"Jadi...dia orangnya?"

Terdengar suara wanita berusia 20-an dari dalam gudang tua yang sudah lama tak dipakai. Tak ada yang mengira kalau ada manusia yang berada di tempat itu, apalagi gudang itu berada di pinggir hutan yang jauh dari permukiman, membuat suasana tempat itu semakin suram. Malam semakin mencekam, menyisakan suara anjing hutan yang saling bersahutan.

Wanita itu duduk di meja kerja sambil menyilangkan kakinya. Pahanya yang mulus dan ramping sedikit terekspos karena ia mengenakan rok pensil di atas lutut. Sementara pria yang usianya lebih tua dari wanita itu duduk menghadap notebook-nya yang diletakkan di meja yang sama. Jakunnya naik-turun saat ia sedikit-sedikit melirik paha wanita itu. Berusaha untuk tidak berpikir yang lebih jauh, ia langsung memecah keheningan.

"Yeah. Kau bisa cek sendiri" sahut pria tadi sambil menunjukkan notebook-nya. Wajah wanita itu menegang melihat foto yang terpampang di layar notebook itu, beserta dengan biodatanya.

"I can't believe it" Wanita itu menggeleng-gelengkan kepala, tak percaya. Pria tadi hanya mengangkat bahu dengan santai.

"Me neither. Jadi, apa kau setuju?"

"Tentu saja. Aku seorang profesional. Siapapun orangnya, saya tak akan segan-segan melakukannya, termasuk dia" tandas wanita itu tanpa ragu-ragu.

Love You For Eternity

A Penguins of Madagascar Fanfict

Disclaimer: all characters owned by Dreamworks & Nickelodeon

Warning: OOC, humanized chara, rated T, AU, too much romance, action fail, bad angst, gaje, alay, typo, abal, etc. got any comments/critic/suggestion? just press 'review' button & write it down! I will reply it asap :)

A/N: this is a sequel from 'True Love Never Dies'

Chapter 1

Your Secret Admirer

"Ngapain kamu malem-malem gini?" tanya Skipper keheranan saat melihat Private sedang mengetikkan sesuatu di komputer. Tumben-tumbennya Private yang biasa bermain dengan boneka kuda poni mau berhadapan dengan komputer yang lebih sering dipakai Kowalski untuk penemuan anehnya. Apalagi sekarang sudah tengah malam, membuat kelakuan Private semakin mencurigakan.

"Uhm...aku...lagi chatting..." jawab Private yang tiba-tiba menjadi gugup. Melihat perubahan raut muka Private, Skipper jadi semakin penasaran. Ia menggeser kursi Private dengan kasar dan melongok ke arah layar. Sebuah windows conference chat terbuka dan memperlihatkan percakapan antara 'Private_Cute_Penguin' dengan 'RedFalcon'. Skipper menggeleng-gelengkan kepala tak percaya saat ia men-scroll histori chat dengan mouse-nya.

"Jadi...kamu lagi pedekate sama RedFalcon ini?"

.

Hening sejenak. Lalu Private mengangguk lemah.

.

"HWAKAKAKAKAKAKAK!" Tiba-tiba Skipper tertawa keras-keras. Private jadi semakin bingung, memang ada yang aneh, ya?

"You're unbelieveable, Private. Kirain sampai kapanpun pacarmu cuma boneka kuda poni" kata Skipper sambil menghapus air mata yang keluar karena terlalu banyak tertawa.

"Enak saja! Begini-begini umurku udah 18 tahun, tauk! Wajar kan, kalau misalnya aku suka dengan seseorang?" sungut Private kesal, tapi tak urung juga mukanya bersemu merah.

"Iya, iya. Nggak usah marah, dong. Aku kan cuma bercanda" kata Skipper, lalu ia berdeham keras. "Anyway, siapa sih RedFalcon ini? Orangnya seperti apa? Pernah chatting webcam nggak?"

"Nggak, kita cuma chatting biasa saja. Orangnya lumayan fun, ceplas-ceplos, dan ceria. Dia adalah salah satu mahasiswa Indonesia di London. Sayangnya dia cuma masang avatar di profile picture-nya, jadi aku nggak tahu seperti apa mukanya"

"Hati-hati lho, Priv. Sekarang banyak penipuan berdasarkan chatting. Bisa jadi cewek yang selama ini kamu ajak chatting itu ternyata..." Skipper sengaja menggantung kata-katanya untuk membuat efek penasaran. Triknya berhasil. Private jadi semakin kesal menunggu kata-kata terakhir pemimpinnya,

"Cowok!" kata Skipper lagi, lalu melanjutkan tawanya sambil berjalan kembali ke kamarnya.

"Sialan!"


Private_Cute_Penguin is now online

RedFalcon is now online

Private_Cute_Penguin: hey, falcon :)

RedFalcon: hi, penguin :) :)

Private_Cute_Penguin: so, how's ur college?

RedFalcon: nothin' special

Private_Cute_Penguin: me too

Private_Cute_Penguin: btw, why did u call urself 'RedFalcon'?

RedFalcon: coz I have red hair!

RedFalcon: how about u?

Private_Cute_Penguin: I love penguin. They're so cute, just like me :p

RedFalcon: haha LOL :p

RedFalcon: btw, where's ur house?

Private_Cute_Penguin: why r u asking that?

RedFalcon: I'll go to Indonesian next week. Maybe we can meet in sumwhere

Private_Cute_Penguin: really?

RedFalcon: yeah. I want to visit my family in jakarta. U also live in jakarta, rite?

Private_Cute_Penguin: um-hmh

RedFalcon: can we meet in ur home? I wanna know u more ;)

Private_Cute_Penguin: actually, I live in my friend's house

Private_Cute_Penguin: 17 Sudirman St. Simprug

RedFalcon: my home is in 24 Bumi St. Kuningan

RedFalcon: gue cuma di jakarta 3 hari doang

RedFalcon: abis gitu gue balik lagi ke london, biasa banyak kerjaan

Private_Cute_Penguin: lo masih bisa bahasa indo?

RedFalcon: of course laah...I'm indonesian at heart! :D

Private_Cute_Penguin: wait...tadi lo bilang kerjaan. Kerjaan apa?

RedFalcon: gue ada pemotretan majalah vogue & shooting iklan parfum

Private_Cute_Penguin: wow, keren banget kerjaan lo XD

Private_Cute_Penguin: jadi envy deh gue

RedFalcon: haha, thanks :)

RedFalcon: emang lo pengen jadi model juga? :p

Private_Cute_Penguin: bukan gitu...maksudnya lo keren banget. udah kuliah di luar negri, dapet kerjaan yang gak semua orang bisa dapetin

RedFalcon: mungkin udah rejeki gue, hehe :)

RedFalcon: oiya, ini jadi gak ke rumah lo?

Private_Cute_Penguin: jadi laah...besok sabtu jam 7 yah :)

RedFalcon: oke :) :)

Private_Cute_Penguin: yaudah deh gue tidur dulu ya

RedFalcon: kok tidur? Kan masih pagi...

Private_Cute_Penguin: itukan kalo di london, neeng...aku di indo masih tengah malem bolong

RedFalcon: oh iya, lupa hehe :p

RedFalcon: yaudah deh, met tidur aja :) gue juga mau siap" buat brangkat kuliah

Private_Cute_Penguin: elo juga, ati" dijalan :)

Beberapa saat kemudian, Private memutus sambungan internetnya dengan hati berbunga-bunga. Senyum yang biasanya paling maksimal hanya 5 cm, kini semakin melebar menjadi 7 cm. Joker lawannya Batman saja kalah deh senyumnya. Langkahnya serasa ringan saat ia berjalan kembali ke kamarnya. Private seperti berada di scene film, dimana tokohnya bisa melayang menembus jutaan bintang yang gemerlap dan menari-nari di atas awan, dengan backsound lagu-lagu romantis.

Awww...Private lagi jatuh cinta.

Rico yang barusan keluar dari kamarnya untuk mengambil minum hanya bisa cengok melihat kelakuan Private yang mesam-mesem sendiri.

"Freak"


"Ohayou minna-san!" sapa Marlene ceria saat ketiga temannya sudah siap sedia di meja makan. Rambutnya masih berantakan disana-sini dan ia masih mengenakan piyamanya. Dilihatnya Kowalski sibuk mencari acara berita di TV flatnya, Rico makan dengan khusyuk, Skipper sedang membaca koran ditemani segelas kopi hangat kesukaannya, dan Private membawa baki makanan kembali ke dapur sambil bersenandung ria. Khusus untuk perasaan Private kali ini, ia membawakan lagu 'Jatuh Cinta'nya Ran.

"Tumben kamu nyanyi lagu mellow...biasanya kan kalau nggak A7X, ya Slipknot. Kesurupan apa kamu?" tanya Rico keheranan melihat perubahan muka Private yang lebih cerah dari biasanya. Belum sempat Private berkata apapun, Skipper sudah menyahut santai dari balik korannya.

"Belom tau ya? Sekarang kan dia lagi naksir cewek..."

"EEEEHHHH?"

Semua mata tertuju ke arah Private yang barusan keluar dari dapur. Senyum Private langsung menghilang, digantikan dengan ekspresi yang mirip dengan siswa yang belum ngumpulin PR. Ia memberi Skipper death glare, tapi nggak mempan karena wajah Private terlalu cute untuk menakut-nakuti seorang Skipper. Skipper cuma bisa nyengir saat dipelototin seperti itu.

"Kamu kenapa sih nggak bilang-bilang kalo lagi naksir cewek? Curhat dong...kita kan bisa ngasih masukan ke kamu"

"Iya nih, dasar payah! Emang gimana sih orangnya? Cantik nggak? Baik nggak?"

"Pantesan dari kemarin senyummu diobral sampe 90%, jadi gara-gara cewek toh..."

"D-OH! Guys, satu-satu dong kalau mau tanya! Oke, oke, aku bakal cerita sekarang. Intinya, aku kenalan sama cewek dari chatting. Mahasiswa Indo yang kuliah dan kerja di London sebagai model. Aku belum tahu mukanya kayak gimana, tapi yang jelas dia baik. Kalau dilihat dari pekerjaannya sih, sudah pasti dia cantik. Tapi aku belum pernah kopdar sama dia. Jauh banget bok Indonesia-London...tapi kayaknya besok Sabtu dia mau dateng ke sini. Makanya dari kemarin aku seneng...banget" aku Private lagi, jawabannya hampir mirip dengan yang kemarin malam. Wajahnya bersemu merah lagi, membuat Private semakin imut. Semua penghuni rumah berusaha menahan keinginannya untuk nggak memeluk Private.

"Awww...how sweet" celetuk Marlene dengan suara yang lebay–khas cewek kalau menemukan apapun yang cute.

"Tapi masalahnya, aku belum pernah ketemu dia. Ntar kalau dia bohong gimana?"

"Ya udah, jalanin aja dulu. Katanya besok Sabtu kan kamu mau ketemuan sama dia, ajak aja ngobrol. Dari situ kamu bisa tahu dia bohong apa enggak" kata Kowalski yang mendadak menjadi sok bijaksana. Private menggeleng-gelengkan kepala, tak setuju.

"Bukan itu maksudku, Kowalskiiiii...di chatting kan banyak penipuan. Ntar kalau dia bukan cewek, gimana?" sungut Private kesal sambil mengutip guyonan Skipper. Meskipun maksudnya bercanda, tapi mau tak mau Private juga membenarkan hal itu. Gimana kalau seandainya RedFalcon itu cowok?

"Ehm...aku nggak tahu sih...tapi kalau dilihat dari mukamu yang baby face itu, nggak peduli cowok atau cewek juga pasti bakalan melting sama kamu" kata Skipper sambil tertawa, lalu diikuti dengan yang lain.

"Sialan! Aku masih normal tauk!"

"Iya, iya...idih, gitu aja marah. Gini aja deh, kalo si RedFalcon itu cewek, kamu harus nembak dia. Biar kamu nggak dicurigain biseksual gitu lho..." goda Marlene.

"Iya deh...biar aku bisa nyusul jejakmu, bisa pacaran tiap hari"

"Gitu dong...kayak aku dan Skipper ini kan mesra banget. Iya kan, Skip?" Tanpa malu-malu, Marlene langsung memeluk Skipper dari belakang dan membisikkan sesuatu tepat di kuping Skipper. Meskipun cuma sebentar, tapi perbuatan Marlene tadi sukses membuat jantungnya berdebar lebih kencang. Rambut brunette-nya yang seharum bunga chamomille itu tergerai di bahu Skipper, membuat pria itu semakin panas dingin. Padahal ia sudah pacaran dengan Marlene beberapa bulan yang lalu, tapi tetap saja...apapun yang dilakukan gadis itu padanya selalu bisa membuat wajahnya bersemu merah. Ia meletakkan kopinya, lalu berbalik dan memberikan kecupan instan.

"Ehm...Skipper, kayaknya kamu harus lihat ini deh, daripada kamu nanti ngelanjutin kegiatanmu sama Marlene di tempat tidur" sindir Kowalski sambil memberi isyarat untuk segera datang ke depan TV. Skipper hampir saja melayangkan tangannya ke muka Kowalski yang menurutnya kurang ajar itu, tapi mau tak mau ia bangkit dan berjalan ke depan TV yang sedang menayangkan berita pagi. Private dan Rico yang penasaran jadi ikut-ikutan nimbrung di depan TV.

"Selamat pagi, Pemirsa. Kemarin sore terjadi pembunuhan berantai di Jakarta. Korbannya adalah mahasiswi asal Singapura bernama Cecile Wang. Dikatakan pembunuhan berantai karena setiap korban meninggal dengan simbol darah dari korban sendiri yang berbentuk semacam burung. Sebelumnya pembunuhan ini terjadi di Medan dengan korban adalah pegawai BUMN bernama Samuel Wibowo, di Surabaya dengan korban adalah anggota DPR bernama Lucia Handayani dan di Bandung dengan korban adalah direktur perusahaan elektronik bernama Sebastian Sanjaya. Entah apa motif dari pembunuhan tersebut dan penyebab korbannya berasal dari latar belakang yang berbeda. Sekarang ini polisi sedang menyelidiki pelaku pembunuhan tersebut. Tetapi cara kerja pelaku sangat rapi. Ia tidak meninggalkan jejak apapun di lokasi kejadian..."

"What should we do now, Captain?" sela Kowalski sambil mengecilkan volume TVnya. Dilihatnya Skipper masih terpekur melihat berita di TV tadi.

Rasanya...seperti deja vu, batin Skipper tak habis pikir. Sepertinya dulu pernah ada kejadian seperti ini, tapi kapan dan di mana?

"Woi, Skipper! Kamu itu denger pertanyaanku nggak, sih?" seru Kowalski kesal tepat di depan muka Skipper. Otomatis muka Skipper belepotan oleh 'kuah' Kowalski.

"Iya, iya, aku denger. Gak usah pake kuah, dong. Ini aku lagi mikir"

"Mau mikir apaan lagi sih, Skip? Sudah jelas-jelas ada kasus gede kayak gini, masak kamu biarin aja?" desak Kowalski tak sabar.

"Soalnya..." Skipper mengambil napas sejenak sebelum melanjutkan "...aku juga pernah ketemu kasus kayak gini"

.

.

.

.

.

A/N: Halo hola! Michelle is baaaaack XD XD XD. Entah kenapa gue jadi pengen mbalik nulis fic lagi, mungkin karena hawa" liburan kali? ;) (soalnya gue pas nulis TLND itu juga pas liburan). Sbenernya sih gue mau nulis fic selain PoM, tapi gue belum banyak dapet ide tentang plot-nya. Justru ide ini yg muncul terus di kepala gue. Ya udah, gue publish aja. Oiya, kayaknya gaya tulisan gue agak berubah ya? Iya nggak, sih? Maklum, selain udah lama nggak nulis, gue juga ke-influence sama fic" mastah yg berkeliaran di penghujung mainstream anime/manga + books :p. Karena gue masih remaja yang sedang mencari jati diri, jadi harap maklum kalo fic-nya juga senasib T_T (masih belum punya gaya khas gue). Oh iya, tentang bahasa gue-elo ini, gue lagi nyoba tantangan untuk mbuat fic yg isinya elo-gue. Sebenernya sih bisa, tapi jadi gak nyambung sama fic sebelumnya (inget, fic LYFE ini sekuel dari fic TLND, dan fic TLND itu bahasanya lebih resmi daripada fic ini). Jadi aku–ups, maksudku gue–cuma bisa ngubah sedikit" doang.

Silahkan tekan tombol 'review' dibawah ini dan tulis kritik/komen/saran untuk chap ini, di-flame juga gapapaaaa...

#selama flame itu berguna untuk meningkatkan kemampuanku, kenapa enggak? =)