Don't Cheat On Me, Baby!

Cast: Oh Sehun, Kim Jongin, Xi Luhan, Byun Baekhyun, Huang ZiTao, Do Kyungsoo, Zhang Yixing, Park Chanyeol, and Other.

Rated: T

Chaptered

Pair: KaiHun, HanHun

Warning: Yaoi, BL, Typo(s)

Disclaimer: Punya siapa coba

Summary: Sehun memiliki Jongin sebagai kekasih, si mantan preman sekolah. Inginnya Sehun meniti masa depan yang cerah dengannya, namun jika disuguhi oleh pengusaha muda nan kaya raya seperti Luhan apa mungkin Sehun bisa setia ?..

.

.

.

.

.

Jongin sudah menguap malas untuk yang kesembilan kalinya jika dihitung-hitung dengan jari. Ia begini karena bosan. Dan kebosanan sungguh membuatnya mengantuk.

Lalu kenapa bisa bosan ? Tentu saja karena sudah menunggu 2 jam lamanya di pos sekolah. Bukannya kurang kerjaan. Ia cuma sedang nenunggu seseorang. Menunggu kekasih berwajah manis dengan kulit putih yang sudah susah-susah ia dapatkan itu. Si Oh Sehun.

"Lama" Jongin berguman -sambil merengut- protes pada sosok bersurai pirang yang baru saja menampakkan dirinya dihadapan Jongin.

Oh Sehun hanya mengangkat bahu. Terkesan tidak perduli sama sekali walau dalam hati ia menjerit senang karena tidak menyangka kekasih premannya ini rela menunggu hingga sekian lama.

"Kenapa tidak duluan saja kalau begitu ?" Katanya acuh -atau lebih tepatnya berpura-pura acuh.

Jongin menghela nafas lalu bangkit dari duduknya di kursi kayu. Saat berdiri tadi saja rasa-rasanya sampai bisa merasakan bunyi tulang yang tidak mengenakan dari pinggang Jongin.

Ia menyusul langkah Sehun yang sudah lebih dulu berjalan, melingkarkan tangan kekarnya di pundak Sehun.

"Mana mungkin aku meninggalkan kekasih 'kecil' ku ini, hm ?" Berniat menggoda Jongin mengecup ujung bibir kemerahan Sehun sekilas. Sedangkan sang kekasih hanya dapat memutar bola mata malas.

'Kecil' katanya, huh ?

"Sayangku, kenapa wajahmu masam begitu ? Seharusnya aku kan yang kesal karena sudah menunggu lama" Ucap Jongin disertai rengutan kecil yang sebenarnya dapat membuat hati Sehun luluh jika saja ia melihatnya.

"Aku kan tidak menyuruhmu menunggu"

"Tapi kita selalu pulang bersama, cintaku. Dan kau juga tidak bilang kalau memiliki kelas tambahan" Jongin cepat-cepat memberi pembelaan.

Sehun berdecak sebal masih menolak untuk melihat ke arah Jongin barang sedikitpun.

"Kenapa harus bilang ?" Katanya sinis.

Lelaki bermarga Kim itu menautkan alis melihat perubahan sikap Sehun. Sudah sejak pagi sebenarnya Jongin mulai merasa wajah manis itu berubah datar jika bertemu muka dengannya. Dan finalnya adalah saat ini.

Pasti ada yang aneh disini. Ia membatin sambil menerka-nerka kesalahan apa yang mungkin ia perbuat.

"kau kenapa Sehun ? Baiklah, katakan padaku apa yang membuatmu marah kali ini" Jongin menggenggam lengan Sehun untuk berhenti berjalan. Ia menatap serius manik hazel yang nenolak untuk menatapnya balik itu.

"Pikir saja sendiri" Sehun menyilangkan lengannya di dada walau masih berhadap-hadapan dengan Jongin.

"Apa masalah tindik ku lagi ? Ayolah baby.. kau sudah mearahi ku seminggu kemarin karena itu kan" Jongin membujuk kekasihnya dengan cara mengelus-elus lembut kedua pipi putih Sehun.

Kali ini Sehun menatap Jongin. Tatapan itu nyalang. Nyaris membuat Jongin menyesal telah menanyakan akibat kemarahan Sehun.

Ya sudah terlanjur. Lagipula ia bukan lelaki yang tidak bertanggung jawab yang membiarkan kekasihnya marah tanpa mengatasinya terlebih dahulu.

"Tepat sekali Jongin! Aku sudah memarahimu selama seminggu penuh soal tindikan di telingamu itu dan kenapa kau malah menggandakannya?!"

Sehun menatap Jongin semakin kesal saat lelaki itu hanya diam dengan alis berkerut.

"Ku kira kau sudah tidak masalah lagi, hun"

"Tidak masalah bagaimana ? Kau mau jadi preman apa ?" Kenyataannya Jongin bisa dibilang adalah preman sekolah, menggunakan tindikan di telinga dari sejak ia kelas dua -ia lepas saat sedang proses mengejar Sehun-, keluar masuk ruang BP setiap minggu, terkadang ia bersama teman-temannya kedapatan tawuran dengan sekolah lain. Ya hanya saja tingkat kenakalannya sudah lebih berkurang saat ia berpacaran dengan Sehun.

Jongin berdehem lama. Seperti menimang-nimang perkataan Sehun.

"Kalau kau mau aku jadi preman, dengan senang ha- awww!"

"Mau jadi preman, huh ? Yasudah sana pergi dan jangan pacari aku!" Dengan memberi Jongin sekali lagi tijakan terakhir di kaki, Sehun berjalan menjauhi Jongin namun segera ditahan oleh sang kekasih dengan memeluk erat pinggangnya.

"Bercanda sayang" Jongin menyeringai saat mendapati Sehun mengembungkan pipinya lucu. Gemas, ia menggigit pipi mengembung itu tanpa ampun sehingga menghasilkan pekikan kesal dari Sehun.

"Bagaimana kalau hari ini kita minum bubble t-"

"Aku tidak akan luluh hanya karena bu-"

"Sepuasmu"

Sehun terdiam, matanya membelo lucu sehingga membuat Jongin semakin gemas.

"B-bubble tea sepuasku ?"

Jongin mengangguk pasti.

Sehun tampak ragu, ia menggigit bibirnya antara ingin menerima tawaran Jongin atau tidak.

"Baiklah kalau kau memaksa"

Sama seperti hari-hari lain, Sehun akan luluh dan berhenti memarahi Jongin hanya dengan ditraktir Bubble tea... terlebih kali ini sepuasnya. Memangnya siapa Sehun ingin menolak tawaran semenarik itu huh ?

"Dan satu lagi, hentikan panggilan-panggilan menggelikanmu itu!"

"Baiklah sayangku"

"Jongin!"

.

.

.

.

.

Luhan memijat keningnya merasa pusing. Barusan menerima pesan dari sang ayah, terlebih isi dari pesan tersebut yang sangat membuatnya ingin mengamuk.

"Pindah ke seoul dia bilang, seenaknya saja!"

Merasa kesal sendiri akhirnya ia melampiaskan kemarahannya dengan melempar bolpoin yang ia pegang ke sembarang arah.

"Sial.. sial.. SIAL!" Dan memuncaklah sudah kemarahan yang ditahan-tahan lelaki Chinese itu dengan melempar seluruh barang-barang yang ada dimejanya.

Sungguh ini semua hanya karena ayahnya yang menyuruh Luhan untuk pindah tugas di Seoul, alasan sang ayah karena belakangan perusahaan disana kurang berjalan lancar dikarenakan pemimpin yang tidak becus.

Luhan yakin, itu hanyalah alasan ayahnya. Karena yang dibicarakan disini adalah perusahaan Seoul yang merupakan salah satu cabang paling maju milik ayah Luhan.

"T-tuan apa ada masalah ?" Seorang wanita berambut hitam yang menjabat sebagai sekretaris Luhan mengintip dari balik pintu. Tampaknya ia mendengar suara ribut yang dihasilkan Luhan sehingga menimbulkan rasa khawatirnya.

Luhan hanya diam menghadap kaca transparan yang menyediakan pemandangan indah kota Beijing. Nafasnya tampak naik turun efek menahan emosi.

Ia menghela nafas panjang lalu menoleh ke arah sekretarisnya yang hanya dapat terdiam heran atas kerusakan yang telah dilakukan Luhan.

"Kau cukup bersihkan ini aku akan pergi"

Dengan langkah panjangnya Luhan segera berjalan keluar melewati sang sekretaris malang yang hanya dapat menggeser badannya takut-takut, padahal ia ingin memberitahukan Luhan bahwa 10 menit lagi ia memiliki rapat.

Nasibnya memang memiliki bos yang emosianal.

...

"Ahhh.. Jongin!"

"...sebentar lagi baby"

"Uuhh cepatlah"

"..."

"Ngggh aarg sialan.. Jongin sakit!"

"Diam sebentar.."

"Aku tidak tahan lagi arrgh"

"Berhenti mendesah Sehun! Sebentar lagi sampai!"

Sehun terdiam sebentar menoleh kearah Jongin yang sedang menyetir dengan wajah kusut. Ia merengut, sebal karena disuruh diam, padahal kan perutnya sakit akibat terlalu banyak meminum bubble tea. Dan apa tadi... mendesah ? Demi tuhan saat ini ia hanyalah remaja SMA yang minta pulang karena perut yang sakit akibat mengkonsumsi manis yang berlebihan.

"Tapi kan.. ini sakit uhh"

Jongin hanya diam tidak memperdulikan lagi ringisan-ringisan Sehun -atau yang terdengar seperti desahan-. Sungguh Sehun secara tak langsung sedang membuatnya sangat kesusahan sekarang. Mengebut dengan celana mengetat tidak mudah asal tahu saja, fokusnya terbagi menjadi dua antara jalanan, dan Sehun yang dengan tanpa sadar terus mendesah sedari tadi.

Resiko memiliki kekasih yang seksi sehingga membuat hormon remajanya terus naik. Atau itu hanya Jongin yang memang kelebihan hormon... ?

Ketika sampai pada tempat yang dituju, yaitu rumah keluarga Oh. Jongin segera membawa Sehun masuk dengan menggendongnya dipunggung. Ia sudah hapal betul dimana kamar Sehun berletak dan langsung menuju kesana.

Pada akhirnya sore hari itu dihabiskan Jongin dengan mengurusi Sehun. Padahal kekasihnya itu sudah menyuruhnya untuk pulang dan berkata bahwa sakit diperutnya sudah lebih berkurang. Tapi Jongin bersikeras akan menemani Sehun hingga malam hari, ia tidak tega membiarkan Sehun sendirian di rumah katanya. Mendengar hal tersebut membuat Sehun mau tak mau tersenyum senang. Ia tidak benar-benar sendiri sebenarnya, ada pembantu yang bekerja di bawah dan yang pastinya juga bisa mengurusi Sehun, ya walaupun kedua orang tuanya tidak ada karena jadwal pekerjaaan yang semakin padat.

"Sudah larut Jongin, sana pulanglah" Sehun berucap lembut pada Jongin yang sedang berbaring di pahanya selagi mereka menonton tv.

"Kau mengusir ku terus eh ?"

"Tentu saja bukan begitu maksudku.. kau tahu kan"

"Ya ya baiklah aku akan pulang" Malas-malasan Jongin bangkit, merenggangkan otot-otot ditubuhnya yang terasa kaku.

"Tidak apa-apa ku tinggal, bagaimana kalau perutmu sakit lagi hm ?" Ucap Jongin khawatir, tangannya terjulur pada perut Sehun yang terlapisi t-shirt putih tipis.

Sehun menggeleng tanda ia baik-baik saja.

"Baiklah kalau begitu, sini kucium dulu perutmu ya biar cepat sembuh" Iseng, Jongin menyingkap kaus putih Sehun dan hendak mengecup perut rata itu, namun terhenti karena sudah lebih dulu mendapat jambakan keras dari Sehun.

"Jangan aneh-aneh Kim Jongin"

Jongin membuat ekspresi kecewa di wajahnya.

"Kalau tidak boleh, aku akan menggigit mu!"

Kembali iseng, Jongin menerjang Sehun sehingga membuat sang kekasih terbaring di sofa. Sehun memberi Jongin tatapan malas yang malah membuat Jongin semakin semangat mengerjainya.

"Sudahlah Jongin, sana kau pulang- argh!"

Dan Jongin benar-benar meggigit leher seputih susu itu semaunya.

"KIM JONGIN SIALAAN!"

.

.

.

.

.

Tbc

A/N: Sengaja pendek karena masih chap 1.