Woooooaaaah ini fanfic pertama saya hehe.
Semoga dapat menghibur ya
.
Judul: I Love You
Chapter 1: Kekasih 8 Tahun
Cerita: I Love You © Chieya
Nilai: T
Genre: Persahabatan; Romantis
Pairing: KazuRin
Peringatan: AU, OOC, Ancur, Gaje, dll.
.
.
~ Selamat Membaca ~
.
.
"Kariiin ayolah apasih yang kamu harap dari dia itu?" tanya Miyon dengan kesinisannya yang kental pada suaranya. Bibirnya yang tipis tampak cemberut. Sahabatku ini cantik, tapi belakangan ini ia selalu memasang tampang perang setiap bertemu denganku.
"Apa maksud pertanyaan anehmu itu Miyon?" elakku halus. Aku sesungguhnya sudah tau kemana arah pembicaraan ini. Topic yang mulai menjemukan untukku. Karena hanya ada ketidaksepakatan di antara kami.
Miyon memutar bola matanya.
"Kamu sangat tahukan kalau kita sedang membicarakan tentang pacarmu itu, Kuga"
"Memangnya ada apa dengan Jin-kun?" tanyaku dengan suara yang terkesan santai. Sekilas, aku mengecek pie di dalam oven. Makanan ini sengaja kubuat untuk memenuhi permintaan Jin. Dia memang penggemar berat pie. Dan, aku tidak keberatan untuk memanjakan lidahnya.
"Pasti itu untuk Kuga" tebak Miyon dengan nada yang menjengkelkan.
"Iya" balasku pendek.
"Bukankan kalian hanya menjual brownies?"
"Jin-kun pengecualian. Kamu juga. Ah Miyon mau cake apa? Biar kubuatkan."
"Cake yang salah satu bahannya jantung Kuga. Ada?"
Aku hanya tertawa kecil mendengar perkataan sahabatku ini.
"Karin dengar, kamu itu hanya dimanfaatkan saja olehnya" tukas Miyon.
"Dia tidak memanfaatkanku!" kataku pelan "Dia mencintaiku," imbuhku sedetik kemudian
"Itu karena kamu buta. Tidak bisa melihat kenyataan dengan jernih!"
Miyon memang berlidah tajam. Dia selalu berterus-terang tentang apa pun perasaannya. Kadang kala membuat jengah juga. Tapi, aku sudah terbiasa dengannya. Mengingat sudah lima belas tahun kami bersahabat. Tapi, Miyon juga memiliki hati paling lurus yang pernah kukenal. Itu sebabnya aku tak tersinggung dengan semua ikut campurnya pada hidupku. Miyon selalu menginginkan yang terbaik bagiku—sahabatnya belasan tahun—dan orang-orang yang dicintainya.
"Kuga itu tidak benar-benar mencintaimu. Lihat kalian sudah pacaran delapan tahun! Tapi, tidak ada tanda-tanda kalau hubungan kalian akan meningkat. Berapa umurmu sekarang, Karin? Dua puluh lima! Aku saja sudah hampir menikah. Padahal, aku dan Yuki baru pacaran satu tahun lebih."
"Jin-kun ingin konsentrasi ke pekerjaannya dulu" belaku.
"Dan, kamu percaya omong kosong itu? Yaampun, Karin, dia itu sudah jadi bintang yang terkenal. Sampai kapan dia harus memikirkan pekerjaannya? Apa kamu ingat waktu kita SMA dulu? Dia selalu memanfaatkan hubungan kalian untuk mendapatkan nilai yang sempurna. Dia selalu memintamu untuk mengerjakan tugasnya. Ingat, tidak?" tambahnya.
Aku terkekeh. "Itu sudah lama sekali Miyon. Dan, Jin-kun sama seperti anak laki-laki lainnya. Malas bikin tugas. Terlebih lagi diakan sudah jadi artis dari dulu. Pasti sibuk"
"Tidak ada yang separah dia! Itu yang kumaksud memanfaatkanmu. Itu hanya satu contoh saja" Miyon menghembuskan napas. Aku mengabaikan komentarnya. "Aku yakin, saat ini dia pasti sedang menimbang-nimbang untuk mencari kekasih yang lebih muda darimu. Terlebih lagi diakan artis terkenal" hasutnya lagi.
Ada yang menghantam dadaku, tapi aku menetralisirnya dengan tawa kecil yang datar.
Miyon mendekatiku "Bagaimana kalau kamu membuka hati untuk cowok lain?"
"Aku tidak berniat untuk meninggalkan Jin-kun. Memulai dengan orang lain, berarti harus dari awal lagi. Aku tidak mau membuang-buang waktu!"
Himeka masuk ke dapur. Kakak sulungku ini sedikit lebih rendah dariku. Rambut indigonya dibiarkan menyentuh bahunya. Bibir dan alisnya, sedang mirip buah almond, pipinya agak chubby, dagunya cenderung persegi, dengan hidung yang langsing meski tidak terlalu tajam.
"Masak apa, Karin-chan? Ada pesanan lagi? Sudah sore ini, kenapa kamu sendiri yang menangani? Karyawan yang lain sudah pulang ya?" tanyanya heran melihatku masih berkutat di depan oven sambal mengenakan celemek.
"Biasa Himeka-chan, lagi menderita demi memenuhi keinginan si Kuga itu" sindir Miyon. Dia dan kakak sulungku adalah seteru abadi bila itu menyangkut dengan Jin. Mereka tidak menyukai kekasihku itu. Sementara Kira dan kedua orang tuaku lebih memilih untuk netral dan tidak banyak berkomentar.
Anehnya, kali ini Himeka tidak menyambar umpan yang disodorkan Miyon. Dia malah memberi isyarat dan mengajak sahabatku itu untuk meninggalkanku sendiri. Sungguh kejadian yang langka. "Kalian ke mana?" tanyaku.
Mereka akan mendapat kepuasan bila dapat menyiksaku. Dan, itu artinya tidak menjawab pertanyaanku.
Jin tampak menawan dengan kaos putih dan jeansnya. Aku sangat suka melihatnya tampil sporty seperti ini.
Kami sebaya, dan mulai menjalin cinta sejak kelas dua SMA. Jin adalah lelaki yang sabar meski kadang bisa meledak-ledak juga. Sementara aku lebih tenang. Dalam banyak cara, aku selalu mengalah. Mungkin ini yang membuat Miyon dan Himeka menilai Jin selalu memanfaatkanku. Belakangan ini Jin sudah lebih tenang. Kukira, aku membawa pengaruh baik kepadanya. Tampaknya usia dan pengalaman membuat Jin lebih bisa menahan diri. Harus kuakui, aku sangat mencintainya.
Jin adalah lelaki berkulit putih. Tingginya sekitar 175 sentimeter. Belakanya ini dia mulai gila dengan olahraga. Rambut Jin berwarna hitam gelap. Sangat sesuai dipadukan dengan mata onyxnya. Bibirnya penuh dan kemerahan karena dia tidak pernah merokok. Saat Jin tersenyum, aku merasa hari mendung pun akan berubah sangat cerah. Bahkan, karena senyumnya aku bisa merasakan hatiku menghangat mengingatnya.
"Hai, dewiku! Kamu habis perang dimana?"
Aku tertawa sambil menunduk untuk melihat penampilanku sendiri. Ada tepung dibeberapa bagian kausku, "Aku baru selesai membuat pie untukmu. Ayo masuk, Jin-kun!"
Jin mematapku dengan pandangan penuh mohon maaf, "Ano Maaf Dewiku, aku tidak bisa lama-lama. Selesai ini masih ada pekerjaan yang menanti. Kamu…..tidak masalah,kan?"
Sebenarnya, aku ingin mengajak kekasihku makan malam. Berdua saja dalam balutan suasana romantic, meskipun akhir-akhir ini Jin sangat rewel soal makanan. Namun, sepertinya mustahil. Belakangan ini Jin sangat sibuk dengan pekerjaannya.
"Karin-chan…"panggil Jin sambil melihat jam tangannya. Tampak sekali kalau dia sedang terburu-buru.
"Aku tidak apa-apa. Pergilah" kataku setengah hati. "Pienya gimana?"
"Aku bawa saja. Terima kasih ya Dewiku, kamu selalu mengerti".
Aku tersenyum kecut. "Tentu saja. Kalau begitu tunggu sebentar"
Aku menghilang ke arah dapur dengan cepat dan kembali lagi hanya sekitar tiga menit kemudian.
"Ini!" aku menyerahkan sebuah kantong berisi kotak persegi yang berisi makanan favorit kekasihku.
"Kamu memang pacar paling hebat" pujinya. "Aku pergi dulu ya Dewiku"
"Dia orang yang egois" Miyon tiba-tiba sudah berada di sebelahku. Aku lupa kalau Miyon masih ada di rumahku. Dan, dia pasti tidak mau melewatkan satu detik pun untuk mengamatiku dan Jin.
"Dia sedang ada pekerjaan. Masih untung dia mau mampir ke sini"
"Sudah berapa lama kalian tidak perrnah kencan berdua? Tiap minggu makhluk menyebalkan itu selalu menghabiskan waktunya dengan pekerjaannya. Pekerjaan lebih penting untuknya"
Aku menghela napas. Miyon pasti bisa melihat wajahku yang berubah murung dan gelap. Namun, kata-kata yang meluncur dari bibirnya ada benarnya juga.
"Karin ayo kita bersenang-senang"
"Hah?!... Apa rencanamu" memecah lamunanku.
"Hmm gimana kalau nonton DVD? Dengan memesan pizza?"
"Film apa?" tanyaku kemudian.
"Entahlah, aku tidak tahu judulnya. Yuki baru membeli DVD-nya dan dia promo ke mana-mana kalau ceritanya keren" Miyon mengacungkan kedua jempolnya ke depan wajahku. Miyon dan Yuki pasangan yang kadang membuatku geli.
"hmm. Okelah. Aku mandi dulu ya" Ucapku langsung menghilang saat memasuki kamar mandi.
"Ide bagus. Baumu sudah mirip kambing"
"Sialan!" teriakku dari dalam.
Aku berlama-lama mandi dengan air hangat yang berasal dari water beater. Hanya aku dan Himeka yang ada di rumah. Mama dan Papa pergi mengunjungi teman lamanya yang sedang sakit. Sementara Kira sudah dijemput pacarnya sejak tadi. Katanya mereka mau menonton.
Aku keluar dari kamar dengan mengenakan kaos dan celana panjang sesetel. Tapi Miyon malah mengomeliku dan menyuruhku untuk mengganti baju.
"Kenapa harus ganti baju? Kitakan Cuma di rumah saja." Tolakku.
"Mana tau nanti Yuki mengajak jalan-jalan, masak kamu memakai baju kayak gini?"
"Gampang, aku tinggal ganti baju."
"Kalau begitu, kenapa tidak sekarang saja?"
Bosan didesak-desak Miyon, akhirnya aku menurutinya. Aku memakai sweater rajut warna cream dan jeans putih. Miyon bahkan mendesakku untuk memakai bedak dan lipstick. Tadinya, dia masih ingin aku memakai mascara, tapi kutolak mentah-mentah.
Yuki memang datang membawa segepok DVD dan seorang lelaki berwajah ramah. Yuki dan lelaki itu sama jangkungnya.
"Karin-chan ini sepupuku, Niki"
Kami berjabat tangan. Miyon memperhatikan dengan keseriusan yang sangat mengherankan. Niki berkulit cokelat, berambut hitam, berhidung sedang, bermata tajam yang menawan, dan bibir yang seperti seolah selalu tersenyum. Secara keseluruhan, lelaki ini menarik.
Miyon memperhatikan setiap bahasa tubuhku dengan penuh minat, membuatku merasa seperti sedang dikuliti.
"Apa pendapatmu tentang Niki?" tanyanya penuh rasa penasaran setelah akhirnya dia memutuskan menginap di rumahku dan menemaniku menonton DVD milik tunangannya. Himeka yang sedang ditinggal suaminya bertugas, ikut bergabung.
"Keren." Jawabku singkat.
"Cuma itu?"
"Termasuk kriteria idaman perempuan."
"Lalu?" matanya bersinar penuh minat.
"Lalu apa?" tanyaku lagi.
"Tertarik untuk mengenal lebih jauh?"
"Nggak!"
Dua manusia itu saling bertatapan dengan jengkel.
"Kalian lupa kalau aku masih punya pacar?" aku kesal juga.
"Iya" jawab mereka serempak.
"Sudah ah, aku mau nonton dulu!" sergahku.
"Karin, aku…"
"Sudahlah, Miyon! Berarti kita jalankan rencana B," seru kakakku dengan mengedipkan mata.
"Apa yang sedang kalian rencanakan? Pasti bukan sesuatu yang baik" tebakku.
Himeka dan Miyon hanya tertawa penuh misteri dan mulai berbisik-bisik dengan suara rendah. Aku kesal sekali. Aku tidak suka saat mereka terlibat pembicaraan yang tak kuketahui, termasuk rencana memperkenalkanku dengan Niki, lebih dekat.
.
.
.
Bersambung
.
.
.
Chieya: Hallo maaf ya kalo ceritanya gaje hehe baru pertama soalnya. Di tunggu reviewnya ya. Mohon bantuannya
