Naruto :: Anakku di Masa Depan!
A Naruto Fanfiction by Tobi Tobio.
•
•
•
A/N ::
• Alur tidak sejalan dengan Anime/Manga.
• Kejadian di ambil secara acak/tidak berurutan. Dengan sedikit pengembangan sesuai imajinasi Author.
• Ide Time Travel dan pasaran. Tapi semoga penyajiannya tidak pasaran.
•
•
•
Rate :: M (untuk kekerasan dan kata yang kurang/tidak pantas untuk diucapkan).
Update tidak menentu karena terbentur kesibukan Dunia Nyata.
Tapi bisa di pastikan Fict Tobi tidak akan DisKon. Hanya saja Update sedikit lambat.
•
•
•
Jangan merasa sungkan untuk memberikan Review (^,~)
•
•
•
Ingin mengenal Tobi lebih jauh silahkan cek ini (ini FB Tobi).
m(titik)facebook(titik)com/profile(titik)php?fref=nf&ref_component=mbasic_home_header&ref_page=%2Fwap%2Fhome(titik)php&refid=8
Atau cek ini (ID FB Tobi).
100007211745260 :: Keristanto (Heru)
Kalau begitu silahkan menikmati dan salam kenal dari Tobi. Membutuhkan fast respon dari Tobi? Bisa hubungi Tobi di FB, karena akun FFN cuma di buka 1 minggu sekali (saat update Fict).
•
•
•
"Aku adalah Uzumaki Boruto. Anak dari Uzumaki Naruto dan Uzumaki Hinata. Kalian tau? Banyak anak bilang aku adalah anak yang beruntung". "Tentu Saja, itu karena ayahku adalah Hokage ke tujuh, dia juga merupakan Pahlawan dalam Perang Dunia Shinobi ke empat. Dan ibuku, kalian tau? Ibuku adalah seorang Bangsawan dari Clan terhormat seperti Hyuuga".
"Kalian berfikir pasti aku akan sangat merasa senang karena terlahir dalam keluarga ini. Tapi kenyataannya itu hanyalah kebahagiaan semu". "Aku sama sekali tidak bahagia dengan kehidupanku, kalian tau? Ayahku super sibuk dengan pekerjaannya sebagai Hokage, dan ibuku sibuk mengurusi urusan Clannya. Tapi itu belumlah semua".
Yang lebih parah lagi ... Aku merasa sama sekali tidak mirip dengan ayah maupun ibu. Ayahku terlihat kuat dan keren, ibuku juga sangat kuat di balik sifat lembutnya. Sedangkan aku ... Membuat Bunshin no Jutsu saja sangat kesusahan ..."
"Haaahhhh~" Boruto menghela nafasnya saat selesai dengan acara curhatnya pada seekor Katak yang ada di depannya. Entah Katak itu mengerti atau tidak, tapi yang pasti Katak itu dengan setia mendengarkan setiap keluh kesahnya dari awal sampai ahir. Tapi kebersamaan Anak itu dengan sang Katak harus berahir, karena saat ini dua anak gadis sebaya dengannya sedang berdiri di belakang Boruto.
"Lihatlah Sarada ... Boruto sepertinya sudah gila!". "Katak saja sampai di ajak bicara!" ucap seorang anak perempuan gempal dengan Tubuh yang terbilang gelap. Sementara gadis berkacamata di sampingnya yang ternyata bernama Sarada hanya diam saja, tidak menjawab perkataan si gempal itu.
"Apa kau bilang?! Aku masih waras tau!". "Selain itu kehadiran kalian membuat Katak itu takut, padahal aku belum selesai curhat pada mereka!" balas Boruto dengan sengitnya. Sementara gadis gempal itu hanya menjulurkan lidahnya tanda mengejek Boruto.
"Hanya orang bodoh yang mau curhat pada Katak!" ejek anak itu lagi. Boruto semakin kesal, sementara Sarada terlihat menghela nafasnya, merasa sudah bosan mendengar pertengkaran mereka. Yap, hampir di pastikan mereka akan selalu bertengkar dan berahir saling ejek saat mereka berada dalam satu tempat. Seperti saat ini, Sarada benar-benar lelah dengan ini.
"Dasar gen—"
"Boruto!". "Jangan mengatakan itu di depan Choucho" dengan cepat Sarada memotong ucapan Boruto, sebelum bocah itu selesai dengan umpatannya pada si gempal.
"Jam pelajaran sudah di mulai. Shino-Sensei meminta kami untuk mencarimu, ayo masuk Kelas ... Atau kau ingin masuk Rumah Sakit Konoha?" tanya Sarada dengan entengnya, sementara Matanya melirik anak gadis gempal itu yang ternyata bernama Choucho. Anak itu, Choucho terlihat sangat kesal hingga tanpa sadar Tangannya meremas ujung bajunya sendiri.
"Apa ... Apa kau tadi akan berkata gendut?" desis Choucho dengan nada dingin dan datarnya. Boruto menelan ludahnya sendiri, entah kenapa Choucho di Matanya kini terlihat sangat menyeramkan, Wajahnya terlihat seperti Hantu bermata merah Darah. Boruto teringat sesuatu, terahir kali saat melihatnya seperti ini, karena dia mengucapkan kata terlarang itu. Dan hasilnya, Boruto harus rela menginap di Rumah Sakit Konoha selama dua Hari.
"Ti-tidak ... Tentu saja t-tidak!". "Mana mungkin a-aku akan berbohong seperti i-itu ..." balas Boruto dengan Wajah gugupnya. Butiran keringat mengalir dengan deras di Keningnya.
"Lalu?!"
"Eumh i-itu ..." Boruto semakin salah tingkah. Rasa gugupnya pun terasa semakin menjadi-jadi. Bocah itu tentu saja harus memikirkan kata yang tepat untuk mengganti kata gendut yang tadi ingin di ucapkannya. Dan yang terpenting, kata itu haruslah bagus. Karena jika tidak, Rumah Sakit Konoha sudah menunggunya.
'Sial!' umpatnya dalam Hati.
"S-sebenarnya ... Aku ingin me-mengatakan Gendang!". "Yap, Gendang ... Ha ... Ha ... Ha ..." ucap Boruto dengan tawa yang hambar, seraya menggaruk Rambutnya sendiri meski merasa tidak gatal. Tapi sepertinya Boruto tidak puas dengan kalimatnya sendiri.
'Aduhhh!'. 'Kenapa juga aku bilang Gendang sih!'
"Gendang?". "Gendang itu apa Boruto?" tanya Choucho yang terlihat bingung. Agaknya Boruto bisa bernafas lega karena Choucho sepertinya tidak tau bentuk Gendang itu seperti apa.
"Pokoknya benda yang bagus!". "Benda itu sering di pakai pria untuk memuji wanita. Kau tau kan?" ucap Boruto sedikit berbohong. Dengan bersusah payah, Boruto memasang Wajah yang meyakinkan agar anak itu percaya. Meski pun Boruto sendiri merasa tidak yakin dengan Wajahnya saat ini.
"Setauku Gitar Spanyol" gumam Choucho.
"Ayolah ... Itu sudah kuno, sekarang jamannya Gendang!" kilah Boruto.
"Ayolah kita pergi. Bukankah Shino-Sensei sudah menunggu kita!" ucap bocah pirang itu seraya beranjak pergi. Tanpa banyak bicara Sarada mengikuti Boruto untuk kembali ke Kelas mereka. Choucho berlari dengan riangnya melewati Sarada dan Boruto. Wajahnya terlihat berseri-seri mendengar penjelasan penuh kebohongan Boruto tentang Gendang.
"Saat Choucho tau bagaimana bentuk Gendang itu ... Habislah kau!" ucap Sarada dengan tenangnya. Dan seketika itu juga Boruto pucat pasi. Entah kenapa bocah itu merasa Rumah Sakit Konoha kini berdiri kokoh di belakangnya, di tambah seorang Ninja Medis yang melambaikan Tangannya seraya memanggil-manggil namanya.
"Tou-San ... Aku rasa ajalku sudah dekat!" gumam Boruto dengan lebaynya. Dan setelah itu bocah itu pun pingsan akibat fikiran lebaynya sendiri.
•
Naruto :: Anakku di Masa Depan!
A Naruto Fanfiction by Tobi Tobio.
•
"Hahhh~" Boruto menghela nafasnya saat menatap Danau tempatnya biasa menghabiskan waktu, selain membuat keonaran di Desa. Yap, biasanya sepulang dari Akademi, bocah itu selalu membuat keributan. Tentu saja untuk membuat baik ayah atau ibunya yang super sibuk dengan urusan mereka memperhatikannya.
Tapi entah kenapa saat ini bocah itu tidak bernafsu untuk membuat keributan, agaknya Boruto sedang galau saat ini. Anak itu kembali mengingat PR atau Pekerjaan Rumah yang di berikan Senseinya, Aburame Shino untuk mereka.
"Baiklah anak-anak, Minggu depan aku akan mengetes kemampuan Ninjutsu kalian. Jadi pelajarilah kemampuan Ninjutsu dari Clan kalian masing-masing". "Hasil tes ini akan mempengaruhi kelulusan kalian!"
"Haaaahhhhh~" Boruto kembali menghela nafasnya. Dan kali ini lebih dalam dari yang sebelumnya. Entah kenapa perkataan Shino yang kembali mengiang di Kepalanya membuat Boruto merasa semakin tak bersemangat.
"Clan ..."
"Apa?". "Uzumaki atau Hyuuga?"
"Uzumaki identik dengan Rambut merah" gumamnya seraya bercermin di Air Danau itu. Matanya memperhatikan warna helaian Rambutnya yang pirang. Terdapat kekecawaan di Wajah Boruto karena nyatanya meski memiliki nama Clan Uzumaki, warna Rambutnya tidak merah sedikit pun. Kini pandangannya beralih pada Matanya.
"Haaaahhhh~ bahkan aku tidak memiliki Byakugan!". "Apanya yang anggota Clan ... Aku bahkan tidak sama dengan ciri fisik mereka!" gumam Boruto. Wajahnya terlihat semakin murung, sepertinya kenyataan itu membuatnya merasa sedih. Boruto kemudian teringat kembali dengan kejadian beberapa Bulan lalu.
FLASH BACK.
"Hey kalian tau? Aku mulai di ajarkan Shitenshin no Jutsu oleh ibuku!" ucap seorang anak gadis bertubuh pucat itu dengan penuh semangat.
"Yah! aku juga sudah belajar Baika no Jutsu bersama ayahku, tapi Jutsu itu tidak keren. Aku malah terlihat semakin besar dengan Jutsu itu!" timpal Choucho saat itu. Teman-teman mereka yang lain tertawa saat mendengar perkataan anak gempal itu, hanya Boruto dan Sarada saja yang terlihat murung. Dan setelah Akademi selesai dengan secepat kilat, Boruto pergi ke Kantor Hokage, tentu saja untuk menemui Ayahnya.
Braakkk!
"Tou-San!" teriak Boruto seraya mendobrak Pintu Kantor Hokage dengan kerasnya, dan masuk ke Ruangan itu tanpa permisi lagi.
"Hey Boruto! Ketuk Pintunya dulu sebelum kau masuk!" komentar sang ayah, Naruto.
"Ma-maaf ... Hoy! Ini bukan saatnya untuk itu!"
"Tou-San ajari aku Ninjutsu khas Clan kita!". "Inojin dan Choucho saja sudah mulai mempelajarinya dari orang tua mereka!" teriak Boruto setengah memaksa. Naruto terlihat bingung seraya menggaruk Pipinya, senyum aneh pun kini menghiasi Wajah sang Hokage ke tujuh itu.
"Jutsu Clan ya ..." gumam Naruto. Hokage ke tujuh itu mulai membayangkan kemampuan Clan Uzumaki. Yap, Uzumaki di kenal dengan kehebatan Fuin Jutsunya, tapi Naruto sama sekali tidak mahir dalam hal itu. Mengajarkan Kage Bunshin, tentu saja sama artinya dengan membunuh anaknya sendiri mengingat Boruto sama sekali tidak memiliki banyak Chakra sepertinya. Rasengan? Jangan tanya, belum saatnya Boruto menguasai Ninjutsu tingkat tinggi seperti itu.
"Eumh~ mungkin kau bisa mempelajari Jutsu khas Hyuuga dari ibumu" ucap Naruto pada ahirnya. Agaknya sang ayah memilih angkat Tangan dalam masalah ini dan menyerahkan semuanya pada Hinata. Pada kenyataannya tidak ada satu pun dari sekian banyak Jutsunya yang bisa di ajarkan Naruto, mengakui dirinya lemah dalam hal Fuin Jutsu yang merupakan Jutsu khas Uzumaki pun akan membuatnya terlihat payah di Mata Boruto dan tentu saja Naruto tidak mau itu terjadi.
"Huh! Baiklah" meski terlihat kesal ahirnya bocah itu pun pergi dari hadapan Naruto. Sang Ayah kini mungkin akan menyesal, karena selama ini Naruto hanya mempelajari Rasengan dan berbagai varian dari Jutsu itu.
Braakkk!
"Kaa-San!" teriak Boruto setelah lagi-lagi mendobrak Pintu Ruangan ibunya. Hinata yang saat itu terlihat berbincang-bincang dengan salah satu anggota Clah Hyuuga langsung menghentikan perbincangan mereka.
"Baiklah. Kita bicarakan ini nanti". "Kau boleh pergi" ucap Hinata, dan orang itu pun pergi meninggalkan Hinata. Kini hanya tinggallah Boruto dan Hinata di Ruangan itu.
"Ada apa Boruto, kenapa kau terlihat buru-buru?" tanya Hinata dengan lembutnya.
"Kaa-San ..." Boruto pun mulai menceritakan maksud kedatangannya pada sang ibu. Dan setelah bocah itu selesai dengan ceritanya, Hinata terlihat serba-salah. Jujur saja Hinata bingung untuk mengatakan apa, Semua orang tau jika Jutsu Clan Hyuuga harus di topang dengan Doujutsu Byakugan, dan kenyataannya Boruto sama sekali tak memiliki itu.
Jadi mana mungkin anaknya itu bisa mempelajari Ninjutsu khas Hyuuga?!.
'Orang itu ... Seenaknya saja melemparkan masalah ini padaku' umpat Hinata dalam batinnya, mengeluh akan kelakuan suaminya yang dengan seenak udelnya melemparkan masalah ini padanya. Hinata semakin terlihat serba salah, mengatakan ia tidak bisa mengajarkan apa pun tentang Ninjutsu Clan Hyuuga pasti membuat anak itu sedih. Tapi, tidak ada pilihan lain. Boruto harus tau dan menyadarinya.
FLASH BACK END.
"Haaahhh~" untuk kesekian kalinya bocah itu kembali menghela nafasnya. Entah kenapa Boruto merasa patah Hati dengan kenyataan ini, bahkan bocah itu tidak sadar jika kini Sarada ada di sampingnya. Duduk bersebelahan di tepi Danau.
"Kau sudah selesai?" tanya Sarada.
"Uwaaahhhh!" Boruto terjungkal dari duduknya dengan Wajah kaget dan pucat, karena sangat terkejut dengan kehadiran Sarada.
"Tidak perlu selebay itu ..."
"Aku kaget tau!". "Kau muncul secara tiba-tiba seperti itu!"
"Eh! Tapi kenapa Wajahmu murung seperti itu Sarada?" tanya Boruto.
"Alasan yang sama denganmu!". "Aku adalah Uchiha, tapi tidak satu pun Jutsu yang kutau dari Clan itu. Meminta Kaa-San mengajariku soal itu ..."
"Okaa-San tidak bisa mengajarimu Jutsu Clan Uchiha. Kau tau Jutsu itu hanya bisa di pelajari oleh orang yang memiliki Sharingan". "Kau bisa minta ayahmu mengajarinya saat dia pulang dari Misi nanti"
"Kita senasib" Komentar Boruto dengan sedihnya. Sedih untuk dirinya sendiri dan tentu saja sedih untuk Sarada yang memiliki masalah yang sama. Sarada hanya mengangguk sedih membenarkan ucapan bocah pirang itu.
"Tapi ... Bagaimana dengan kemampuan Clan Haruno?". "Apa ibumu juga tidak bisa mengajarinya?"
"Eumh~ soal itu ..."
"Clan Haruno tidak memiliki Jutsu khusus apa pun. Haruno hanya memiliki tekad. Tekad yang kuat". "Dengan tekad itu Ibu memiliki ketahanan yang lebih terhadap Genjutsu dan mampu menguasai Ninjutsu Medis seperti sekarang ini"
"Jadi begitu ya ..."
"Haaaahhh~" dengan kompaknya Boruto dan Sarada menghela nafas mereka. Jujur saja masalah ini membuat mereka bimbang dengan diri mereka sendiri. Boruto tentu saja karena merasa tidak mirip dengan Uzumaki dan Hyuuga, meski ayahnya pun berambut pirang. Silahkan salahkan Naruto yang menceritakan kisah Uzumaki yang seharusnya memiliki Rambut merah.
Sedangkan Sarada, anak itu merasa bingung dengan dirinya sendiri. Faktanya dia memiliki kekurangan dalam hal Indra Pengelihatan, sehingga harus di topang dengan sebuah Kacamata. Padahal Ibunya tidak berkacamata, dan ayahnya yang merupakan seorang Uchiha dengan kemampuan Mata saktinya, bagaimana mungkin dia berkacamata, meski sejujurnya Sarada tidak mengetahui hal itu benar apa tidak.
"Setidaknya kau masih beruntung ada orang tuamu". "Sedangkan aku ... Wajah ayahku saja aku tidak tau seperti apa"
"Apa dia juga berkacamata?" gumam Sarada semakin sedih. Boruto memeluk Pundak anak gadis itu dengan lembut, bocah pirang itu sepertinya berusaha untuk menenangkan kegundahan Hati Sarada.
"Hey Sarada. Kau mau ikut?". "Aku pernah mendengar soal Alat yang di ciptakan paman Sai dan bibi Ino, dari Tou-San"
"Dengan Alat itu kita bisa menjelajahi Waktu. Dan menemui mereka di masa lalu. Selain kau bisa bertemu ayahmu, kita juga bisa ikut belajar langsung dari Sensei ke dua orang tua kita kan?". "Bagaimana? Kau mau ikut?" tanya Boruto penuh antusias. Sarada terlihat terkejut, tapi sesaat kemudian anak itu mengangguk mantap dengan senyum penuh kebahagiaannya.
"Kapan kita akan pergi?"
•
BERSAMBUNG
•
Note ::
Yap. Ini sebuah ide yang tiba-tiba muncul dari otak Tobi. Karena masih anget, fict ini hanya butuh waktu 30 menit dalam pengerjaannya. Tapi wajar saja sih orang cuma 2k+ Wordnya juga hahaha :v
Yah bagaimana? Menarik gak?
Lanjut?
