Summary&warning: Di sebuah negeri nan jauh bernama Iwazuka, sebuah kutukan dibuat oleh anak manusia yang telah dihasut oleh pihak yang haus kekuasaan dan balas dendam. Akibatnya, sang Raja dan calon pendampingnya terpisah dan melupakan semuanya. Mereka terdampar di sebuah kota kecil bernama Iwatobi, sebagai pelajar sekolah biasa tanpa ingatan apapun mengenai Iwazuka. Konon hanya cinta sejati yang bisa mematahkan kutukan tersebut. Dapatkah penyihir pelindung Iwazuka menyadarkan mereka? RinHaru and Soumako in later chapter, paduan bermacam2 AU, some OC, maybe OOC&typo, Don't Like Don't Read~
Pairing: RinxHaru, SousukexMakoto, slight ReiGisa, MomoTori and SeiGou. Onesided SouRin.
Disclaimer: High speed by Kouji Ouji, Free!ES by Kyoto Animation and Once Upon a Time by Edward Kitsis & Adam Horowitz
A/N: Marathon Once Upon A time 3 season dan terombang-ambing di fandom Free! Membuat saya mengkhayalkan cerita ini... Pada dasarnya cerita ini adalah gabungan dari Splash Free AU, sedikit Future fish AU dan Canon story Free yang dicrossover dengan Once Upon a Time.. bagi yang belum familiar dengan Once Upon a Time, silahkan mencari referensinya di mbah Google ^ ^. Namun saya akan berusaha membuat cerita ini bisa dipahami oleh pembaca yang belum familiar dengan OUAT. Untuk chapternya, mungkin tidak akan terlalu panjang, saya merencanakan fic ini akan selesai sekitar 4-5 chapter...
Fanfic ini akan terbagi ke 2 jaman yang berbeda. Tulisan biasa menunjukkan keadaan masa sekarang di Iwatobi, dan tulisan italic menunjukkan keadaan masa lalu di Iwazuka. Semoga tidak membingungkan karena ini pertama kalinya saya menulis cerita yang seperti ini.
Lalu untuk penulisan, "bla bla bla" berarti ucapan yang dikatakan keluar oleh tokoh dan 'bla bla bla' berarti pemikiran si tokoh di dalam hati.
Daripada mendengar ocehan saya panjang lebar lagi, selamat membaca!
Once Upon A Time at Iwazuka
Prolog
Haru hanya diam memandangi gambar yang belum diselesaikannya sejak tadi pagi. Sejak tadi dia tidak ingin memperhatikan pelajaran. Hari sudah mulai sore, dan belajar bahasa inggris di jam seperti ini sama saja dengan dongeng sebelum tidur untuk Haru. Gambar di atas mejanya adalah gambar pemandangan sebuah padang pasir yang luas, lengkap dengan sebuah oase yang terlihat dari kejauhan.
Entah kenapa gambaran pemandangan itu terus menerus muncul di kepalanya dan ia tiba-tiba ingin menggambarnya. Padahal Haru belum pernah pergi ke tempat seperti itu sebelumnya, tapi ia bisa menggambarnya dengan detil. Haru masih mengarsir beberapa bagian, menyempurnakan bagian-bagian yang masih belum selesai.
"Haru-chan? Kau menggambar lagi?" suara Makoto membuyarkan konsentrasi Haru.
"Jangan pakai –chan." Haru hanya menjawab pelan dan melihat ke sekelilingnya. Ternyata pelajaran hari itu sudah selesai dan para murid sudah mulai keluar dari kelas. "Kau ingat latihan klub hari ini bukan?" mendengar pertanyaan sahabatnya, Haru langsung menutup buku sketsanya dan bersiap-siap untuk kegiatan klub. Tentu saja ia tidak mau terlambat untuk berenang di kolam yang sangat disukainya.
"Ayo kita ke kolam, Makoto." Ujar Haru sambil berdiri dan membawa tasnya.
Makoto hanya mengangguk dan tersenyum, lalu berjalan keluar kelas bersama Haru.
"Oiya, kata Nagisa, dia berhasil mendapatkan manager untuk klub kita. Seorang anak pindahan dari kelas sebelah mengajukan diri, dan Nagisa meminta dia untuk datang ke kegiatan klub hari ini untuk memperkenalkan diri. Kalau memang kita semua tidak keberatan, aku rasa tidak ada salahnya juga kita merekrut manager. Kau tahu kita seringkali kerepotan membuat menu latihan dan beres-beres ruangan klub." Cerita Makoto panjang lebar. Makoto adalah ketua klub renang di SMA Iwatobi yang beranggotakan Haru, Nagisa dan Rei. Di awal tahun ajaran kemarin, Nagisa yang mengusulkan kepada Haru dan Makoto untuk memulai kembali klub renang di sekolah mereka yang sebelumnya sudah ditutup. Walaupun sedikit kesulitan pada awalnya, mereka berhasil mendapatkan anggota dan melatihnya agar mereka bisa jadi klub resmi dengan ijin Amakata-sensei. Mereka berempat memang ingin merekrut manager pada awalnya, namun kurangnya peminat membuat mereka mengurungkan niat dan bertahan satu semester tanpa manager.
Haru hanya mengangguk mendengar cerita Makoto. Ia tidak terlalu memikirkan soal manager dan lain sebagainya. Yang ada di pikirannya saat ini hanyalah kolam yang sangat dicintainya.
'Apakah... aku akan mati?' pikir seorang anak laki-laki berambut merah. Dia sudah setengah sadar, terombang-ambing di tengah lautan yang luas. Ia terlalu lelah untuk kembali berenang di lautan yang dilanda badai. Hal terakhir yang ia ingat, dia sedang di kapal bersama dengan orangtuanya dalam sebuah perjalanan diplomatik ke negeri lain, lalu badai datang, dan semua terjadi begitu cepat...
Tubuh anak itu sudah mencapai batasnya, ia memejamkan matanya 'Ayah.. Ibu.. kuharap aku bisa bertemu kalian sebelum mati...' Tubuhnya yang sudah tidak bertenaga dan hilang kesadarannya mulai tenggelam ke dasar lautan yang gelap.
"Kau belum boleh mati..."
Mata anak tadi terbuka, bola matanya yang semerah darah bertemu sepasang manik biru, sebiru lautan yang sedang menenggelamkannya. Sosok itu menarik tangannya, dan ia kehilangan kesadarannya.
"Perkenalkan, namaku Gou Matsuoka dari kelas 1-3! Tapi panggil saja aku Kou. Senang bertemu dengan kalian semua!" seorang gadis berambut merah panjang dan memiliki warna mata senada dengan rambutnya memperkenalkan diri di pinggir kolam renang milik SMA Iwatobi.
Haru dan Makoto yang baru saja tiba di kolam, langsung diperkenalkan kepada calon manajer klub mereka oleh Nagisa dan Rei yang kebetulan seangkatan dengan gadis itu. "Aku Makoto Tachibana dari kelas 2-1, ketua klub ini. Salam kenal." Ujar Makoto sambil tersenyum dan sedikit membungkuk. Gou membalas membungkuk, lalu melihat ke arah Haru, menunggu Haru untuk memperkenalkan dirinya. Tapi Haru malah terus melihat ke arah kolam, tidak sabar untuk turun ke dalamnya. Makoto yang sudah bisa membaca isi pikiran Haru yang sudah tidak ingin basa-basi dan ingin cepat turun ke dalam kolam.
"Ah dia ini Haruka Nanase, wakil ketua klub yang sekelas denganku." Ujar Makoto singkat. Gadis itu hanya tersenyum dan berkata "Senang berkenalan dengan kalian, Ma- ah maksudku Tachibana-senpai dan Nanase-senpai."
"Panggil aku Makoto saja, tidak apa-apa." Ujar Makoto.
"Haru-chan juga tidak keberatan kalau dipanggil dengan nama depan, iya kan?" sela Nagisa tiba-tiba. Haru hanya mengangguk pelan dan melihat ke arah gadis calon manager baru mereka. Ia merasa pernah melihat gadis ini di suatu tempat, tapi dia menghiraukannya dan memilih memusatkan perhatiannya ke kolam.
"Senang berkenalan denganmu." Akhirnya Haru bicara juga setelah sekian lama. Kou tersenyum kecil dan mengalihkan pandangannya kepada Nagisa dan Rei.
"Sudah cukup basa-basinya! Jadi, Mako-chan, Haru-chan, apa dia lolos seleksi? Selain punya minat pada klub renang, dia sudah biasa membuat menu latihan lho! Kau tahu apa yang terjadi waktu Rei-chan membuat menu latihan fisik kita kemarin. Aku tidak mau disuruh lari keliing kolam sambil menghafalkan teori renang..." keluh Nagisa.
"Nagisa-kun! Teori itu penting. Tentu saja latihan berenang dan fisik juga penting, tapi agar bisa mempercepat waktu kita, kita harus mempelajari semua teori! Dengan menu latihan dariku yang sempurna, tembus ke kejuaraan tingkat regional bukan lagi mimpi..." Rei yang terkenal gila teori mulai mengoceh panjang lebar soal pentingnya latihan dari segala aspek dan membeberkan visi misi klub (yang sebenarnya hanya dibuat untuk mengelabui pihak sekolah agar mereka diijinkan mendirikan klub renang) buatannya.
"Baiklah, kurasa aku tidak keberatan. Kau juga kan, Haru?" Makoto memotong penjelasan panjang lebar Rei yang membosankan dan kembali ke topik pembicaraan. Haru hanya mengangguk singkat. Ia tidak terlalu peduli mereka punya manager atau tidak, yang penting ia bisa cepat-cepat berenang.
"Selamat datang di klub kami Gou-chan!" ujar Nagisa.
"Hei, namaku Kou!"
"Tadi kau sendiri yang bilang namamu Gou! "
"Tapi kan sudah kubilang panggil saja aku Kou!" Gou bicara dengan suara yang lebih keras
"Gou saja!"
"Kou!"
"Gou!"
"Kou!"
"Gou!"
"Cukup Nagisa, jangan bertengkar dengan manager baru kita." Lerai Makoto. Kegiatan klub belum dimulai dan ia sudah merasa lelah duluan karena pertengkaran tidak penting juniornya. "Selamat datang di Klub Renang SMA Iwatobi, Kou-chan! Mohon bantuannya mulai saat ini ya." Ujar Makoto sambil mengajak Gou bersalaman.
"Mohon bantuannya juga!" ujar Gou sambil menjabat tangan Makoto. Makoto langsung menjelaskan garis beras tugas manager kepada Gou, dan meminta para anggota untuk melakukan pemanasan agar kegiatan klub segera bisa dimulai. Ketika Makoto meninggalkan Gou, ia pergi ke ruangan klub untuk mengambil kertas dan timer untuk mencatat waktu anggota klub.
'Mereka sama sekali tidak berubah... Sama seperti dulu di Iwazuka.. Semoga mereka bisa mempercayaiku, agar kutukan ini bisa terpecahkan dan Iwazuka bisa kembali seperti semula...' gumam gadis itu di dalam hati.
"Aku tidak tertarik." Seorang raja, berambut dan bermata merah menunjukkan ekspresi garang, memperlihatkan rasa tidak sukanya kepada orang yang sedang berbicara dengannya.
"Tapi yang mulia, umur anda sudah cukup untuk menikah dan kami rasa rakyat akan lebih tenang apabila anda sudah mempunyai pendamping hidup..."
"Aku bilang tidak. Kurasa kau sudah tidak punya urusan lagi disini. Aku punya hal yang lebih penting untuk kukerjakan, jadi kumohon untuk keluar sekarang juga atau pengawalku segera masuk dan mengusirmu dengan tidak terhormat."
Sang menteri dengan terpaksa keluar dari ruangan yang indah tersebut. Wajahnya terlihat gusar, namun dia tak kuasa melawan kata-kata sang raja yang sudah marah. Dua orang pengawal berambut oranye dan perak menutup pintu dengan rapat, dan kembali berjaga di depan pintu ruang kerja sang raja.
"Apa kau tidak berlebihan, Rin?" tanya seorang pemuda berambut hitam. Ia memakai pakaian khas Iwazuka, dengan aksen warna teal yang serasi dengan matanya.
"Dia yang harus menjaga mulutnya, Sousuke. Aku tahu dia ingin memanfaatkan kekuasaanku dengan cara menjodohkanku dengan putrinya. Dia kira aku bodoh? Sebagai penasihatku, harusnya kau tahu niat busuk orang-orang seperti itu." Terdengar suara gemerincing gelang emas yang dipakai sang raja saat mengambil pena bulu di mejanya, besiap untuk mengerjakan dokumen yang belum selesai sejak tadi.
Sang penasehat hanya menghela nafas melihat kelakuan raja sekaligus sahabatnya sejak kecil ini. Bukannya dia tidak senang sang raja menolak tawaran menteri tadi, mengingat ia sendiri menyimpan perasaan kepada raja keras kepala ini.
"Jangan-jangan, kau menolaknya karena kau masih berharap bertemu penyalamatmu itu? Yang bermata biru seperti laut yang jernih?"
Wajah Rin langsung memerah mendengar perkataan sahabatnya. 4 tahun yang lalu, ia memang hampir mati saat berlayar dengan orangtuanya. Satu-satunya penumpang yang selamat hanya dirinya, yang ditemukan dalam keadaan tidak sadar di pinggir pantai. Semua orang heran bagaimana caranya ia bisa selamat dari kecelakaan naas itu. Rin sendiri tidak ingat persis, yang ia ingat adalah tatapan dari sepasang mata berwarna biru yang jernih, yang menarik tangannya saat ia tidak sadarkan diri.
Rin menyimpulkan kalau ada seseorang yang menyelamatkannya saat itu. Selama ini ia sudah berusaha mencaritahu, namun hasilnya nihil. Petunjuk yang ia punya terlalu sedikit, dan ia tidak bisa mengabaikan tugasnya sebagai raja hanya untuk mencari penyelamatnya. Ia juga merahasiakan semuanya dari pihak kerajaan, dan hanya menceritakannya kepada orang-orang kepercayaannya saja. Ia takut kalau penyelamatnya malah akan dibunuh oleh orang-orang haus kekuasaan yang menganggap selamatnya Rin seagai sebuah bencana.
"Te... tentu saja tidak. Aku hanya tidak ingin orang rakus seperti menteri tadi memanfaatkanku!"
"Iya, Rin aku percaya. Kau, raja Iwazuka ke-13 dan aku bersumpah akan mengabdi dan selalu percaya kepadamu sampai akhir."
Rin tersenyum lebar, memamerkan gigi-giginya yang runcing bagaikan ikan hiu. "Kau memang satu dari sedikit orang yang bisa kupercaya."
Sousuke tersenyum pelan, rajanya yang satu ini memang hanya menunjukkan sisi lembutnya seperti ini di depan orang-orang yang dipercayainya. Di luar, ia selalu terlihat sebagai raja yang tegas dan tak kenal ampun menghadapi orang-orang yang mengancam kelangsungan kerajaannya.
'Semoga hari-hari damai seperti ini bisa berlangsung selamanya...' pikir Sousuke.
...to be continue
A/N: Terima Kasih sudah membaca sampai disini! Kritik dan saran berupa review sangat ditunggu apabila anda berkenan :)
