saja melewatinya barusan.
"Hoi, Midget!" panggil Ichigo yang akan memarkirkan motornya itu di dekat pos satpam.
"Hei, kau Jeruk! Jangan seenaknya memanggilku dengan sebutan midget!" kesal Rukia.
"Haha! Lagipula, kau tidak pernah sungguh-sungguh marah jika aku memanggilmu seperti itu, kan? Hahaha!" tawa Ichigo.
"Awas saja kau, Jeruk!" balas Rukia seraya menggembungkan pipi lucunya, tanda kekesalannnya pada orang yang telah mengejeknya itu, lalu berlalu.
"Hei, Midget! Tunggu!" teriak Ichigo yang telah memarkiran motornya dengan rapi.
"Kejar aku kalau kau bisa, Jeruk! Hahaha!" tawa Rukia sambil berlari menjauhi Ichigo.
"Baik! Jangan menyesal nantinya, Midget!" balasnya sambil berlari mengejar Rukia yang kian menjauh. Mengejar Rukia bukanlah sesuatu yang sulit, malah mengejar sahabatnya itu adalah hal yang biasa ia lakukan. Namun, tidak untuk hari ini. Entah kenapa, melihat Rukia yang semakin jauh, membuat langkah Ichigo terhenti. Sesuatu yang sakit dan sesak merasuki perasaannya dan pikirannya pun membayangkan sesuatu yang buruk akan terjadi. Ah, ini hanya perasaannya saja, kan? Lupakan, lupakan, lupakan. Kini, Ichigo mulai berlari lagi untuk mencari sosok gadis mungil yang telah menghilang dari pandangannya beberapa detik yang lalu.
"Hari ini adalah hari terakhir kalian untuk berkumpul bersama-sama di sekolah ini. Ada banyak kenangan yang mungkin takkan pernah bisa kalian lupakan selama tiga tahun kalian belajar disini. Ilmu yang kalian dapat semoga dapat kalian gunakan sebaik mungkin. Tak lupa..." pidato Kepala SMA Karakura di aula berukuran cukup luas yang sekarang dipenuhi dengan siswa dan siswi yang tengah melaksanakan acara pelepasan sekolah secara formal.
"Membosankan sekali," cetus seorang laki-laki beriris hazel sebening madu pada gadis di sebelahnya.
"Diam dan dengarkan saja pidato Aizen-sensei di depan, Baka!" sahut gadis yang memiliki iris mata tak kalah indahnya, amethyst.
"Huh, kau ini," kesalnya sambil memasangkan headset di telinganya. Tak lama kemudian, acara mendengarkan musik itu harus terhenti ketika semua siswa berdiri dari kursinya.
"Baiklah, mari kita mulai menyanyikan Mars SMA Karakura sebagai persembahan terakhir pada sekolah kita tercinta," ajak Aizen-sensei, Kepala SMA Karakura yang juga merangkap sebagai guru matematika. Ada siswi yang sampai menangis saat menyanyikan lagu tersebut, mungkin karena ia takut berpisah dengan teman-temannya disini. Setelah selesai dengan acara formal di dalam aula tadi, kini para siswa diperbolehkan untuk saling mengucapkan perpisahan satu sama lain, berfoto di sekitar sekolah, mengunjungi stan makanan atau pernak-pernik yang telah disediakan, dan acara lainnya yang biasa dilakukan saat acara pelepasan –ah, atau mungkin 'perpisahan' sekolah.
"Inoue, Sado, Ishida! Ayo kita berfoto bersama!" teriak Rukia melihat ketiga teman yang dipanggilnya tadi keluar dari aula sekolah. Ya, ia dipaksa Ichigo untuk langsung keluar saat acara menyanyi bersama tadi karena menurutnya hal itu membosankan, sehingga mereka jadi melewatkan penobatan siswa terbaik tahun ajaran ini.
"Hey, kalian cepat sekali keluar," tanya Inoue ramah.
"Ulah si Jeruk," jawab Rukia kesal.
"Hey, apa-apaan kau ini. Bukankah kau juga bilang bahwa kau sedang malas bernyanyi?" Ichigo membela diri.
"A-apa? Kau!" ucap Rukia, namun perkataannya yang belum selesai itu terpotong oleh Sado yang kini sedang menengahi pertengkaran antara sepasang 'sahabat aneh' yang menjadi pemeran utama disini.
"Hey, sudahlah. Kita ini bukan lagi anak kecil yang mudah bertengkar karena masalah sepele. Sebaiknya kalian memberi selamat pada Ishida yang menjadi lulusan terbaik tahun ini," kata Sado dengan bijaksananya.
"Apa? Hebat!" pekik ichigo dan Rukia serempak. "Ah, selamat ya, Ishida. Kau memang pantas menjadi lulusan terbaik tahun ini!" puji Rukia diikuti anggukan kepala Ichigo.
"Arigatou," balas Ishida dengan senyuman kecil yang terukir ketika warna mukanya yang perlahan menjadi kemerahan.
"Ishida-kun, s-sekali lagi s-selamat ya," ucap Inoue gugup yang berhasil membuat wajah Ishida makin nampak semerah kepiting rebus.
Ya, siapa yang tidak mengenal Uryuu tunggal yang kemampuan otaknya di atas rata-rata, sempurna dengan kacamata tebal yang bertengger dengan setia di cuping hidungnya. Buku-buku tebal dan soal-soal matematika menjadi kebutuhan sehari-harinya. Tak heran, di hari kelulusannya, ia menjadi siswa yang memiliki nilai terbaik, tidak hanya nilai teori dan praktek, namun juga sikap serta tingkah lakunya sehari-hari. Sayangnya, ia kurang peka mengenai suatu masalah yang dinamakan 'cinta', sehingga gadis berambut merah bercampur kuning ini harus menunggunya dengan sabar. Itu pendapat teman-temannya. Namun, hati Inoue tidak demikian. Hatinya mengatakan satu nama, Ichigo.
"Cheers!" seru lima sekawan ini serempak saat lensa kamera di depan mereka bekerja, menangkap lalu menyimpan adegan memorial tadi. Keluarlah selembar citraan mereka di sebuah bidang datar licin yang mencuri perhatian Rukia, Ichigo, Ishida, Inoue dan Sado.
"Hey, Jeruk! Apa yang kau lakukan!" tanya Rukia sedikit marah setelah melihat Ichigo yang mengacak-acak rambutnya di foto yang baru keluar tadi.
"Hahaha! Memangnya kau tidak sadar, Midget?" jawab Ichigo tanpa rasa bersalah.
"Hey, sebaiknya kita memperbanyak foto ini, bagaimana?" sambar Ishida yang tidak tahan dengan ocehan Ichigo dan Rukia.
"Benar! Ya, supaya adil!" tambah Sado.
"Setuju!" sahut Inoue.
Dan akhirnya mereka sepakat untuk pergi mencetak foto yang kini tengah digenggam Rukia dan Ichigo. Terang saja, mereka langsung melepaskan foto tersebut karena merasa diperhatikan oleh ketiga temannya ini sehingga foto tadi hampir terjatuh jika tidak segera diselamatkan oleh Sado.
"Hey, jangan buru-buru. Ayo kita berkeliling sekolah dulu!" Rukia berpendapat.
"Baiklah. Setelah ini, kita pergi ke studio foto, ya!" kata Inoue.
Dalam perjalanan, mereka membahas soal Prom Night yang akan dilaksanakan jam tujuh malam ini.
"Kalau Rukia dan Ichigo, sudah tidak perlu pusing mencari pasangan untuk Prom Night nanti, ya?" tanya Inoue mengawali pembicaraan.
"M-maksudmu?" Rukia balik bertanya.
"Kau ini bodoh ya, Rukia!" sahut Ichigo yang namanya disebutkan tadi.
"H-hey! Apa maksudmu mengatai aku bodoh, eh?" tanya Rukia dengan amarah yang tertahan.
"Jelas sajalah, kau ini tidak mengerti maksud pertanyaan Orihime tadi. Kalau bukan aku, siapa lagi laki-laki yang mau berpasangan denganmu saat Prom Night nanti, huh?" jelas Ichigo sambil menahan tawa.
"Apa kau bilang, Strawberry!" tanya Rukia –lebih tepatnya pernyataan tak terima dari Rukia.
"Hahahaha! Aku hanya bercanda, Tuan Putri," kata Ichigo yang sukses membuat wajah Rukia merona. Namun, ada hati lain yang sakit saat Ichigo mengatakan hal itu pada Rukia.
"Inoue, mengapa kau melamun?" tanya Rukia setelah menyadari bahwa Inoue tidak lagi mengatakan apa-apa.
"A-ah, t-tidak apa-apa, Rukia," jawab Inoue dengan senyum yang dipaksakan.
"Kukira Ishida akan mengajakmu ke acara Prom Night nanti! Iya kan, Ishida?" kata Rukia tanpa berpikir.
"Apa? Ti- ah, maksudku, ya! Inoue, apakah kau sudah mendapatkan pasangan?" tanya Ishida sedikit gugup.
"S-sebenarnya, uhmm... belum," jawab Inoue tertunduk.
"Kalau begitu, maukah kau pergi denganku?" tawar Ishida. Inoue mengangguk senang dengan senyumannya yang manis. Mengangguk senang? Ya, tapi hatinya menangis.
"Sado-kun, kau dengan siapa?" tanya Inoue lagi.
"Aku... Tatsuki," jawab Sado singkat.
"Apa!" seru keempat temannya tak menyangka.
"Akhirnya ya, Chad!" gelak Ichigo sambil menepuk-nepuk bahu Sado.
Waktu menunjukkan pukul tiga sore, tepatnya empat jam sebelum acara Prom Night dilaksanakan di sebuah ballroom hotel mewah di pusat kota Karakura. Merekapun segera berpisah untuk mempersiapkan diri, setelah mendapatkan jatah foto yang baru saja dicetak.
"Ah, Rukia, nanti kujemput, ya?" tawar Ichigo.
"Memang seharusnya begitu, baka!" jawab Rukia. Jawaban dengan nada yang tidak diharapkan oleh ichigo.
"Kau ini!"
"Hihihi. Tapi, arigatou!" ucap Rukia seraya berpisah dengan Ichigo karena letak rumah mereka yang berlawanan arah.
Saat tengah berjalan santai ke arah rumahnya, Ichigo menyadari sesuatu yang janggal. Seperti ada yang terlupakan olehnya.
"Motorku!" teriak Ichigo yang baru ingat jika motor kesayangannya itu masih terparkir di sekolah. Ia lantas berlari menuju SMA Karakura untuk mengambil motornya. Untungnya masih ada satpam yang berjaga sampai jam enam sore sehingga dapat dipastikan motornya itu dalam keadaan yang baik. Lega rasanya, setelah berpikir bahwa motornya bisa saja hilang dicuri, atau dirusak oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Salah Ichigo sendiri untuk membawa motor ke sekolah, mengingat jarak antara rumah dengan sekolahnya yang tidak terlalu jauh. Inilah akibatnya.
"Terimakasih banyak, Paman!" sahut Ichigo pada salah seorang satpam sekolah.
"Tak masalah. Lain kali jangan bersikap ceroboh lagi," nasihat si satpam dengan ramah.
"Baiklah. Kalau begitu, aku pulang dulu. Sekali lagi terimakasih!" jawab Ichigo seraya menyiapkan mesin motornya.
"Ya, berhati-hatilah di jalan. Juga jangan sampai kau melupakan acara malam nanti. Hahaha!"
"Untuk hal yang satu ini, aku takkan lupa kok!" balas Ichigo.
"Dasar anak muda," kata satpam sekolah diiringi Ichigo yang telah memacu motornya ke rumah.
*Calm Envy*
"Tuan, selamat datang di Tokyo," sambut seorang pria –lebih tepatnya bodyguard kepada seorang lelaki yang ia sebut 'tuan'nya.
"Hn," jawab si lelaki misterius ini dingin. Lalu ia pergi meninggalkan bandara dan segera dijemput dengan mobil mewah yang telah sengaja disiapkan untuk menyambut kedatangannya sepulang dari luar negeri.
"Silakan masuk, Tuan."
Dalam perjalanan menuju kediamannya selama di Tokyo, tiba-tiba ia meminta supir pribadinya untuk berhenti di sebuah toko yang menjual berbagai jenis wine. Lalu ia keluar dari mobilnya dan masuk ke toko dimana palang bertuliskan 'The Grape' terpampang dengan jelas yang pastinya merupakan nama toko tersebut.
"Aku ingin wine terbaik yang ada disini, sekarang!" perintah sang laki-laki misterius pada salah seorang pelayan toko.
"Baik," jawabnya. Tak perlu menunggu terlalu lama, si pelayan toko segera kembali dengan membawa botol besar berwarna hijau gelap dengan sebuah gelas wine di atas nampannya. Ia lalu menuangkan sedikit wine tersebut dan memberikannya pada laki-laki yang tadi memesan.
"Apakah ini wine terbaik yang ada disini?" tanya si laki-laki dengan dingin, seperti tadi.
"Iya."
"Bilang pada pemilik toko ini agar segera menutup tokonya sekarang juga," katanya lagi seraya beranjak dari kursi tempat ia duduk tadi.
"Apa? Ta-tapi, mengapa? Apa hak Anda disini?" tanya si pelayan yang melakukan protes terhadap makhluk aneh dan dingin di hadapannya ini karena kata-katanya yang tidak bisa diterima begitu saja.
"Aku tidak mendapat apa yang aku inginkan disini. Jadi apa gunanya jika toko ini terus dibuka? Wine yang kalian jual benar-benar murahan! Oh ya, sebentar lagi toko kalian akan benar-benar ditutup!" ancamnya, lalu pergi meninggalkan tempat itu dan kembali ke mobilnya.
"Apakah Tuan ingin pulang sekarang?" tanya si supir yang sedari tadi menunggu di dalam mobil.
"Tidak, tunggu disini sebentar. Akan ada pemandangan menarik sesaat lagi," ucap sang 'Tuan'.
Tak lama, ada sekelompok orang yang entah darimana asalnya tiba-tiba datang ke toko wine tadi dan langsung menghancurkannya sehingga pupus sudah harapan sang pemilik toko untuk mempertahankan usahanya. Belum sempat menghubungi aparat keamanan, komplotan orang tadi langsung pergi meninggalkan tempat itu. Kamera CCTV yang terpasang di tiap sudut toko rupanya tak berguna karena penampilan mereka sangat tertutup rapi sehingga dapat mengelabui siapapun yang berusaha mengungkap identitas masing-masing dari mereka. Sepertinya mereka telah terlatih dengan amat baik.
"Sudah kubilang, kan? I always get what I want easily," cetus si lelaki dingin ini yang dari tadi memperlihatkan seringai liciknya saat melihat pertunjukan yang ia katakan tadi. Sedetik kemudian, mobil mewah itupun melaju kencang meninggalkan tempat tersebut, tentunya setelah mendapatkan perintah dari tuan misterius tak berperasaan ini.
*Calm Envy*
From : Baka Ichigo
Hei, cepat bersiap-siap.
Aku akan menjemputmu setengah jam lagi!
Oh iya, berpenampilanlah secantik mungkin.
Hahaha!
Pesan singkat yang diterima ponsel Rukia barusan membuat dirinya berdecak kesal.
"Huh, apa-apaan si Jeruk itu? Mau menjemputku setengah jam lagi katanya? Padahal sekarangpun aku sudah siap," keluh Rukia setelah menutup ponsel flipnya.
Ya, Rukia memang telah bersiap-siap beberapa saat yang lalu, tentunya sebelum Ichigo mengirimnya pesan. Gaun malam berwarna ungu muda tanpa lengan, melekat indah di tubuh Rukia dari dada dan tergerai hingga atas lututnya. Rambutnya ia buat nampak lebih lurus dari sebelumnya tanpa hiasan apapun. Kalung silver tanpa liontin ia lingkarkan di lehernya serta tak lupa ia mengenakan highheels delapan cm yang memiliki warna senada dengan kalungnya itu. Tidak seperti para gadis lain yang nampak selalu sibuk dengan make up mereka yang merepotkan, Rukia hanya perlu menambahkan sedikit bedak pada wajahnya yang sudah putih itu dan lipgloss tipis berwarna peach. Ia lalu mengambil sebuah dompet pesta berbentuk persegi panjang putih dengan aksen perak pada pengaitnya. Setelah dirasa sempurna, ia segera turun menuju ruang tamu rumahnya untuk berpamitan pada kakaknya dan menunggu Ichigo datang menjemputnya.
"Apa kau yakin tidak perlu kuantar, Rukia?" tanya sang kakak.
"Setengah jam lagi, Ichigo akan datang menjemputku," jawab Rukia tersenyum.
Setelah lama menunggu, akhirnya Ichigo sampai di depan rumah Rukia yang disambut ramah oleh sang gadis.
"Anggun," ucap Ichigo tanpa sadar.
"Apa?" tanya Rukia yang tidak mendengar Ichigo dengan jelas.
"A-ah. Apa? Tidak," jawab ichigo salah tingkah.
"Hey, Jeruk! Tumben sekali kau menjemputku dengan mobilmu," kata Rukia seolah Ichigo sedang bermain-main.
"Enak saja kau ini. Bukankah ini Prom Night? Yah, aku harus bisa meninggalkan kenangna Prom yang indah untukmu, bukan? Hahaha!" jelas Ichigo.
"Dasar. Ayo, kita berangkat sekarang!" ajak Rukia tidak sabar.
"Kurosaki," sebuah suara menghentikan langkah Ichigo.
"Ya?" jawabnya merespon karena merasa namanya dipanggil.
"Kau, harus memulangkan Rukia di bawah jam sebelas malam," tegas sosok Kuchiki Byakuya yang menatap Ichigo dalam. Memperhatikan seorang laki-laki yang mengenakan tuxedo dan celana panjang berwarna gelap dengan kemeja putih di lapisan dalamnya. Sepatu hitam mengkilat dengan sebuah jam tangan mewah di pergelangan tangan kirinya, memperlihatkan Ichigo sebagai sosok yang sangat sempurna.
"Aku mengerti," jawab Ichigo lantang.
Tak lama, sebuah mobil sedan hitam melaju dari kediaman Kuchiki yang kita tahu di dalamnya, ada Ichigo yang mengemudi untuk mengantar Rukia ke sebuah tempat dimana Prom Night SMA Karakura dilaksanakan. Sesampainya disana, banyak murid yang telah berlalu-lalang di halaman hotel tempat Prom Night tersebut diadakan. Setiap pasangan yang hadir menyempatkan diri mereka untuk difoto dekat pintu masuk. Begitupun Ichigo dan Rukia. Selesai difoto, mereka masuk ke dalam dan bertemu dengan Inoue yang didampingi Ishida. Gaun panjang berwarna hijau sangat cantik dikenakan Inoue. Sedangkan Ishida, nampak gagah menggunakan pakaian pesta formal berwarna biru gelap. Disk Jokey yang bertanggung jawab akan musik yang mengiringi para lulusan SMA Karakura untuk berpesta, tengah mempersiapkan lagu yang sedikit slow untuk mengajak mereka semua berdansa.
"Ayo, Rukia. Kita keatas," ajak Ichigo pada Rukia dengan percaya diri, bahwa gadisnya itu akan menerima tawarannya.
"Apa kau yakin bisa berdansa?" tanya Rukia ragu.
"Tentu, Tuan Putri," lagi-lagi, jawaban Ichigo tadi berhasil membuat pipi Rukia memerah.
Para pasangan muda inipun berdansa hingga tiba saatnya untuk mengumumkan siapakah Raja dan Ratu yang terpilih malam ini. Semuanya berharap bahwa merekalah yang akan terpilih dalam penobatan ini. Lalu, Chizuru, gadis berambut merah yang bertugas sebagai pembawa acara malam itu mengumumkan siapakah yang layak mendapat gelar Raja dan Ratu.
"Baiklah, tiba saatnya mengumumkan siapa yang akan dinobatkan menjadi Raja dan Ratu di malam yang sangat penting ini. Dan mereka yang beruntung adalah pasangan..." ucap Chizuru menggantung yang membuat orang-orang disini semakin penasaran.
"Yasutaro Sado dan Arisawa Tatsuki!" seru Chizuru diiringi teriakan meriah yang langsung menggema di ballroom hotel ini, merayakan pasangan paling romantis malam ini.
"Selamat untuk kalian, ya!" seru Grimmjow da Soi Fon yang merupakan pesaing terberat Sado dan Tatsuki.
"Ahahaha. Arigatou! Kalian tidak marah?" tanya Tatsuki.
"Sedikit kesal, sih. Haha!" canda Soi Fon.
Semua pasangan di Prom Night SMA Karakura menghabiskan malam mereka untuk menari, berdansa, dan berpesta. Bahkan ada yang langsung memesan kamar di hotel ini. Acara terus berlangsung meriah menjelang detik-detik perpisahan mereka. Sampai ada dari mereka yang lupa waktu.
"Jam setengah dua belas. Kalian terlambat tiga puluh menit," tegas Byakuya kepada Ichigo dan Rukia yang baru sampai setelah kembali dari acara Prom Night tadi.
"Ini salahku. Maaf," jawab Ichigo yang menyadari bahwa Byakuya menatap tajam ke arahnya.
"Rukia, bersihkan dirimu dan segeralah tidur. Besok kita akan pergi ke Tokyo untuk membahas kelanjutan kuliahmu," kata Byakuya, terdengar seperti perintah pada Rukia yang tentunya sulit untuk dibantah.
"A-apa? Nii-sama? Apakah aku tidak salah dengar?" tanya Rukia berharap bahwa memang pendengarannyalah yang salah.
"Besok pemberangkatan kita. Sekarang, cepat masuk ke dalam!" kali ini nada Byakuya benar-benar memerintahkan Rukia untuk segera masuk ke dalam rumahnya.
"Ichigo, sampai bertemu lagi," ucap Rukia kepada Ichigo sambil berlari masuk ke dalam dengan menahan cairan bening yang hampir jatuh karena matanya tidak dapat menampung lebih banyak lagi.
"T-tidak. Ru-Rukia?" bisik Ichigo seakan tak percaya dengan apa yang barusan ia dengar.
"Kembalilah ke rumahmu sekarang, Kurosaki," kalimat terakhir Byakuya sebelum ia menutup rapat pintu rumah keluarga Kuchiki itu.
"T-Tokyo?" Ichigo kaku. Tidak bergerak sedikitpun.
"Kenapa harus Tokyo?" tanya Rukia pada dirinya sendiri yang sekarang sudah berada di dalam kamarnya.
Ternyata perasaan sesak dan rasa takut akan kehilangan yang dirasakan Ichigo dan Rukia pagi ini benar-benar menjadi kenyataan. Apakah ini sebuah takdir yang menyakitkan karena berakhir dengan perpisahan? Ataukah ada skenario lain yang dibuat dengan sengaja untuk memisahkan mereka berdua? Namun, bukankah jarak dari Karakura ke Tokyo dapat ditempuh dengan waktu kurang dari tiga jam? Ah, bukan itu yang menjadi masalahnya, tetapi intensitas pertemuan mereka yang sudah dipastikan akan makin berkurang. Hati Ichigo berteriak. Hati Rukia menjerit.
Tokyo?
*Calm Envy*
"Antarkan aku segelas wine. Oh iya, wine yang biasa aku minum selama di Amerika," pinta seorang laki-laki muda pada seorang pelayan pribadinya
"T-tapi, Tuan. Wine seperti itu tidak ada di sini," jawab pelayannya itu dengan nada gemetar.
"Carilah ke seluruh penjuru Tokyo. I always get what I want easily, dan kau harusnya tau itu," dinginnya.
"B-baiklah, Tuan."
Pecandu wine ya, ternyata?
To be Continued
Author's Note
Hi, Minna! ^_^w Apakah saya seorang newbie disini? *readers bingung* XDa
Cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan alur, latar belakang, dan masalah, itu semua adalah ketidaksengajaan saya karena fic ini 100% murni berasal dari otak saya. *saya serius lho* Tapi, saya juga menambahkan sedikit bumbu-bumbu yang ada dalam adegan film Prom Night di chapter ini dan Bleach Movie 3 : Fade to Black di chapter mendatang. O_o
Mohon kiranya readers memberikan pendapat tentang fic abal, geje, pasaran, dan aneh yang berusaha saya buat sebaik mungkin ( walaupun memang hasilnya takkan pernah baik T_T ) Please enjoy my story and don't forget to...
R
E
V
I
E
W
Keep or Delete?
Sankyuu ^,^
