Disclaimer: Kuroko no basuke bukan milikku, tapi milik dari Fujimaki Tadatoshi. Sementara hints Harry Potter di sini adalah milik dari J.K. Rowlings
Warning: AU,OOC, Slash, incest, twin!Akakuro, typo, etc
Rating: T
Genre: Romance, Adventure, Supernatural
Pairing: Akakuro
OUR BOND
By
Sky
Pernah sekali seseorang mengatakan kalau hidup adalah sebuah pilihan, selalu berada di tangan manusia untuk menentukan mana yang baik dan yang buruk, mana yang akan mereka pilih nantinya. Tapi manusia yang sebenarnya memiliki hidup di genggamannya tersebut banyak yang tidak menyadari kalau mereka melakukan apa yang menurut mereka benar, namun secara realitas belum tentu hal itu benar. Hidup memang pilihan, namun sebuah pilihan itu tidak akan ada yang bisa mengingkari takdir yang sudah digariskan oleh yang Kuasa, tidak peduli seberapa keras manusia sudah berusaha untuk mengubah hidupnya dalam pilihan itu, tetap saja hasil akhirnya itu tidak akan berubah. Takdir sangat kejam, begitulah kesimpulan dari mereka yang tetap tidak bisa mengubah hidupnya. Meskipun mereka telah mencoba untuk memilih hal yang benar.
Bagi Tetsuya, hidup adalah perjalanan sementara takdir adalah batas akhir. Ia tidak pernah menyalahkan apapun meski berbagai kesulitan terus melintas di dalam hidupnya, karena baginya yang terpenting adalah apa yang ia jalani saat ini, bagaimana keputusan akhirnya itu pun ia serahkan kepada Tuhan.
Dilahirkan di dalam keluarga yang sangat harmonis 15 tahun yang lalu adalah berkah bagi Tetsuya, kedua orangtuanya begitu menyayanginya dan terlebih lagi ia dilahirkan bersama seseorang yang sangat ia cintai lebih dari apapun. Iya, Tetsuya memiliki seorang kakak kembar yang begitu mencintaianya sama seperti Tetsuya mencintai sang kakak. Bisa dikatakan hidup remaja berambut biru langit tersebut sangat sempurna, ya… begitu sempurna. Tetsuya memiliki kedua orangtua yang saling mencintai, kakak yang menyayanginya, serta dilahirkan di dalam keluarga yang bergelimpang banyak harta. Orang-orang yang melihatnya bisa dipastikan sangat cemburu, mereka akan mengatakan kalau Tetsuya memiliki banyak hal, sungguh anak yang beruntung.
Hanya saja, apakah mereka tahu kalau hidup seorang Akashi Tetsuya itu tidaklah sesempurna yang mereka lihat? Apakah mereka tidak pernah mengenal istilah kalau hidup seseorang tidaklah sesempurna kelihatannya? Atau tidak ada manusia yang sempurna? Masih banyak lagi yang bisa Tetsuya gambarkan mengenai dirinya, namun dibalik semua kesempurnaan dan kepahitan dalam hidupnya, ada satu hal yang sangat Tetsuya syukuri. Ia berterima kasih pada Tuhan yang telah memberinya kesempatan untuk hidup di dunia ini, meskipun itu hanya sementara dan lebih singkat dari kebanyakan orang.
"Tetsuya." Panggil sebuah suara yang begitu familier di telinga remaja itu, membuyarkan lamunannya.
Tetsuya mengalihkan pandangannya dari pemandangan matahari terbenam yang ia lihat dari balik kaca jendela di ruangan itu, ia menoleh sedikit ketika pintu ruangan tersebut dibuka oleh seseorang dari luar. Seseorang yang memanggil namanya tadi memperlihatkan sosoknya, dan sesaat kemudian sebuah senyuman lembut terkembang di wajah Akashi Tetsuya yang selalu terlihat datar tersebut.
"Sei-kun." Gumam Tetsuya dengan senyuman yang masih samar di wajahnya, ia memejamkan kedua matanya ketika orang yang bernama Sei-kun tersebut mengecup keningnya dengan lembut.
"Bagaimana keadaanmu, Tetsuya? Apakah sudah mendingan dari kemarin?" tanya kakaknya dengan suara lembut.
Tetsuya hanya bisa mengangguk kecil, terlalu senang karena sang kakak mau menyempatkan waktunya untuk mengunjungi Tetsuya di rumah sakit.
"Baguslah kalau begitu, dokter mengatakan padaku kalau kau boleh pulang ke rumah malam ini." Ujar sang kakak lagi, ia mencium kening Tetsuya sekali lagi dan membiarkan Tetsuya menikmati kehangatan kecil yang berasal dari ciuman singkat tersebut. "Aku sangat merindukanmu, Tetsuya."
Remaja berambut biru langit tersebut mengangguk singkat, ia merasakan tubuh sang kakak duduk di sampingnya, di atas tempat tidurnya yang ada di rumah sakit, dan ia pun bisa merasakan sang kakak melingkarkan sebuah lengan kekar di pinggangnya, membuat jarak di antara mereka berdua terasa begitu dekat. Tanpa sadar Tetsuya menyandarkan kepalanya pada bahu sang kakak, dan memejamkan kedua matanya untuk menikmati kehangatan itu.
"Aku juga merindukanmu, Seijuurou-kun." Gumam Tetsuya lirih, ia membiarkan kakaknya merengkuh tubuh kecilnya dalam sebuah pelukan hangat.
"Aku tahu, Tetsuya." Seijuurou dengan suara sama lirihnya dengan Tetsuya, ia membenamkan wajahnya pada puncak kepala adiknya, menghirup aroma vanilla yang keluar dari tubuh Tetsuya.
Akashi Seijuurou dan Akashi Tetsuya adalah sepasang anak kembar yang dilahirkan dari pasangan Akashi Seishirou dan Akashi Tetsuna 15 tahun yang lalu. Meskipun mereka dilahirkan sebagai saudara kembar, paras dan peringai keduanya sangatlah berbeda bagai bumi dan langit. Bila Seijuurou lebih mirip dengan sang ayah yang memiliki rambut merah merah menyala, maka sang adik mewarisi paras manis dari sang ibu. Tidak hanya itu saja, bahkan kondisi fisik pun mereka berbeda pula. Kalau Seijuurou terlahir sebagai anak yang sangat kuat, maka Tetsuya adalah sebaliknya. Tetsuya dilahirkan memiliki tubuh yang lemah, sehingga tidak heran kalau ia sering keluar masuk dari rumah sakit, rasanya rumah sakit lebih mirip rumah kedua bagi seorang Akashi Tetsuya. Perbedaan demi perbedaan selalu ada di dalam diri kedua saudara kembar tersebut, namun mereka berdua adalah sepasang kakak adik yang begitu dekat, bahkan kedekatan itu terkadang melebihi dari apa yang dinamakan kewajaran, namun baik Seijuurou dan Tetsuya tidak pernah mempermasalahkan hal tersebut.
"Tetsuya." Suara Seijuurou yang memanggil namanya membuatnya tersadar dari lamunannya lagi.
"Iya, Sei-kun?" balas Tetsuya dengan suara kecil, kedua matanya masih terpejam sementara wajahnya masih terbenam pada leher Seijuurou.
"Boleh aku bertanya sesuatu padamu?" ujar Seijuurou seraya mengucapkan sebuah permintaan, namun permintaan di sini sama sekali tidak terdengar seperti permintaan. Hal itu malah terkesan seperti pernyataan.
Penasaran dengan apa yang ingin ditanyakan sang kakak membuat Tetsuya mengangkat wajahnya dari tempat 'nyaman'nya itu, remaja berambut biru langit itu menatap kedua mata heterokrom milik sang kakak dengan kedua iris biru langitnya. Tanpa mengucapkan sepatah kata apapun Tetsuya mengangguk, mempersilakan Seijuurou untuk mengutarakan apa yang ada di dalam kepalanya.
"Kalau seumpamanya Tetsuya bisa memilih, apakah kau ingin memiliki hidup yang berbeda dengan apa yang kau miliki sekarang ini?" tanya Seijuurou, kedua mata iris heterokromnya tersebut menatap Tetsuya dengan lembut, namun di balik kelembutan itu Tetsuya bisa melihat sebuah rahasia yang entah apapun itu ia tidak tahu.
"Hidup… yang berbeda?" Tetsuya balik bertanya, ia tidak mengerti dengan maksud sang kakak.
Seijuurou menganggukkan kepalanya, punggung tangan kanannya membelai lembut wajah halus Tetsuya, merasakan tekstur kulit milik adiknya. Namun kedua mata heterokrom itu, kedua mata yang sangat Tetsuya kagumi meski warna mata itu baru Seijuurou miliki, menyisakan sebuah hal yang begitu rumit dan tidak bisa Tetsuya pahami.
"Dilahirkan di dalam keluarga yang berbeda, memiliki saudara yang berbeda, dan mungkin kondisi tubuh Tetsuya tidak akan seperti ini."
Kedua mata Tetsuya menatap sang kakak dengan tatapan sayu, seperti mengumpulkan beberapa potongan puzzle ia pun mulai mengerti dengan maksud Seijuurou. Kedua jemari tangannya menggenggam kemeja biru muda yang Seijuurou kenakan, sepertinya sang kakak mengunjunginya di rumah sakit langsung dari sekolah.
"Aku tidak ingin membayangkan semua itu, Sei-kun. Aku sudah cukup puas dengan apa yang aku miliki sekarang ini, terlebih aku memilikimu sekarang ini." Jawab Tetsuya dengan lembut, ia bisa merasakan derap hangat yang Seijuurou berikan padanya.
"Begitu.." Gumam Seijuurou singkat.
Tetsuya mengangguk kecil, ia sedikit bingung dengan tingkah Seijuurou yang tidak seperti biasanya ini. Sebenarnya apa yang tengah di pikirkan kakak kembarnya sampai remaja berambut merah yang masih memeluk pinggangnya ini bertanya hal-hal yang tidak masuk akal?
"Apa ada yang mengganggu pikiran Sei-kun sampai bertanya demikian?" Kali ini gantian Tetsuya yang bertanya pada Seijuurou.
Putra pertama dari keluarga Akashi tersebut menggeleng kepalanya singkat, kedua matanya berkilat penuh kemisteriusan di sana saat ia menatap bola mata indah milik adik kembarnya.
"Tidak ada, aku hanya penasaran dengan jawaban Tetsuya saja." Kata Seijuurou dengan tenang.
"Tidak biasanya Sei-kun penasaran seperti ini, biasanya kau selalu tahu dengan apa yang ada di pikiranku." Gumam Tetsuya, ia melihat sang kakak melepaskan pelukannya dari tubuh kecil Tetsuya sebelum ia beranjak menuju sembari jendela, berdiri di depannya dengan memunggunginya. "Tanpa perlu kukatakan semuanya."
Seijuurou melihat bayangan adiknya yang masih duduk di atas tempat tidur menatapnya dengan bingung dari pantulan kaca jendela, sebuah senyuman kecil muncul di wajah Seijuurou.
"Mungkin." Hanya satu kalimat itu yang keluar sebagai jawaban Seijuurou, sama sekali tidak membantu Tetsuya yang masih kebingungan dengan kelakukan aneh dirinya saat ini.
"Sei-kun memang tidak pernah berubah, harusnya aku tahu itu." Kata Tetsuya, wajah datarnya kelihatan begitu manis ketika ia terlihat seperti orang yang tengah menyelesaikan sebuah teka-teki.
Seijuurou menoleh untuk beberapa saat, ia melihat Tetsuya dari balik bahunya. "Semua orang berubah, Tetsuya, termasuk diriku." Kata Seijuurou, dua kata terakhir yang dikatakannya itu membuat Tetsuya semakin tidak mengerti.
"Aku bingung dengan apa maksudmu." Ujar Tetsuya.
Tetsuya menghela nafas kecil, Seijuurou selalu mengatakan hal-hal yang tidak pernah ia mengerti, bahkan teka-teki ucapannya itu terkadang membuatnya sedikit kesal karena ia tidak bisa memprediksikan apa yang akan kakaknya lakukan. Meskipun begitu, sifat Seijuurou yang selalu mengucapkan sesuatu dalam bentuk teka-teki adalah satu dari sekian banyak yang dicintai Tetsuya darinya.
Remaja berambut merah darah yang sedari tadi memunggunginya itu kini berbalik memandang Tetsuya, tatapan yang diberikan sang kakak benar-benar tidak bisa terbaca. Wajah dingin itu membuat Tetsuya membelalakkan kedua matanya, entah apa yang terjadi saat ini namun Tetsuya seperti memiliki firasat kalau kakaknya memang berubah, tapi itu kan tidak mungkin. Bukankah Seijuurou tetap Seijuurou? Kakak kembarnya yang selalu mencintainya.
"Eh…" kata kecil keluar dari bibir mungil Tetsuya saat kedua telapak tangan yang dingin milik Seijuurou memerangkap wajahnya, membuat Tetsuya mengangkat wajahnya dan kedua mata mereka pun bertemu.
"Aku datang ke sini untuk mengajakmu pulang, otouto. Kemarin dokter mengatakan kalau kau sudah bisa pulang malam ini, karena itu aku datang ke sini untuk menjemputmu." Kata Seijuurou, ia mendekatkan wajahnya pada Tetsuya.
"Ke rumah?" tanya Tetsuya, ia bisa merasakan nafas Seijuurou membelai bibirnya.
"Iya, ke rumah."
Kalimat singkat yang keluar dari bibir Seijuurou membuat hati Tetsuya merasa gembira, sudah dua minggu lamanya ia berada di rumah sakit karena sakit yang ia derita, dan dalam waktu itu juga ia pasti bertanya-tanya kapan ia bisa segera pulang ke rumah. Ia merindukan kedua orangtuanya dan tentu juga kakaknya. Kalimat itu tentu membuat bahagia Tetsuya, sampai-sampai ia lupa akan pembicaraan yang sedikit ganjil dengan Seijuurou beberapa saat yang lalu.
Bahkan firasat kakaknya yang telah berubah itu langsung hilang dari pikirannya ketika Seijuurou mengklaim bibir mungilnya dengan bibirnya, memberikan satu ciuman hangat yang membuat darah remaja berambut biru langit tersebut berdesir kencang, dan detik berikutnya ia menemukan dirinya terbaring di atas tempat tidur dengan sang kakak memposisikan tubuhnya yang jauh lebih besar di atas Tetsuya, keduanya beralih posisi tanpa memutus tautan bibir mereka.
Kedua mata heterokrom milik Seijuurou menatap lembut wajah sang adik ketika ia mengakhiri ciuman mereka. Seijuurou bisa melihat wajah putih Tetsuya bersemu merah, sungguh pemandangan yang sangat menggoda. Kalau saja mereka tidak berada di rumah sakit, sudah bisa dipastikan remaja berambut merah itu akan merengkuh Tetsuya dalam sebuah tarian yang sensual. Bibirnya membentuk sebuah seringai yang tipis.
Dalam sebuah hidup, manusia memang memiliki pilihan untuk menentukan mana yang baik atau buruk bagi diri mereka. Namun dalam menjalani pilihan itu, mereka selalu dihadapkan oleh sebuah perubahan dalam diri mereka, sebuah perubahan yang besar.
Firasat yang Tetsuya miliki mengenai peringai kakaknya mungkin adalah pertanda dari pilihan yang Seijuurou ambil, entah apapun itu. Namun firasat itu langsung menghilang begitu saja dari benak Tetsuya ketika bibir sang kakak turun ke daerah sensitif yang ada di lehernya dan menggigitnya, membuat sebuah tanda yang mengatakan kalau ia tidak hanya sebagai saudara kembar seorang Akashi Seijuurou, tapi adalah miliknya secara utuh.
"Kau adalah milikku, Tetsuya. Apapun yang terjadi kau adalah milikku dan kau tidak aku ijinkan untuk meninggalkanku." Kata Seijuurou yang sudah bisa diartikan sebagai perintah tegas untuk sang adik.
AN: Terima kasih sudah mampir dan membaca, chapter ini merupakan prologue dari fic Multichapter Our Bond
Author: Sky
