Naruto Disclaimer Masashi Kishimoto
Baby Boss
Genre : Fantasy, Family, Drama, Romance, Hurt/Comfort, and etc.
Rate : M
Main Cast : Uzumaki Naruto, Uchiha Sasuke, Haruno Sakura, Orochimaru, Kabuto and friends.
Main Pair : SasuNaru
Warning! : OOC, OC, Typo (s), AU, AR, AT, Yaoi Fic, and many more!
Author tidak mengambil keuntungan materi apapun dari fanfiksi yang di-publish.
.
.
Chapter 1 Sang Bisnisman Muda
.
.
Sasuke adalah seorang bisnisman muda, ia baru saja berumur 20 tahun tapi sudah dapat merajai perusahaan besarnya yang bernama Sharinggan Holding Corporate. Tak tanggung-tanggung, perusahaan itu menjadi perusahaan terbesar di benua Asia. Sehingga banyak orang yang merasa iri kepada dirinya dan berusaha untuk membunuh Sasuke. Tapi nasib baik selalu berpihak kepadanya, dan Sasuke pun selalu lolos dari para pembunuh bayaran itu.
"Hn..., kenapa mereka itu ingin membunuhku sih?" Sasuke menggerutu di dalam mobil kakaknya.
"Tenang, Sasuke. Kau aman berada di dalam mobil kakakmu yang anti peluru ini," sahut Itachi sambil menyetir mobilnya.
Kembaran Sasuke yang berada di dalam mobil juga ikut berbicara.
"Banyak orang yang ingin mempunyai anak sejenius dirimu, Sasuke. Mereka berharap kau dapat menjadi anaknya agar kelak dapat meneruskan perusahaannya," sambung Izuna.
"Hn..." Sasuke hanya menghela nafasnya.
"Sudahlah, Sasuke. Kau harus bersyukur. Sudah tiga kali dirimu menjadi incaran para pembunuh bayaran tapi kau selalu selamat. Itu suatu anugerah untuk dirimu," lanjut Itachi.
"Masalahnya, aku jadi tidak fokus menjalankan perusahaan ayah ini, Kakak," sanggah Sasuke yang merasa cemas.
"Kau jangan berkata seperti itu, bagaimana pun ini adalah perusahaan keluarga. Gabungan dari beberapa perusahaan Uchiha. Setidaknya sudah saatnya giliran dirimu yang menjabat menjadi CEO. Kan masa jabatanku sudah habis," sahut tachi sambil menoleh ke arah adiknya.
"Ya, itu benar, Sasuke. Setiap lima tahun sekali kita akan bergiliran menjadi CEO. Dan kau baru tiga tahun berkecimpung di sana. Jadi bersabarlah, kau masih harus menunggu 2 tahun lagi agar dapat melepaskan diri dari jabatanmu," sela Izuna.
"Hn..." Sasuke lagi-lagi hanya menghela nafasnya
Mereka bertiga pun kembali ke rumahnya di sebuah kawasan elite yang ada di negeri itu, yang di setiap sisi rumah terdapat satu kamera pengintai.
.
.
.
Waktunya berbelanja, di sebuah mall terbesar di Tokyo.
Seperti biasanya, setiap minggu Sasuke selalu meluangkan waktunya untuk bersama Sakura. Karena Sakura sudah berstatus sebagai tunangannya Sasuke. Mereka menghabiskan waktu bersama untuk berbelanja, tapi sayang walaupun Sasuke seorang konglomerat tingkat dewa yang hartanya 70 turunan tidak akan habis. Sakura selalu membayar belanjaannya dengan uang pribadinya, karena Sasuke tidak pernah membayari belanjaan Sakura, sekalipun.
Apakah Sasuke pelit?
Tidak, Sasuke hanya mengetes perasaan Sakura yang sebenarnya kepada dirinya.
Sakura mencintai Sasuke benar-benar karena cinta atau hanya menginginkan harta dari Sasuke semata. Tapi kalau untuk urusan biaya berpergian, makan dan minum. Sasuke selalu yang membayarinya.
Hari itu Sakura tampak tertarik dengan salah satu tas branded, ia mencoba meminta saran dari Sasuke atas tas yang ingin dibelinya itu.
"Sayang, coba lihat ini." Sakura menunjuk sebuah tas yang sedang di pajang berlapis kaca itu
Sasuke pun segera mendekati tunangannya itu. Dilihatnya tas itu kemudian Sasuke memberikan pandangannya.
"Cuma mahal di harganya saja, Sakura. Lebih baik pilih yang biasa saja," ucap Sasuke dengan blak-blakan.
Maksud hati memeluk gunung apa daya tangan tak sampai, maksud hati agar dibelikan lagi-lagi disuruh mencari yang murah.
Sakura sangat kesal akan sikap Sasuke. Andai saja ia tidak terikat pertunangan mungkin Sakura sudah berlari ke pelukan pengusaha muda yang lainnya. Tapi karena pertunangan ini dikarenakan kerja sama antara perusahaan ayahnya dan perusahaan Sasuke. Mau tidak mau Sakura harus bersabar menghadapi tingkah Sasuke yang menjengkelkan itu.
"Hmm, baiklah ..."
Sakura segera meninggalkan tempat di mana tas branded itu berada, akhirnya dia malah mengikuti Sasuke memilih-milih peralatan bayi.
Lho kok bisa begitu?
Itu karena kakak sepupunya Shishui akan segera mempunyai seorang bayi karena istrinya sekarang tengah memasuki bulan kelahiran anaknya.
Sakura pun menggerutu, 'Huh, kalau untuk urusan keponakannya saja ia rela membeli barang yang mahal-mahal. Tapi selama setahun bertunangan dengan ku belum pernah dibelikan satupun barang kesukaanku!' Sakura menggerutu di dalam hatinya.
Sasuke pun kemudian langsung menuju kasir setelah mendapatkan apa yang dia cari, dia segera membayarnya, dan Sakura pun pulang dengan tangan hampa.
Hiks...
.
.
.
Esoknya sepulang bekerja, Sasuke segera berkunjung ke rumah Shisui dan memberikan kado untuk calon bayi Shisui berupa perlatan bayi yang lengkap sampai dorongan bayinya pun Sasuke belikan untuk bayi Shisui. Karena Sasuke memang menyukai anak kecil.
"Wah, banyak sekali, Sasuke." Shisui terheran-heran dengan barang yang diberikan Sasuke, sampai-sampai pelayan di rumahnya pun ikut mengunjali yang dibawakan Sasuke.
Jarak rumah Shisui dan Sasuke hanya sekitar 500 meter yang berada dalam satu kompleks perumahan elite. Tapi karena banyak barang yang dia bawa, Sasuke harus menggunakan mobilnya untuk mengangkut barang-barang peralatan bayi tersebut.
"Senangnya dirimu, Kak Shisui. Hanya tinggal menunggu hitungan hari istrimu akan segera melahirkan bayi pertamamu," ucap Sasuke kepada Shisui yang mengajaknya duduk di ruang tamu rumahnya itu.
"Hahaha, Sasuke, maaf ya. Sepertinya kau harus bersabar sampai di usia ke-24 baru kau dapat menikah." Shisui mengatakannya sambil tertawa.
"Ada saja peraturan di keluarga kita ini, Kak Shisui. Aku jadi bingung. Mengapa kita diizinkan menikah di usia yang ke-24, tidak di usia sebelumnya 20 mungkin atau saat berusia 23 tahun." Sasuke bertanya kepada kakak sepupunya itu.
"Yah, namanya sudah peraturan, Sasuke. Peraturan ini kan sudah turun temurun.
"Mungkin maksud buyut Uchiha agar kita bisa lebih fokus ke pekerjaan kita sebelum benar-benar memutuskan untuk berumah tangga. Dan hasilnya kau pun bisa melihat kan, karena peraturan itu perusahaan kita dapat maju dengan pesatnya." Shisui menasehati Sasuke.
"Hn ..." Sasuke menghela nafasnya.
Tiba-tiba pelayan membawakan hidangan untuk keduanya.
"Silahkan di makan, Tuan Sasuke," ucap sang pelayan.
"Ya, terima kasih, Bibi," balas Sasuke kepada pelayan di rumah Shisui itu.
"Mari kita nikmati hidangan ini, Sasuke. Istriku sedang ingin makan beef steak, jadinya aku hidangkan ini kepadamu. Semoga kau suka ya tuan muda," ledek Shisui.
"Ah, Kak Shisui berlebihan ..." Sasuke pun sedikit jengkel kepada kakak sepupunya yang meledek dirinya dengan sebutan tuan muda itu.
.
.
.
Hari yang sibuk di kantor keluarga Uchiha.
TOK TOK TOK
Pintu ruangan kerja di ketuk seseorang.
"Masuk!" Sasuke sedikit berteriak.
Seseorang berambut putih masuk ke dalam ruangan kerja Sasuke. Rambutnya yang putih bukan karena ia sudah tua lho, melainkan karena genetik alias keturunan. Sosok itu berkacamata berjalan mendekati Sasuke.
"Tuan Sasuke," sapa sosok itu.
Sasuke yang tengah sibuk membaca dokumen melirik ke sosok yang berada di hadapannya itu.
"Dr. Kabuto?" Sasuke terkejut di kala ia dikunjungi seorang ilmuwan terkenal.
"Yah, Sasuke, maafkan aku. Dengan mendadak aku mengunjungimu. Untung saja para karyawanmu mengetahui siapa diriku, kalau tidak pasti aku tidak akan diperbolehkan masuk ke dalam ruangan ini," ucap Kabuto sambil menarik kursi yang ada di hadapan Sasuke.
Sasuke pun tersadar dan segera mempersilahkan Kabuto untuk duduk di kursi.
"Silahkan duduk, mau pesan apa biar saya menyuruh karyawan untuk menyediakannya." Sasuke menawarkan diri.
"Oh, tidak usah, Sasuke. Sepertinya kau kelihatan sangat sibuk, jadi aku langsung saja ya," sahut Kabuto sambil mengeluarkan selembar kertas.
Sasuke tampak menanti kertas apa yang ingin ditunjukkan Kabuto kepadanya.
"Ini undangan dari profesor Orochimaru. Beliau mengundangmu untuk menghadiri pameran sainsnya yang di adakan di Hari Sabtu malam. Dan aku harap kau dapat datang, Sasuke," lanjut Kabuto sambil menyerahkan undangan itu kepada Sasuke.
Sasuke pun segera mengambil undangan itu, ia lalu membacanya.
"Hn, baiklah, aku akan datang," sahut Sasuke setelah selesai membaca isi undangan itu.
"Baiklah, Sasuke. Aku pamit dahulu. Semoga nanti kita bisa bekerja sama," ucap Kabuto sambil mengajak Sasuke berjabat tangan.
Sasuke pun membalas ajakan itu dan ikut berjabat tangan dengan Kabuto. Dan Kabuto pun mulai beranjak meninggalkan Sasuke.
"Sampai nanti, Sasuke," pamit Kabuto saat membuka pintu ruangan Sasuke untuk segera pergi dari hadapannya.
Sasuke hanya tersenyum saat mengantarkan Kabuto keluar dari ruangannya dan akhirnya Sasuke melanjutkan rutinitasnya.
.
.
.
Hari demi hari pun berganti, akhirnya tiba sudah saatnya waktu bagi Sasuke untuk menepati janjinya. Sebelum menuju lokasi pameran sains, Sasuke menjemput Sakura dahulu. Karena Sasuke memang bertujuan untuk mengajak Sakura. Dengan segera Sasuke melajukan mobilnya ke pameran sains bersama Sakura.
Di hari itu Sasuke di undang oleh Orochimaru untuk menghadiri acara pameran sains kepunyaannya. Dan Sasuke pun datang bersama Sakura yang sudah menjadi tunangannya.
Sesampainya di sana, Sasuke dan Sakura berjalan terpisah tapi masih dengan jarak yang berdekatan. Sasuke pun berjalan ke sekeliling ruangan untuk melihat karya sains kepunyaan Orochimaru, tapi sesuatu terjadi padanya dan nasib baik tidak serta merta mengikuti dirinya di hari itu.
"Hn ..."
Sasuke hanya melihat-lihat hasil-hasil percobaan Orochimaru, ia tampak tertarik dengan warna-warna yang menarik yang ada di dalam suatu tabung. Sasuke pun mencoba memegang tabung yang berisi formula itu, tapi tanpa sengaja saat ia memegang tabung itu seorang anak kecil menabraknya.
BRAK
Sasuke di tabrak anak kecil yang sedang berlari di tempat di mana ia berada. Sakura yang berada di belakang Sasuke segera menghampiri tunangannya itu.
"Kau tak apa, Sasuke?" tanya Sakura yang khawatir.
"Hn..., aku tidak apa-apa, Sakura. Mari kita lihat yang lain," ajak Sasuke sambil menaruh kembali tabung yang berisi formula itu.
Mereka berjalan menuju lokasi di mana Orochimaru tengah menyambut para tamunya. Terlihat Orochimaru yang tengah tersenyum menyambut kedatangan Sasuke.
"Selamat siang, Tuan Muda. Senang sekali di waktu anda yang sangat padat dapat berkunjung di pameran sainsku," ucap Orochimaru sambil mengajak berjabatan tangan dengan Sasuke.
"Yah, sepertinya aku tertarik dengan salah satu hasil karya sainsmu, Prof," sahut Sasuke kepada Orochimaru.
Sakura tampak diam saja mendengarkan percakapan di antara mereka.
"Oh, pasti yang ada di dalam tabung itu kan?" tanya Orochimaru.
"Eh, bagaimana kau bisa tahu, Prof?" tanya Sasuke yang terheran.
"Tentulah aku mengetahuinya, karena sudah dari tadi aku memperhatikanmu melihat-lihat formula itu," jawab Orochimaru.
"Jadi begini, Tuan Sasuke. Aku sedang membuat suatu formula awet muda, yang mana bisa memudakan wajah seseorang menjadi muda 20 tahun dari usia sebenarnya bahkan dapat membuat seseorang terlihat awet muda seperti masih remaja walau usianya sudah lewat kepala enam. Tapi sayangnya percobaan ku belum selesai, jadi aku minta kerja samanya agar formula tersebut dapat segera diselesaikan." Orochimaru memulai perkataannya.
Sasuke seperti mendengar sesuatu bisnis di dalam perbincangan itu.
"Oh, masalah itu biar kakak sepupuku saja yang mengurusnya, karena masalah uang keluar dia yang punya kewenangan untuk mengatur. Kalau pribadi, aku menyetujui kerja sama ini, dan aku harap formula itu segera berhasil," lanjut Sasuke.
Tampak kemenangan di wajah Orochimaru karena berhasil mendapatkan izin dari seorang pengusaha muda nan berbakat seperti Sasuke. Dan mereka pun berakad di atas sebuah materai.
Setelah dua jam berlalu, Sasuke memutuskan untuk segera pulang dengan terlebih dahulu mengantarkan Sakura. Dan kemudian setelah mengantarkan Sakura, Sasuke langsung bergegas kembali ke rumahnya. Dia segera berbenah dan langsung menuju kamar tidurnya yang luas itu. Tapi satu jam kemudian ia merasakan keanehan pada dirinya.
Apa yang terjadi?
.
.
.
Bayi unggas?
Sasuke berusaha menelpon kakaknya, tapi tak ada juga jawaban. Dengan sisa-sisa tenaganya ia mengirim sms ke kakaknya untuk meminta pertolongan. Tak lama tubuh Sasuke mengejang dan mulai menciut.
"Apa yang terjadi padaku?!" Sasuke benar-benar panik saat tubuhnya tidak bisa digerakkan.
Dan kemudian terjadilah hal yang di luar kendali.
CLINGG
Sasuke berubah bentuk.
TINN! TIINN!
Tak lama Itachi segera pulang ke rumahnya, ia langsung berlari menaiki anak tangga menuju kamar Sasuke. Itachi sangat tergesa-gesa akan keadaan adiknya. Dibukalah pintu itu dan ia melihat Sasuke dalam keadaan bayi.
"What?!"
Itachi terkejut saat melihat wujud Sasuke yang berubah menjadi seorang bayi yang berusia lima bulan.
"Sasuke ...!"
Itachi segera berlari mendekati adiknya.
"Apa yang terjadi padamu?!" Itachi langsung menggendong Sasuke.
Sasuke berusaha menjawabnya, tapi kata-kata yang di dengar Itachi bukanlah kata-kata orang dewasa melainkan kata-kata bayi, bahasa bayi maksudnya.
"Haduuh, Sasuke ..." Itachi terlihat kebingungan melihat kondisi adiknya.
Apa yang terjadi selanjutnya?
Dan apa yang dilakukan Itachi?
Jawabannya akan kita ketahui bersama di chapter selanjutnya.
.
.
.
Sementara itu, di sebuah perusahaan outsourching...
"Na..na..na...na..nana..."
Seorang pria berpakaian baby sitter sedang memandikan seorang bayi milik salah satu pengusaha di kota itu. Sang bayi terlihat sangat senang dimandikan oleh pria berambut kuning, dan bercoreng tiga di pipinya.
"Heh ..." ia merasa gemas melihat bayi yang ia mandikan mencipratkan air ke wajahnya.
"Mmm...emm...mm..ma..mahh..."
Sang bayi tersebut menyebut dirinya mamah. Pria itu langsung mengangkat sang bayi dari bak mandinya dan segera memakaian baju sang bayi.
"Hei, Sayang, jangan nakal. Mamah pakaikan popok dulu ya." Pria itu mengiyakan jika dirinya di panggil mamah oleh sang bayi.
Tak lama sang pemilik perusahaan mendatangi ruangan pria itu, tempat di mana ia bekerja.
"Naruto!" Sang pemilik perusahaan memasuki ruangannya.
Pria yang menjadi baby sitter itu adalah Naruto, Naruto sudah menjadi senior di antara baby sitter yang lainnya, karena Naruto merupakan orang pertama yang bekerja sebagai baby sitter di perusahaan outsourching itu.
Naruto pun menoleh ke arah pemilik perusahaan yang tak lain adalah Hatake Kakashi.
"Ada apa, Pak? Aku sedang memakaikan pakaian pada bayi ini," Naruto bertanya kepada bosnya.
Kakashi pun berjalan mendekati Naruto.
"Hei, Naruto, sepertinya ada tugas besar yang akan menantimu," sahut Kakashi.
"Haah ...?" Naruto pun di buat bingung oleh bosnya.
"Sudah, cepat selesaikan pekerjaan mu. Dan persiapkan dirimu untuk tantangan yang selanjutnya," ucap Kakashi sambil beranjak pergi meninggalkan Naruto dan bayi yang sedang diurusinya.
Naruto dibuat penasaran oleh Kakashi, iapun bergumam sendiri.
"Haah... bos ku itu sangat bertingkah tidak jelas. Membuat aku selalu penasaran dengan hal apa yang akan dia lakukan. Tapi yah terserah dialah, dia yang punya perusahaan ini. Jadi aku tidak akan mengurusinya.
"Lebih baik aku selesaikan pekerjaanku dengan sempurna," uapnya pelan sambil tetap mendadani bayi cantik itu.
.
.
.
Esok harinya...
Seluruh keluarga besar Uchiha berkumpul. Mereka sangat terkejut dengan apa yang terjadi pada Sasuke. Bahkan Fugaku dan Mikoto yang sedang mengadakan kerja sama dengan negara-negara di benua Eropa harus segera kembali ke tanah air karena mendapatkan kabar yang tak enak tentang Sasuke.
"Ya ampun, Sayang ..." Mikoto segera menimang Sasuke yang sudah menjadi seorang bayi.
"Itachi, kau bagaimana sih?! Menjaga satu adikmu saja tidak becus!" Fugaku memarahi anaknya.
Itachi terlihat diam saja.
"Sudahlah, Fugaku. Tenangkan dirimu ..." Madara berusaha menengahi.
"Ayah ini, kejadian ini bukan hal yang sepele, Yah!" Fugaku balik memarahi ayahnya yang sudah beruban itu.
"Aduhhh, aku juga ikutan kena," keluh Madara.
"Paman, sudahlah. Hal ini masih dapat kita carikan solusinya." Shisui berusaha menenangkan pamannya itu.
"Itu benar, Fugaku. Dari pada kita saling bertengkar. Lebih baik kita cari solusi dan jalan keluarnya." Kagami menambahkan.
Fugaku akhirnya dapat meredamkan amarahnya yang sedang naik. Sang istri Mikoto terlihat berusaha menyuapi anaknya Sasuke dengan makanan bayi yang pagi itu segera dibelikan oleh Itachi. Sebenarnya Sasuke berusaha berkata kepada semua orang dihadapannya, tapi mereka semua tidak mengerti akan perkataan Sasuke yang menggunakan bahasa bayi tersebut.
Tiba-tiba, Obito datang membawakan kabar.
"Paman, Bibi. Aku ada berita baik untuk kalian," ucapnya memecahkan keheningan.
Sontak semua keluarga besar Uchiha langsung menoleh ke arah Obito dan menantikan kabar baik dari seseorang yang sama-sama menyukai anak kecil seperti Sasuke.
.
.
.
Bersambung...
