Our Life

Pairing: Narusaku, sasuino, Naruhina, Narushion,and Gaasaku.

Gendre: family, friendship, drama and romance

Disclaimner: Masashi Kishimoto

Rated: T

Warning: Au, super duper ooc (terutama Naruto), Eyd yang tidak dsempurnakan, typoo, incest dan semacam sejenisnya deh pokoknya.

Summary: Tidak akan ada yang tahu apa yang akan teradi esok hari, kita hanya bisa merancang tapi Tuhanlah yang akan menentukan.

Gugui M.I.T

"NARUTO BAKA!" teriakan itu terus menggema, merusak keheningan pagi hari yang tadinya tenang.

Di ruang tamu sebuah rumah yang tidak bisa dibilang besar, terlihat dua orang dengan wajah yang hampir mirip sedang membersihkan rumah mereka. Yah ... Dihari libur seperti ini memang waktu yang sangat tepat untuk membersihkan dan merapikan segala macam perabotan yang ada dirumah mungil mereka itu.

"Naruto, bantu aku geser sofanya kesebelah sana donk!" Gadis cantik berambut pink menyala tersebut terlihat kesusahan untuk menggeser sebuah sofa besar, keringat membanjiri dahi lebarnya.

"Naruto!"

"Sakura-channnn ... Itu kan berat, aku tidak akan mampu mengangkatnya!" Pria yang dipanggil Naruto tersebut berkata dengan gaya manjanya, bibir cemberut dan sedikit mundur kebelakang sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Si gadis yang dipanggil Sakura menarik nafas sebentar dan langsung menghembuskannya dengan kuat.

"Aku tidak menyuruhmu mengangkutnya sendirian, Baka! Aku bilang bantu, kita berdua yang akan mengangkatnya!" Wajah Naruto semakin cemberut.

"Aku tidak kuat! Aku ngambil giliran nyiram bunga saja, Sakura-chan kan kuat jadi pasti bisa mengangkatnya sendiri ya? hehehehehehe bye ... bye ..." Naruto menampilkan cengiran lebarnya dan langsung berlari meninggalkan tempat itu, untuk menyiram bunga-bunga yang ditanamya beberapa bulan yang lalu. Sakura hanya bisa cengo, sedikit demi sedikit berusaha untuk mengumpulkan kesadarannya.

"N-Naruto! DASAR KAKAK BAKA!" Teriakan tanda marah itupun tidak bisa dihindarkan lag. Burung-burung langsung jatuh dari pohon, ikan-ikan tersedak, anjing lari masuk ketempat tidurnya, kucing mati, dan para tetangga langsung berteriak histeris, meminta bantuan karena berfikir Tsunami 2004 akan terjadi lagi. Oh ... Tidak, tolong abaikan semua kalimat yang terkesan lebay.

"Hmmm ..." Naruto yang sudah menyiram bunga hanya tersenyum geli mendengar teriakan Sakura, pria itu hanya bersenandung ria mengurus taman bunganya dan tidak memperdulikan gadis pink tadi yang sedang berjuang mati-matian untuk membersihkan rumah mereka.

"Dasar kakak banci, esh! Kenapa aku bisa punya kakak seperti pria jelek itu sih?"

"Kenapa juga tubuhnya bisa selemah itu? Mungkin saat dilahirkan jiwa kami tertukar makanya dia jadi mirip wanita saja, dasar kembaran tidak berguna!" Sakura terus mengomel meski pekerjaan berat itu masih tetap dikerjakannya. Segala macam hinaan, cacian terlontar begitu saja dari mulut manisnya. Sudah dua jam ... Akhirnya pekerjaan hampir selesai, Sakura tersenyum puas dan sambil mengusap keringat di dahi lebarnya.

"Pyuh ... Akhirnya," gumam gadis itu. Sakura menoleh kebelakang, kearah pintu yang tertutup.

"Naruto belum kembali, pasti dia sengaja agar aku menyelesaikan ini sendiran. NARUTO NO BAKA! KENAPA KAU TIDAK MAT ..."

Ups ...

Sakura langsung membekap mulutnya, dia lupa. Sial ... Sepertinya mulutnya semakin kurang ajar saat berbicara. Gadis yang usianya lebih muda dua bulan dari kakak kandungnya tersebut langsung menggeleng-gelengkan kepalanya. Tidak ... Dia tidak mau Naruto meninggalkannya, Sakura tidak ingin kehilangan orang yang paling disayanginya. Lagi ...

Walaupun menyebalkan kayak gimanapun kakak laki-lakinya tersebut, dia adalah Naruto saudara kembarnya yang terlahir prematur. Sakura tidak mau kehilangan saudara penyakitannya itu, tidak pernah mau. Setitik cairan bening mengalir begitu saja dari mata indahnya, kenangan masalalu pun kembali terngiang.

Flashback ...

Sakura yang masih berumur 13 tahun duduk menyendiri diruang tamu mansion megahnya, wajahnya cemberut dengan keruatan di dahi yang terlihat kusut.

"Dasar orang tua pilih kasih, aku benci kalian!" Sibungsu keluarga Namikaze tersebut terus mengomel, mengeluarkan semua unek-unek di dalam hatinya. Kedua tangannya memeluk lutut kecilnya dengan airmata yang tidak pernah berhenti mengalir.

"Mereka tidak pernah sayang padaku, mereka hanya sayang pada kakak bodoh yang manja itu! Hiks ... Touchan dan kaachan benar-benar pilih kasih, hiks ... Hiks ..." Gadis itu terus mengomel sambil menangis sehingga tidak menyadari kehadiran ayahnya yang sejak tadi ternyata sudah berdiri disampingnya.

"Sakura-chan, kenapa bisa berfikir seperti itu?" Suara lembut seorang Namikaze Minato menyadarkan Sakura. Gadis itu tersentak dan langsung mendongak keatas, terlihat Minato yang tersenyum.

"T-Touchan!" Gadis itu langsung mundur ketakutan,tubuhnya bergetar dan matanya terbuka lebar karena takut dimarahi oleh sang ayah yang telah mendengar kata-kata kasarnya.

"Benar-benar membenci ayah dan ibu ya?" Minato mengacak pelan rambut indah Sakura yang saat itu masih sepanjang punggung, senyuman masih terbingkai dengan manis. Minato sungguh benar-benar ayah yang paling baik.

"Ti-tidak, Touchan aku ... Aku ..."

"Sudah, tanpa Sakura-chan bilang pun touchan sudah mengerti kok!" Sakura hanya bisa menunduk menyembunyikan wajahnya dikedua lutut dan kembali menangis. Gadis itu merasa bersalah, sungguh ... Dia tidak membenci kedua orang tuanya, sama sekali tidak. Kata-kata itu entah kenapa terkeluar begitu saja.

"Kami memang terkesan lebih menyayangi Naruto, tapi ... Percayalah kami juga menyayangimu. Kami menyayangi kalian lebih besar dari apa yang pernah kalian bayangkan Sakura. Ibu berjuang mati-matian mempertaruhkan nyawanya hanya agar kalian bisa selamat. Maaf kalau sikap kami tadi sedikit keterlaluan!" Sakura mengeratkan pelukannya pada lututnya dan berusaha untuk menahan tangis, tidak ... Mendengar kata-kata ayahnya yang terlihat cukup sedih itu benar-benar berhasil membuat hatinya teriris.

"Kami hanya kaget dan terkejut, melihat kalian pulang dengan tubuh kotor dan melihat kondisi Naruto tadi ... Kami hanya tidak mau ..."

"Touchan! Huwa ... Huwa ... Touchan! Jangan bicara lagi, Huwa!" Sakura langsung memeluk erat leher ayahnya dan langsung menangis sejadi-jadinya. Minato tersenyum lega sambil mengusap pelan punggung anak perempuannya itu.

"Tidak, hari ini kau harus dengar! Ada sesuatu yang harus kau ketahui, Sakura!"

"Hiks ... Hiks ... Touchan!"

"Naruto lahir prematur. Tubuhnya tidak sama seperti tubuh normal anak-anak lain, otaknya juga tidak bisa menyamai otak anak-anak seusia kalian. Tubuhnya tidak boleh dibiarkan terlalu lelah, otaknya juga tidak bisa dibiarkan berfikir terlalu berat. Naruto berbeda darimu Sakura-chan!"

"Eee?" Sakura melepaskan pelukannya, dan menatap ayahnya dengan raut wajah penuh pertanyaan.

"Kenapa bisa begitu? Bukankah kami kembar, kalau begitu aku juga sama ... Tapi, Hiks ... Kenapa malah Naruto yang lebih diperhatikan!"

"Tidak ... Kamu tidak lahir prematur, Hanya Naruto . Sakura-chan ..."

"Kok bisa?" tanya Sakura heran.

"Waktu itu, Ibumu mengalami kecelakaan yang membuatnya harus melahirkan lebih cepat dua bulan dari yang telah diprediksi. Dokter berusaha dengan keras untuk menahan proses persalinan tersebut. Jika ibumu di biarkan melahirkan kedua anak sekaligus dengan kondisi lemah saat itu, dokter tidak bisa menjamin kalian bertiga akan selamat!"

"J-Jadi?" Minato menunduk sedih. Mengingat saat-saat itu adalah hal yang paling tidak ingin dilakukannya. Tapi sepertinya saat ini dia harus menerangkan semuanya pada Sakura, dia tidak ingin ada perselisihan yang diantara keluarganya. Minato juga berharap Sakura bisa menjaga dan memperlakukan Naruto lebih baik dari sekarang.

"Dokter tidak bisa seratus persen menahan proses kelahiran, satu anak harus segera dilahirkan . Karena waktu itu Naruto benar-benar sudah hampir keluar. Jadi ... Dokter hanya bisa menahan kelahiranmu ..." Minato menarik nafas lagi langsung menatap Sakura yang melihatnya dengan tatapan tidak percaya.

"Waktu itu, demi untuk menjaga keselamatanmu Kushina harus dirawat dirumah sakit selama dua bulan dan setiap hari harus mendapat suntikan agar kelahiran bisa terus ditahan. Kau bisa bayangkan sendirikan bagaimana sakitnya ibu waktu itu? Disuntik tiga kali sehari selama dua bulan apa kau mau?"

Lagi-lagi air mata Sakura jatuh bercucuran dengan deras, gadis itu ingin segera memeluk Ibunya saat mengetahui hal ini. "Touchan ... Hiks ... Hiks ..."

"Waktu itu kami juga dihadapkan dengan kenyataan bahwa Naruto yang terlahir prematur sedang dalam masa kritis. Tubuhnya terlalu kecil dan lemah, saat kau berjuang hidup di dalam kandungan ditemani oleh kehangatan langsung seorang ibu, Naruto harus berjuang sendirian. Dua bulan dia memperjuangkan hidupnya didalam sebuah tabung tanpa ada kehangatan seorang ibu. Dia sendirian, bahkan touchan hanya bisa menatapnya dari jauh tanpa bisa membantunya sedikitpun!" setitik cairan bening turut keluar, Minato kembali mengingat betapa merasa tidak bergunanya dirinya sebagai seorang ayah dan suami yang hanya bisa melihat ketiga orang yang disayanginya berjuang untuk terus hidup.

"Touchan ... HUWA!" Sakura tidak bisa menahannya lagi, gadis itu menangis sejadinya-jadinya dipelukan sang ayah.

"Maafkan aku touchan! Maaf ... HUWA!"

Flashback off

Tubuh gadis itu bergetar menahan tangis saat teringat kejadian waktu itu.

"Naruto ... Gomen," Dadanya sesak, menyadari betapa kejamnya kata-kata yang barusan hampir dikatakannya. Sungguh ... Sakura begitu menyayangi Naruto dan sanggup melakukan apapun demi keselamatannya. Saat itu Sakura sudah mengucapkan sebuah janji tidak terucap yang sampai sekarang terus ditanamkan dihatinya, selalu diingatnya dan selalu dipegangnya.

'Selamanya aku akan selalu melindungi Naruto, menjaganya dan selalu ada di dekatnya. Selamanya! Itu janjiku.'

"Naruto ... Naruto ... Naruto ..."

Brakkk ...

Pintu terbuka dengan kasar dan membuat Sakura terkejut.

"HUWA! Sakura-chan!" Naruto berdiri didepan pintu sambil melihat Sakura yang terduduk dilantai dengan air mata berlinangan.

"Sakura-chan, HUWA!"

"Naruto?" Sakura langsung menghapus jejak air matanya dan langsung berdiri untuk mendekati Naruto. tapi baru saja maju selangkah ...

Brugh ...

Tubuh mereka langsung terjatuh kelantai saat tiba-tiba Naruto memeluk erat tubuh Sakura sehingga membuat Sakura yang tidak siap langsung terhunyung kebelakang.

"HUWA ... HUWA!" Naruto kembali menangis dengan keras.
"Kau kenapa Naruto?" tanya Sakura panik.

"Tidak tahu ... Hiks, tiba-tiba saja aku ingin menangis, hiks ... Aku tidak tahu kenapa, Hiks ... Aku hanya ingin memelukmu, Hiks ..." Sakura tersenyum dan mengusap pelan punggung Naruto persis seperti apa yang dahulu pernah dilakukan oleh ayahnya padanya.

"Kenapa kau cengeng sekali ha?" kata Sakura. Gadis itu hanya bisa memaklumi reaksi berlebihan dari kakak laki-lakinya itu, mereka memang punya ikatan yang sangat kuat sejak kecil. Saat Naruto menangis, meskipun saling berjauhan Sakura akan ikut menangis dan begitu pula sebaliknya. Mereka bisa mengetahui bagaimana perasaan masing-masing meski itu hanya bisa disadari oleh Sakura. Naruto terlalu bodoh untuk mengetahui bahwa mereka ikatan mereka yang membuatnya seperti ini.

"Hiks ... Hiks ..." Naruto tersenyum, dia merasakan rasa sedihnya beransur-ansur hilang.

"Ne Naruto," panggil Sakura.

"Apa, Hiks ..."

"Aku menyayangimu!"

"Hiks ... Aku juga,"

"Naruto,"

"Apa?"

"Kita akan selalu bersama kan?"

"Iya, itu pasti. Aku ingin berada disamping Sakura-chan selamanya,"

"Arigatoo ... Ne Naruto,"

"Iya?"

"K-Kamu berat, bisakah tolong bangkit dari atas tubuhku?"

"Eee?"

"Gomen ... Sakura-chan!"

Naruto langsung bangkit dan menjauhkan tubuhnya dari Sakura.

"Hehehehehehehe" Pria itu tertawa sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal

"Hm ... Dasar bodoh," Naruto hanya bisa menunjukkan wajah cemberut saat mendengar kata-kata Sakura.

"Hei ... Aku lapar, hari ini kau yang masak ya?" kata Sakura yang sudah bangkit dan sekarang duduk disamping Naruto.

"Tentu, Aku akan memasak ramen special untuk Sakura-channnn!"
"Tidak, aku tidak mau makan ramen terus!" Sakura langsung menolak mentah-mentah keinginan Naruto untuk memasak ramen.

"Lho? Kalau begitu aku tidak mau masak!" Naruto menyilangkan kedua tangannya di depan dada dan membuang muka kearah lain. Sakura hanya bisa tersenyum geli melihat tingkah kekanak-kanakan Naruto, gadis yang belum genap 15 tahun tersebut langsung bangkit dan berdiri menghadap Kakak laki-lakinya.

"Aku tetap tidak mau makan ramen," Sakura tetap berisikeras.

"Jadi?" Tanya Naruto terlihat tidak acuh.

"Bagaimana kalau kita masak sama-sama, mau?" Kata Sakura sambil menghulurkan tangannya dan tersenyum manis. Tentu saja mendengar kalimat itu Naruto menjadi sangat senang, pria yang tiga bulan lagi akan merayakan ulang tahunnya tersebut langsung menerima uluran tangan adiknya.

"Ide yang bagus, hm ..." kata Naruto sambil tersenyum.

Mereka bergandengan tangan, berjalan berdua menuju dapur bersiap-siap untuk memasak bersama.

"Ee ... Sakura-chan, kita harus masak apa? Lemari es kita kosong!" Kata Naruto. sial ... Sepertinya mereka lupa untuk belanja bulan ini.

"Yang benar?" tanya Sakura yang sudah menyiapkan peralatan memasaknya.

"Benar, aku tidak bohong kok!"

"Hahhhhh!" Sakura hanya bisa mengeluh, sepertinya hari ini mereka harus lebih lama menahan rasa lapar.

"Naruto, kita pergi belanja sekarang ya?"

"Belanja? Asyik!" Naruto melompat kegirangan, pria itu paling senang yang namanya belanja. Segala macam barang yang ingin dibelinya langsung tertulis otomatis di otaknya.

'Aku ingin beli ramen banyak-banyak, ice-cream, cokelat, ramen ... Ice-cream ... Cokelat ... Ramen ...'

"Berhenti berkhayal atau aku tidak akan membeli ramen, ice-cream dan cokelat kesukaanmu itu, baka!" kata Sakura sambil berlalu pergi.

"Eeeehhh? Kenapa Sakura-chan bisa membaca pikiranku?"

"Hm ..." Sakura hanya bisa tersenyum geli.

Hari ini mereka bersama-sama menghabiskan waktu libur dengan berbagai macam kegiatan, mulai dari memasak bersama, makan bersama, nonton tv bersama, dan pergi keraoke bersama-sama. Hari minggu adalah hari yang paling menyenangkan bagi mereka. Besok mereka harus kembali menjalani hari-hari yang membosankan sebagai siswa kelas satu di Internasional Konoha High School tempat mereka menuntut ilmu.

Tidak akan ada yang tahu hari esok, mungkin sekarang mereka bahagia tapi ... Bagaimana dengan keesokan harinya? Apa yang akan terjadi saat perasaan mereka mulai berubah? Saat kata cinta mulai tumbuh, dan cemburu mulai terasa karena hadirnya orang ketiga dan orang ke empat? Bisakah tali persaudaraan ini tetap terikat dengan harmonis?

Mereka hanya bisa merancang tuhan yang menentukan, suatu hari nanti mereka akan diuji oleh masalah yang akan datang bertubi-tubi ... Cinta terlarang tidak boleh hadir, Cinta terlarang tidak harus mereka jalani. Jangan coba-coba untuk melawan takdir yang sudah tertulis, jika tidak ... Kalian harus rela menganggung akibatnya.

'Kalau Sakura-chan ada disampingku, aku tetap bisa bertahan!'

'Aku hanya ingin Naruto hidup ... Aku ingin selalu melihat senyumnya'

Tbc ...

Minna ... Guigui publish fic baru hahahahahhaha, kali ini mengangkat tema incest. Ini pure incest lho, jadi gak usah berharap deh bakal ada kejadian dimana ternyata mereka bukan saudara. Hehehehehehe karena itu gak akan ada dalam fic ini. Gimana menurut teman-teman? Fic seperti ini gak dilarang kan? Kalau dilarang guigui bakal ngapus fic ini, jadi tolong bilang ya kalau ternyata guigui sudah menyalahi aturan.

Chapter dua akan membahas tentang perasaan yang mulai muncul, tapi belum sampai mencapai konflik. Chapter ketiga akan muncul orang ke empat dan chapter ke lima baru muncul konflik pembuka. Setelah itu ... Eehh ... Kenapa guigui malah cerita? Dengan begini pembaca pasti bisa menebak jalan cerita ini kan? Gak apa-apa deh, yang penting guigui senang nulisnya.

Jika ada yang punya masalah tentang jarak kelahiran mereka, dan mengatakan itu semua gak mungkin, guigui hanya bisa menjawab: guigui dapat ide itu setelah nonton on the spot, tujuh proses kelahiran terlama didunia. Yang pertama itu si ibu ngelahirin prematur anaknya yang dilahirkan meninggal, jadi kelahirannya terpaksa harus ditahan gitu deh. Guigui gak tau juga gimana mau ngomongnya, yang jelas itu semua bisa terjadi. Kalo masih gak puas anggap aja deh ini keajaiban. :P disini guigui ngebuat si Saku lahir di akhir bulan desember ya, biar sesuai dengan cerita. Jadi ... Dengan seenak jidatnya guigui akan buat dia lahir pada tanggal 31 desember 199...

hehehhehehehee

ok, Mind to review minna?