'Aku tahu kau akan benci berita ini...'
'Tetapi, kau harus pindah ke Iwatodai...'
'Disana kakakmu akan menjemputmu...'
"Dia bukan kakakku..."
'...'
'Apapun yang kau katakan, ia masih memiliki hubungan darah denganmu...'
'Gekoukan adalah sekolah yang cocok untukmu...'
'Jangan mengecewakan ayahmu...'
'Dan kirim salam ibu untuk kakakmu...'
"Sudah kukatakan, ia bukan kakakku..."
'suatu saat kau akan mengerti Souji... Jadi, ibu mohon jangan salahkan kakakmu ataupun ayahmu...'
Title : Persona : Breathless
Rated : T
Genre : Friendship/Family
Main Character : Souji Seta & Arisato Minato
Disclaimed :
Persona : Breathless © Me
Persona © Atlus
Warning : Gaje, AU story, OOC parah, OC
Timeline : Souji akan kembali ketempat orang tuanya, anggap Minato baru menghadapi shadow pertama, tanggal mengikuti persona 4 dan jarak umur Souji dan Minato sama. Persona 4 mengambil normal ending.
Chapter 1, Should I?
Langit dikota Inaba tampak cerah kala itu. Souji dan yang lainnya berhasil memecahkan kasus Mayonaka TV itu. Ameno Sagiripun sudah mereka kalahkan dan hanya menunggu beberapa minggu lagi hingga Souji kembali kekotanya.
"Hah..." Yosuke menghela nafas panjang sambil menatap langit biru kala itu. Disebelahnya Souji serta yang lainnya tampak mengelilingi meja itu.
"Ada apa denganmu Yosuke?" Chie melihat Yosuke yang tampak sagat lemas pada saat itu.
"Hanya bosan..." Yosuke menghirup minuman yang ada didepannya, "memang bagus, kasus Mayonaka bisa terpecahkan, tetapi terkadang aku masih ingin menghadapi kasus-kasus seperti shadow ataupun persona..."
"..." Souji hanya diam dengan sedotan yang ada dimulutnya. Ia tidak menghirup minuman miliknya sama sekali dan seakan-akan sedang memikirkan sesuatu.
"Souji-kun, kau tidak apa-apa?" Yukiko menatap Souji yang langsung tersentak ketika Yukiko menepuk pundaknya.
"A-ah aku tidak apa-apa..." Souji mencoba untuk tersenyum dan tidak menunjukkan kegelisahannya.
"Akhir-akhir ini kau sering melamun, memang apa yang kau fikirkan senpai?" Kanji menutup sebelah matanya sambil menatapnya dengan tatapan cemas.
"Kami akan membantumu jika memang kau memiliki masalah Souji-senpai..." Naoto, hanya tersenyum dan menatap Souji dengan tatapan cemas juga.
"Benar, bukankah kita sudah melalui semuanya bersama sensei?"
"Semuanya..." Souji menatap mereka yang menatapnya dengan senyuman tipis. Ia menghela nafas panjang dan tersenyum juga. "Aku hanya memikirkan kepindahanku lagi... Aku harus pindah ke Iwatodai 1 bulan lagi..."
"Bukankah kau harusnya kembali ke Tokyo senpai?"
"Tidak..." Souji menggeleng perlana dan menaruh gelas berisi minuman itu kedepannya. "Orang tuaku masih berada diluar negri, dan aku harus tinggal di Iwatodai untuk meneruskan sekolahku..."
"Kenapa kau tidak bersekolah disini saja senpai?" Rise menatap senpainya itu dan tersenyum kearahnya. "Kita bisa sama-sama sampai kau lulus kan?"
"Ahaha... Ayahku ingin aku bersekolah di Gekoukan... Kau tahu kan, Gekoukan itu sekolah swasta yang bagus..." Souji tertawa garing sambil menggaruk kepala belakangnya. "Padahal aku sudah mengatakan kalau..." Ketika Souji akan melanjutkan perkataannya, ia baru sadar kalau mereka semua memperhatikannya dengan tatapan cemas.
"Kalau apa?"
"T-tidak, yang pasti aku tidak ingin ke Gekoukan karena... Disana ada kakakku..." Souji mengibas-ngibaskan tangannya menandakan kalau tidak ada masalah yang serius walaupun sebenarnya ia benar-benar memiliki masalah yang serius.
"Kakak?"'Aku tidak bisa melihatnya...'
"Jujur, aku belum pernah melihatnya lagi sejak 10 tahun yang lalu..." Souji hanya menghela nafas panjang dan menatap kearah langit, "entahlah, aku tidak tahu apakah aku mau tinggal bersamanya..."
...
Souji melihat teman-temannya yang menatapnya dengan sedih. Merasa tidak enak dengan teman-temannya, ia hanya bisa sweatdrop dan mengibaskan tangannya.
"T-tenang saja teman-teman, aku hanya ragu-ragu ingin meninggalkan kota ini..."
"Memang orang tuamu tidak memperbolehkanmu memilih sekolah sendiri?" Yosuke menatap partnernya itu.
"Tidak, karena aku harus-" Souji menutup mulutnya dan tidak jadi melanjutkan kata-katanya.
"Harus?"
"Tidak-tidak..." Souji tertawa lepas sambil menggaruk kepala belakangnya. "Sudahlah, jangan memikirkan hal itu lagi... Lagipula aku sudah biasa untuk berpindah-pindah seperti ini."
"Memang senpai sudah berapa kali pindah-pindah seperti ini?"
"Coba kuhitung... Osaka, Kyoto, Tokyo, Hokaido, bahkan pernah beberapa hari di Hiroshima dan juga Nagasaki..." Souji menghitung beberapa kota yang pernah ia tinggali. "Dan yang terakhir Inaba..." Semuanya hanya bersweatdrop ria mendengar itu.
"Tetapi entah kenapa hanya disini yang terasa berat harus aku tinggalkan..."
...
"Souji..." Yukiko menatap Souji yang ada didepannya. "Apakah kami harus menemanimu...?"
"E-eh?" Souji terkejut dengan apa yang dikatakan oleh Yukiko, yang ternyata disetujui oleh semuanya, "Apa yang kalian katakan, ahaha... Kalian tidak mungkin langsung ikut denganku pindah ke Iwatodai kan?"
"Kita lihat saja nanti bagaimana?" Yosuke mengedipkan matanya dan hanya tersenyum melihat Souji.
...
"Tidak bisa dipercaya..." Souji yang beberapa minggu kemudian harus pergi ke Iwatodai hanya bisa sweatdrop melihat Yosuke, Teddie, Chie dan Naoto yang sudah siap dengan semua kopernya. "Bagaimana kalian melakukannya?"
"Hanya meminta kakek untuk memindahkanku saja..." Naoto mencoba untuk menjelaskan semuanya. "Dan sepertinya kakek juga setuju aku masuk kesekolah Gekoukan..."
"Begitulah..." Yosuke yang sudah memakai ransel dan juga topinya hanya memegang koper yang ia bawa. "Kebetulan ayahku membicarakan masalah pendidikanku, jadi sekalian saja aku katakan tentang Gekoukkan, dan ternyata Teddie juga disuruh ikut oleh orang tuaku..."
"Ayah dan ibuku malah senang ketika aku mengatakan untuk belajar di Gekkoukkan..." Chie menaruh tangannya dipinggang dan sudah siap dengan beberapa tas ditangannya.
"Walaupun kami tidak ikut, kami akan mencoba untuk menghubungi kalian terus..." Yukiko, Rise, dan Kanji datang hanya untuk mengantar mereka.
"Begitulah, penginapan harus ada yang mengurus dan membantu ibuku, jadi aku tidak bisa..." Yukiko hanya tersenyum dan melihat mereka semua.
"Ibuku itu sudah tua, aku tidak bisa meninggalkannya sendirian..." Kanji hanya menghela nafas sambil menggaruk kepala belakangnya.
"Begitu juga denganku senpai..." Rise terlihat sangat menyesal karena itu. "Aku tidak bisa meninggalkan nenekku sendirian lagi..."
"Tidak apa-apa teman-teman... Bahkan aku tidak menyangka kalian akan ikut pindah ke Iwatodai..." Souji hanya menggelengkan kepalanya dan menatap mereka semua.
"Bukankah itu yang namanya sahabat partner...?" Yosuke dan yang lainnya menatapnya dan tersenyum. "Akan selalu saling membantu disaat susah..."
"..." Souji terkejut melihat semua teman-temannya, dan tersenyum. "Terima kasih, semuanya..."
...
"Aaaah... Gara-gara menolong Teddie membereskan pakaiannya, aku jadi belum sempat makan pagi..." Yosuke hanya bisa menghela nafas panjang ketika mereka sampai didalam kereta dan duduk dikursi yang ada ditempat itu.
"Kau mau ini?" Souji melempar kotak makanan kecil yang berwarna biru kearah Yosuke dan segera menangkapnya.
"Apa ini...?" Yosuke membuka kotak makanan itu dan menemukan beberapa potong karage yang ada disana. "Woaah, karage buatan Souji!"
"Teddie ingin masakan sensei!"
"Cukup sampai situ anak muda, kau sudah makan pagi tadi, sedangkan aku harus membereskan pakaianmu yang bahkan melebihi jumlah pakaian Chie!" Yosuke menghentikan Teddie yang sudah hampir memakan karage yang ada didepannya.
"Hei, apa maksudmu Yosuke?" Chie yang terlihat tersinggung langsung membentaknya dan siap menendang Yosuke. "Hukumannya berikan karage buatan Souji itu, atau aku akan menendangmu!"
"Tidak akan bodoh!"
"T-Teman-teman, bagaimana kalau kalian tenang sedikit...?" Souji mencoba untuk melerai mereka. "Kalau mau, aku juga punya beberapa makanan yang aku buat..." Dan seperti mantera sihir sementara yang bisa menenangkan mereka bertiga, Yosuke, Chie, dan Teddie langsung duduk dengan tenang dan mengambil kotak makanan yang diberikan Souji.
"Kalian ini..." Souji menatap Naoto yang duduk disebelahnya, ia hanya diam dan membaca buku yang ada ditangannya. "Kau tidak mau ini Naoto?" Tawar Souji sambil memberikan beberapa potong katsu sandwich yang ada ditangannya.
"A-ah, terima kasih Senpai..." Naoto hanya tersipu malu dan menerima makanan yang dibawahakan Souji untuknya.
"..." Yosuke hanya diam dan menghentikan kegiatan makannya ketika melihat itu. Tanpa disadari, Teddie mengambil beberapa potong karage yang masih ada didepannya.
"Hmmm... Karage sensei memang saaangat enak..."
"A-apa, dasar kau beruang bodoh apa yang kau lakukan!"
"Yosuke hanya mendiamkannya saja, jadi Teddie memakannya langsung!"
"Hei, itu akan aku makan nanti bodoh, kembalikan itu!" Yosuke langsung mengalihkan kembali perhatiannya kearah Teddie yang mencuri karage miliknya.
"Chie-chan juga memakannya kok!"
"Huh?" Yosuke menatap Chie yang sedang menggigit salah satu karage yang harusnya menjadi miliknya. "Inikah salahmu karena hanya melamun saja...!"
"Kau..." Dan sekali lagi, pertengkaran mereka terpicu oleh satu hal yaitu 'Karage'.
"Hei, hei kalian ini..."
...
"Jadi hari ini adikmu akan datang...?" Suara laki-laki itu tampak sedang berbicara dengan yang lainnya. Beberapa dari mereka juga berada disana. Dan salah seorang dari mereka hanya mengangguk dan menatapnya.
"Kalau begitu, bagaimana kalau kita menjemputnya saja sekarang?" Suara seorang perempuan yang merupakan salah satu dari mereka hanya tersenyum dan menatapnya.
"Ya, sebaiknya kita jemput saja sekarang, lagipula kita harus berjaga-jaga jika saja mereka sampai ketika 'Dark Hour' muncul..." Perempuan berambut merah itu hanya menyilangkan tangannya didepan dada.
...
Waktu menunjukkan pukul 10 malam, dan tampak suasana di kereta sangat sepi. Yosuke, Chie, dan Teddie sedang bermain kartu bersama-sama, Naoto masih membaca buku yang ada ditangannya, dan Souji sedang mendengarkan musik sambil menutup matanya.
'...chan...'
Suara yang tidak asing lagi terdengar di telinga Souji. Tetapi tidak terlalu jelas, dan membuatnya membuka matanya.
'...-chan...'
'...napa...u...mangg...ku...-chan...?'
Souji memegangi kepalanya yang terasa pusing karena mendengar suara itu. Ia tidak mengerti apa yang ia katakan tetapi ia pernah mendengar suara itu.
'...sei...sensei...'
'kenapa, nii-chan mengatakan itu...?'
Suara itu semakin jelas dan semakin membuat kepala Souji sakit. Ia menutup matanya dan memijit kepalanya.
'...er...partner...hei...'
'aku bukan kakakmu!'
"Partner!" Ketika Souji sadar, yang ia lihat hanyalah Naoto, Chie, Yosuke, dan Teddie yang melihatnya dengan tatapan cemas.
"Y-Yosuke ada apa?"
"Ada apa bagaimana? Kau tampak kesakitan dan berkeringat dingin!" Yosuke hanya menatap Souji dengan tatapan cemas, dan diikuti anggukan yang lainnya yang tidak kalah cemas melihat keadaan Souji.
'Kita akan tiba di Iwatodai dalam waktu beberapa saat lagi... Silahkan periksa barang bawaan kalian dan jangan sampai ada yang tertinggal...'
"Apakah kau benar-benar tidak apa-apa Souji-kun...?" Chie menatap Souji sambil mengelap keringat yang mencucur didahinya.
"Y-Ya, aku tidak apa-apa..."
'I will burn my dread...'
Suara handphone itu terdengar dari kantong celana Souji. Dengan cepat ia mengambilnya, sebuah sms tampak disana.
"Kau mengganti ring tonemu partner?"
"Begitulah, aku sudah bosan dengan ring toneku yang lama..." Souji membuka handphonenya dan melihat pesan yang ada disana.
From : 08xxxxxxxxxx
'Aku menunggumu didepan stasiun Iawtodai, kalau ada sesuatu yang aneh segera hubungi nomor ini...'
'Kakakmu'
Souji menatap sms itu dan membalasnya dengan cepat. Lalu, menutupnya kembali dan tersenyum kearah teman-temannya.
"Aku tidak apa-apa teman-teman..." Souji mencoba untuk bersikap seperti biasa. "Sebentar lagi kita akan sampai, jadi sebaiknya bersiap-siap saja..."
...
Drrrrt... Drrrrt...
"Kau tidak mengaktifkan handphonemu?" Laki-laki itu hanya mengangguk dan membuka handphonenya.
From : 08xxxxxxxxx
'Aku bisa menjaga diriku, dan jangan khawatir... Lagipula aku tidak mau merepotkanmu...'
'Adikmu'
"..."
"Ada apa? Adikmu mengirimkan pesan?" Perempuan berambut cokelat itu hanya menatapnya dan laki-laki itu hanya mengangguk.
"Sepertinya mereka memang sampai ketika 'Dark Hour' muncul..." Perempuan berambut merah itu hanya menatap jam yang ada dipergelangan tangan kanannya saja.
"Kalau begitu sebaiknya kita bersiap-siap saja..."
...
Waktu menunjukkan pukul 11.55 malam. Souji dan yang lainnya sudah siap dengan semua tas yang ia bawa. Dan dengan segera mereka berjalan dan menuruni kereta.
"Ah, sampai juga..." Yosuke menguap dan menatap kearah depannya. "Benar-benar berbeda dari ketika kita kemari pada waktu itu ya..." Yosuke menatap sekitarnya yang gelap dan sepi.
"Tentu saja bodoh, ini sudah malam dan tidak mungkin ada orang lain selain kita..." Chie hanya menaruh tangannya dipinggang dan menatap kearah atas. "Whoaaa... Bulan purnama..."
"Kalau melihatnya ditempat seperti ini bulan itu tampak sangat mengerikan..." Yosuke hanya berdecak kesal melihat itu.
11.56
.
11.57
.
11.58
.
11.59
.
00.00
Tiba-tiba lampu yang tadinya sudah redup semakin gelap. Disekitar mereka tiba-tiba berubah menjadi sepi, dan tidak ada seorangpun. Yang ada hanyalah beberapa peti mati yang ada disana.
"A-ada apa ini...?" Teddie mencoba untuk melihat sekitarnya. "Shadow... Mereka ada disini..." Souji dan yang lainnya melihat kearah Teddie dengan tatapan terkejut dan tidak percaya.
"Bagaimana mungkin!"
"Senpai, apakah kita harus menuju keasrama sendirian atau tidak?" Naoto hanya bisa mempersiapkan senjatanya dan melihat sekelilingnya.
"Seharusnya ia..."
...
"Ada yang aneh dengan dark hour ini..." Perempuan berambut merah panjang bergelombang itu hanya bisa menganalisa seluruh tempat disana.
"Lalu, apa yang harus kita lakukan sekarang?" Laki-laki bertopi yang ada didekatnya hanya bisa tampak panik dan mencoba untuk melihat sekitarnya.
"Bagaimanapun, kita harus menemukan mereka, bagaimanapun juga mereka tidak pernah menghadapi shadow..."
"Kalau begitu kita berpencar... Sampai dark hour selesai..." Semuanya mengangguk dan berlari kearah dalam stasiun.
...
Tiba-tiba sekumpulan kabut tampak menyelimuti sekitar mereka. Bahkan saat ini untuk melihatpun sangat susah. Souji dan yang lainnya tampa sadar sudah memisah dan tidak berkumpul kembali.
"Partner, Chie, Teddie, Naoto, kalian dimana!" Yosuke tampak tidak bisa melihat dan bergerak dari sana. "Sial, kabut ini mengganggu saja..."
Tanpa disadari Yosuke, seekor shadow tampak siap menyerangnya dan ketika sadar, Yosuke tidak bisa mengelak darinya.
"Gawat!"
"Hermes, Agi!" Suara seorang laki-laki yang asing didengar oleh Yosuke. Walaupun tidak bisa melihat dengan jelas, Yosuke mencoba untuk melihat siluet pemuda bertopi itu. Dan pemuda itu juga tampak mendekati Yosuke. "Kau tidak apa-apa?"
"Siapa kau...?"
"Kau yang akan datang hari ini bukan...?" Semakin dekat, Yosuke bisa melihat pemuda bertopi dan berambut hitam itu. "Namaku Iori Junpei, senang bertemu denganmu Souji..." Melihat wajah Yosuke, ia menjadi bingung dan menatapnya lagi. "Kau tidak mirip dengan kakakmu..."
"Itu karena aku bukan Souji..." Yosuke hanya bisa sweatdrop melihat laki-laki itu.
"Siapa kau?"
...
"Tch, Yosuke bodoh dimana dia?" Chie menatap kesekitarnya, mencoba untuk melihat apakah ia bisa menemukan sesuatu yang bisa membantunya untuk melihat atau tidak. Tetapi, ia tidak menyadari kalau ada sesuatu yang akan menyerangnya.
"Io, Ga-"
"E-eh?" Chie yang melihat sesosok persona akan menyerangnya langsung refleks berteriak dan menutup matanya.
"Huh, kau...?" Suara yang memanggil persona itu langsung mendekatinya dan menghentikan serangan personanya. Sosok seorang perempuan berambut cokelat pendek itu mendekatinya. Chie hanya lemas dan mencoba untuk menghela nafas lega.
"Kukira aku akan mati..." Chie memegang dadanya yang berdetak kencang dan melihat kearah perempuan itu. "Hei, siapa kau!"
"Harusnya aku yang berkata seperti itu... Aku, Yukari Takeba siapa kau...?"
...
"Ugh... Kabut ini berbeda dengan di Mayonaka... Hidungku sakit dan tidak bisa menghirup dengan baik Kuma..." Teddy tampak panik dan bingung melihat sekelilingnya.
"Awas dibelakangmu!" Suara perempuan langsung mengagetkan Teddie dan membuatnya menoleh kebelakang. Seekor shadow tampak menyerangnya, dan Teddie terlambat menyadarinya.
"Wha-!"
"Penthesilea, Bufula!" Perempuan berambut merah bergelombang itu hanya menghela nafas dan mendekati Teddie. "Kau tidak apa-apa?"
"S-siapa?"
"Namaku adalah Mitsuru Kirijo, kau adalah Souji...?" Mitsuru menatap Teddie yang tidak bisa dikatakan sebagai manusia ataupun hewan. "...sepertinya bukan..."
"Teddie bukan sensei, tetapi Teddie suka sensei..." Teddie tersenyum dan melihat Mitsuru, "Jadi, kau mau smooth dengan Teddie?"
"...execution!"
...
"Naoto, kau tidak apa-apa...?" Souji yang ternyata masih bersama dengan Naoto hanya mencoba untuk melindungi Naoto. Bersiap dengan senjata yang dipinjamkan Naoto, Souji melihat sekelilingnya.
"Y-ya aku tidak apa senpai... Tetapi, kabut apa ini...?"
"Aku juga tidak tahu tapi..."
"Orpheus!" Suara seseorang yang tiba-tiba muncul membuat Souji langsung menoleh dan refleks memanggil personanya.
"Izanagi!"
TRANG!
Tampak serangan Souji menghentikan persona itu. Dan dengan cepat, ia berlari menuju keorang yang memanggil persona itu, dan segera mengacungkan senjatanya didahi orang itu. Dan dengan cepat, laki-laki yang memanggil persona itu juga mengacungkan senjatanya keleher Souji.
"Senpai!"
"Minato, ada apa ini?"
"Kau...!" Souji menatap laki-laki itu dengan tatapan terkejut dan mencoba untuk mundur menjauh dari tempat itu.
00.01
Dark Hour tampak sudah selesai, dan kabut itu menghilang seiring dengan orang-orang yang sudah kembali seperti semula. Ketika itu, ternyata mereka semua berada ditempat yang tidak terlalu jauh, dan hanya saling bertatapan.
"Partner, kau tidak apa-apa?" Yosuke, begitu juga dengan Chie dan juga Teddie menghampiri Souji dan Naoto.
"Minato, kau tidak apa-apa?" Junpei, Yukari, dan Mitsuru juga menghampiri Minato dan melihat keadaan mereka.
"Tunggu..." Yosuke melihat Minato dan Naoto secara bergantian, begitu juga dengan Akihiko dan juga Souji. "Aku tidak tahu kalau kau juga punya kakak disini Naoto?"
"Apa maksudmu Yosuke-senpai?"
"Kau kakak Naoto?" Yosuke menunjuk Minato, dan ia hanya menggeleng begitu juga dengan Naoto. "E-eh? Tetapi, kau adalah kakak Souji yang ia ceritakan bukan?" Yosuke menunjuk kearah Akihiko, dan ia menggeleng juga. Sementara Souji hanya diam dan menundukkan kepalanya.
"Tunggu, jadi yang mencari kakaknya adalah anak ini?" Junpei melihat kearah Souji, dan Yosuke hanya mengangguk. "Hei Minato, kalau begitu ia adikmu...?"
"Huh?" Para I.T hanya bisa menatap Souji dan Minato yang saling bertatapan.
"Sudah 10 tahun..." Minato menatap Souji yang hanya menundukkan kepalanya saja. "Bagaimana keadaanmu...?"
"...aku baik..." Souji hanya diam dan tidak menatap Minato. "Kakak..."
"Apa!" Para anggota I.T dan S.E.E.S hanya bisa terkejut dengan itu dan terdiam.
...To be Continue..
Ahahaha AU paling gaje yang pernah gw bikin xD dsini Minato sama Souji itu kakak adik beda usia 1 tahun. Kenapa mereka bisa sama-sama di kelas 2 smu? ntar dijelasin di chapter selanjutnya xD dan kenapa mereka ga mirip juga dijelasin ntar x3. Ah buat ffic Persona 4 : Sacrifece ama Persona 4 : Return to the Journey bakal dipublish sekarang setelah ni :) so...
Mind to Review?
