Author's note :

Pertama, mungkin sebagian dari kalian anggep ini nggak penting, jadi bisa langsung skip. Jadi, gue dengan akun gue yang namanya ganti lagi untuk kesekian kalinya, gue bakalan publish lagi cerita gue yang di Aura Huang—yang sedihnya lupa password, yang judulnya Apapun Untukmu dengan alur yang sama, bukan kayak sebelumnya cerita yang sempet gue publish di sini dengan alur yang bener-bener beda, tapi ini bakalan sama persis. Jadi, kayak reuplod gitu, loh. Ya tapi bahasanya lebih rapi dikit dan juga lebih direalistisin? Au dah gitu deh—karena gue juga masih belajar.

Langsung terakhir aja ya, jadi kalau nanti ada yang ngomong cerita ini plagiat atau apa, tolong pahami bacaan yang di atas, ya. Sama alasan kenapa gue lanjut cerita ini setelah beberapa tahun karena gue udah janji bakalan tamatin cerita fanfiction ini. Dulu gue buat pas masih SMP, eh sekarang udah mau kuliah aja /curhat/ nggak nyangka. Terimakasih ya yang sudah baik hati membaca catatan dari author nggak jelas ini, hehe.

·

·

·

·

Apapun Untukmu

[ver. 2017]

by pastryplate

Harry Potter belongs to J. K. Rowling

Sorry for any typo(s)

& happy reading!

·

·

·

·

Chapter One : Him

"Rosie, aku ingin buah apel."

Rose menghentikan kegiatannya membaca buku Aritmanchy yang tebalnya membuatnya Al dan Hugo lebih memilih untuk bermain sepak bola dibanding membacanya. Dengan senyum manis khasnya, dia menatap Lily dengan kasih sayang, "Kau ingin buah apel, Lily?"

Lily mengangguk dan wajahnya memelas.

"Baiklah, Lils. Tunggu sebentar, ya." Balas Rose sambil bangun dari duduknya dan menyuruh Lily untuk duduk di sofa tempatnya tadi. Rose berlari-lari kecil menuju dapur untuk mengambil buah apel yang diinginkannya.

Rose menatap beberapa buah yang tergelatak di atas lemari piring dan gelas yang masih terbungkus plastik transparan. Rose mengerutkan keningnya dan langsung tersenyum lebar ketika menemukan ide bagaimana mengambilnya; dia menarik kursi, lalu menaikinya, dan mengambil apel tersebut. Setelahnya, dia meletakkan posisi kursi di tempat semula.

"Terimakasih, Rosie!" Kata Lily saat Rose menghampirinya dengan buah apel segar yang ia inginkan dan mulai memakannya setelah Rose memberikannya. Rose tersenyum manis melihatnya, "Apapun untukmu, Lils."

"Aku ingin ikut bersamamu ke Hogwarts, Rose!" Kata Lily membuka percakapan setelah mereka berdua duduk di tengah-tengah rumput milik Kakek mereka. Sore ini, mereka menghabiskan waktu menikmati angin sejuk, sedangkan para lelaki bermain bola.

Rose tertawa pelan, "Tahun depan kau akan masuk, Lils. Sebentar lagi."

"Tapi, aku maunya sekarang." Balas Lily sambil cemberut khasnya yang membuat Albus tidak tega setiap melihatnya. Rose mengusap rambut merah khas Lily yang seperti Ibunya dengan lembut, "Kau baru bisa tahun depan. Bagaimana kalau kau mengganti keinginanmu dengan yang lain?"

Lily berpikir untuk beberapa saat dan mengembungkan pipinya yang tembam, lalu menatap Rose dengan penuh harap. "Aku ingin mahkota yang cantik, Rosie!"

"Baiklah." Rose mulai bangun dari duduknya dan berkeliling mencari bunga di sisi lahan lainnya. Dia berhenti ketika menemukan bunga yang ia cari sedari tadi dan mengambilnya asal, lalu meringis pelan saat tak sengaja terkena duri ditangkainya. Rose menghisap darahnya yang keluar dari jempol tangannya sambil memotong beberapa bunganya lagi dengan hati-hati.

Rose merangkai beberapa bunga yang ia ambil tadi menjadi mahkota cantik seperti yang diinginkan Lily. Setelah beberapa menit berjongkok dan membuat kakinya sedikit pegal, dia tersenyum puas dengan hasil karyanya.

"Rose, kau dimana?"

"Aku di sini, Lils!"

Lily berlari-lari kecil menghampiri Rose yang juga menghampirinya, "Kau sudah membuatnya?"

"Ya, bagaimana menurutmu?"

"Cantik sekali," Balasnya sambil mengambil mahkota yang diberikan oleh Rose dengan senyum lebar. "Terimakasih, Rosie!"

"Apapun untukmu, Lils."


Suasana Hogwarts Express ramai seperti biasanya. Ada yang masih sibuk mengurus peliharaannya, berbincang dengan orangtuanya dan juga bergosip ria sebelum mereka pergi ke gerbong masing-masing. Kecuali James yang sudah memimpin jalan untuk mencari kompartemen yang masih kosong.

Rose bernafas lega ketika sudah dapat tempat yang mereka cari-cari. Segera dia melepas tasnya dan juga mengambil salah satu buku kesayangannya; Aritmanchy, lalu bersiap-siap untuk membacanya. Albus yang duduk di sebrangnya hanya menggelengkan kepala melihat kelakuan sepupunya yang terlalu rajin.

"Aku masih tak percaya kalau liburan sudah selesai." Gumam James tanpa mengalihkan pandangannya dari kaca Hogwarts Express dengan ekspresi sedihnya.

"Aku juga," Sambung Al—sang adik sedih, "Sepertinya hanya Rose yang senang."

Rose menggeleng geli melihat kelakuan kakak-adik sepupunya tersebut.

Tiba-tiba pintu kompartemen terbuka dengan keras yang membuat mereka bertiga kaget. Sang pelaku yang masih memasang wajah tak bersalah langsung masuk tanpa permisi dan duduk di samping Rose yang memang tidak ada orang.

"Um, kau sedang apa di sini?" Tanya James tanpa basa-basi. Scorpius—lelaki berambut pirang yang terkenal dengan sifat dinginnya dan mempunyai penggemar yang sangat banyak itu menghela nafas berat, "Semuanya sudah penuh. Jadi, aku tidak salahkan?"

James memandang Albus dan Rose bergantian, "Tidak ada yang salah, sih."

Segera setelah percakapan tersebut berakhir, suasana canggung memenuhi kompartemen. Suasananya tidak sehangat tadi, malah terkesan dingin dan kaku. Rose bersyukur bahwa dia sedang membaca buku walaupun konsentrasinya sedikit buyar.

"Aritmanchy, Weasley?"

"Ya." Balas Rose tanpa mengalihkan pandangannya dari buku. Scorpius tertawa sinis mendengarnya, "Aku baru tahu kalau kau suka Aritmanchy. Membosankan, kau tahu."

"Membosankan dan aku menyukainya. Apa ada masalah?"

"Tidak, hanya saja aku lebih menyukai pelajaran Ramuan."

Rose mengernyitkan dahinya, "Aku tidak bertanya, Malfoy."

"Oh, aku kira kau penasaran, Weasley." Rose memutar kedua bola matanya malas, "Aku tidak penasaran sama sekali."

Scorpius terkekeh pelan, "Tidak usah berbohong seperti itu, Weasley."

"Sebaiknya kau mengurangi sifat terlalu percaya dirimu. Apapun yang berlebihan itu tidak baik, Malfoy." Balas Rose sinis. Dia tidak tahan lagi dengan sifat Scorpius yang terlalu percaya diri dan selalu bersikap seenaknya. Rose menghela nafas panjang sebelum akhirnya tenggelam dalam bacaannya lagi.


Setelah sampai di Hogwarts dan juga membereskan barang-barang bawaannya ke asrama masing-masing, para murid bersiap untuk ke Aula besar—mengisi perut mereka yang sudah berbunyi kelaparan. Kecuali Rose yang masih sibuk dengan kegiatannya; membereskan buku-buku yang baru ia beli saat liburan di raknya, tapi terlihat sangat berantakan, jadi dia membereskannya lagi.

"Rose, kami duluan!"

"Ya!" Balas Rose setengah berteriak. Dia yakin Albus sudah kelaparan hingga tak tahan lagi menunggunya. Teman-teman sekamarnya sudah pergi sekitar lima belas menit yang lalu dan sekarang hanya dia sendiri yang di asrama.

Rose langsung beranjak saat sudah selesai dengan kegiatannya. Dia buru-buru keluar asrama dengan cepat karena takut saat dia datang, semuanya sudah kembali. Rose hampir saja menabrak seseorang ketika berbelok dan dia tersentak kaget saat tahu orang itu adalah Scorpius.

"Oh, hai, Weasley."

Scorpius Malfoy—siapa yang tak mengenalnya? Lelaki berambut pirang, mata abu-abu indah, tubuh yang bagus, senyum indah. Tapi bagi Rose Weasley, dia bencana, arogan, dan lelaki nomor satu diurutan pertama daftar lelaki yang harus ia hindari.

Rose menghela nafas cepat, "Hai, Malfoy. Bisakah kau minggir sekarang?"

"Sendiri, Weasley? Kemana para penjagamu?" Rose memutar kedua bola matanya malas, "Aku sendiri sekarang dan mereka sepupuku, bukan penjagaku."

"Aku melihat mereka rasanya seperti penjagamu saja. Mereka tidak pernah membiarkanmu sendirian, bukan?" Kedua bola mata Rose membulat dengan sempurna ketika Scorpius tiba-tiba merangkulnya. "Kenapa kau tidak dari dulu saja sendirinya?"

Rose berusaha untuk melepaskan rangkulan Scorpius dengan gugup, "Apa yang sedang kau lakukan sekarang, Scorpius Malfoy? Lepaskan!"

"Santai saja, Weasley—"

"Aku bilang lepaskan!"

Scorpius melepaskan rangkulannya. Kedua pasang mata itu saling memandang untuk beberapa saat sebelum akhirnya salah satu dari mereka bersuara, "Kau—kenapa?"

·

·

"Oh, jadi itu yang namanya Scorpius? Kalahkan dia disetiap test, Rosie. Untungnya kau memiliki otak seperti ibumu." Kata Ron sambil mengusap rambut putrinya.

"Ron—astaga! Jangan membuat mereka berdua bermusuhan sebelum masuk ke sekolah!" Tegur Hermione sambil memukul lengan suaminya.

"Ingat, Rosie. Kakekmu tidak akan memaafkanmu jika kau menikahi Darah Murni." Kata Ron lagi tanpa mempedulikan omelan istrinya.

·

·

"Weasley?"

Rose tersadar dari lamunannya dan menemukan tangan Scorpius yang melambai-lambai di depan wajahnya. Rose langsung menyingkirkan tangan Scorpius, lalu melanjutkan perjalanannya kembali ke Aula Besar tanpa mengubris pandangan dari siswi tahun ke satu. Dia hanya berharap tidak akan ada gosip yang tidak-tidak tentang dirinya dengan Scorpius.

Scorpius berlari-lari kecil mengejarnya, "Kau sudah sadar sekarang? Untunglah. Kau sangat aneh tadi."

"Sebaiknya kita langsung ke Aula Besar, Malfoy." Balas Rose tanpa menengok ke Scorpius. Seketika dia memikirkan percakapan dengan ayahnya saat pertama kali masuk peron 9¾. Ayahnya tak sengaja melihat keluarga Malfoy yang tak berjauhan, dan tiba-tiba hal Ayahnya membicarakan tentang Scorpius.

"Kakekmu tidak akan memaafkanmu jika kau menikah dengan Darah Murni!"


Rose mendengus kesal. Siapa juga yang ingin menikah dengannya?

"Rose, kasihan makanannya kau tusuk-tusuk dengan sadis seperti itu."

Rose menganga kecil melihat hasil karyanya sekarang; potongan dagingnya sudah tidak terbentuk dan sayurannya berantakan dimana-mana. Rose mengutuk dirinya sendiri karena memikirkan kejadian tadi.

"Kau kenapa?" Rose menggeleng cepat mendengar pertanyaan Albus yang berada di sebrangnya, "Tidak, aku tidak apa-apa."

Al masih memandangnya, "Sungguh?"

"Ya, dan sejak kapan kau di situ?" Tanya Rose heran karena dia tidak menyadari keberadaan Albus sedari tadi yang sudah berada di sebrangnya.

Al mengernyitkan dahinya, "Well, aku kan suka makan di sini dibanding di Slytherin. Memangnya kenapa?"

"Ah, tidak." Balasnya sambil menggelengkan kepala. Dia salah tingkah karena tingkahnya yang tidak jelas hari ini. Kenapa hari ini rasanya aneh sekali?

"Kau punya masalah?" Tanya Dominique heran. Rose menggeleng lagi untuk kesekian kalinya.

"Serius?" Sambung Fred yang sedari tadi diam saja. "Kau seperti ini karena ada hubungannya dengan Malfoy itu, kan?"

Rose yang tadinya ingin refleks mengangguk lagi—langsung terhenti begitu saja. Pipinya merah padam, "Tidak. Kau salah paham—"

"Ah, kau menyukainya? Aku tahu Scorpius itu keren, tapi Paman Ron tidak akan menyukainya." Balas Dom yang mendapatkan tatapan tajam dari Fred dan juga Rose. Rose frustasi mendengarnya, "Jangan salah paham. Aku dan dia tidak akan pernah terlibat dalam suatu hubungan. Dia orang teregois, terarogan, dan ter—ah, terlalu banyak sifat buruknya—dan tolong jangan bicarakan dia lagi."

"Um, apa benar dia seperti itu?" Lalu Dom melirik Al, "Malfoy seperti itu?"

Albus hanya mengangkat kedua bahunya. Dia tidak mau ikut campur yang membuat Rose diam-diam menghela nafas lega.

James berdeham pelan, "Jadi, ladies, dibanding kita membicarakan Malfoy, lebih baik kita fokus kepada puluhan burung hantu yang baru datang."

Setelah James memberitahu, semuanya benar-benar langsung fokus sambil menyari burung hantu milik mereka, tak terkecuali Rose yang mencari Pigwidgeon. Mata Rose berbinar-binar saat Pigwidgeon yang semakin dekat ke arahnya dan bersiap-siap untuk menangkap tumpukan suratnya. Lalu, Pigwidgeon pergi ketika tugasnya sudah selesai.

"Banyak sekali," Komentar Albus sambil melihat-lihat tumpukan surat di depannya. "Sepertinya Paman Ron menyatukan semua surat untuk kita semua. Lihat, ada punyaku di sini."

"Seperti biasanya." Kata Rose pelan. Rose mengambil surat dari orangtuanya dan membukanya,

Hai, sayang. Bagaimana kabarmu? Haha. Walaupun baru sehari kau pergi, kami sudah sangat merindukanmu. Ayahmu mengumpulkan semua surat jadi satu, maaf jika kelakuannya merepotkanmu. Oh, Hugo dan Lily juga tidak sabar untuk menyusulmu ke Hogwarts. Belajar yang baik dan jaga kondisimu! Kami selalu bangga padamu.

Salam cinta,

Ayah, Ibu dan Hugo

Rose tersenyum membacanya. Penyemangat yang selalu ada untuk dirinya baik dalam kondisi senang dan buruk—yang tak akan pernah meninggalkannya sekalipun, keluarga. Dia bersyukur mempunyai keluarga yang selalu mendukungnya apapun itu.

"Rose, ini ada surat dari Lily!" Saut James kencang sambil melempar surat berwarna pink ke arahnya. Rose langsung menangkapnya, "Santai saja, James."

James hanya memberikan cengiran khasnya. Sedangkan Rose langsung membuka surat dari sepupu kesayangannya tersebut, Lily.

Hai, Rosie!

Ini aku Lily. Mmm, apakah di Hogwarts menyenangkan? Ah! Aku tahu pasti sangat menyenangkan, bukan? Hehe. Aku tidak sabar menunggu tahun depan.

Aku selalu membayangkan bagaimana rasanya di Hogwarts nanti. Aku ingin memakan coklat kodok yang waktu itu diberikan oleh James, rasanya enak sekali. Jika aku sudah sekolah di sana, aku akan selalu membeli coklat kodok, hehe.

Aku harap kau sehat selalu. Jaga kondisimu, ya!

Salam sayang,

Lily L. P

Setelah makan malam, para murid mulai kembali ke asrama mereka masing-masing tak terkecuali keluarga Potter dan Weasley. James dan Fred tak henti-hentinya membuat lelucon yang membuat semua orang tertawa. Maklum saja, dari Aula Besar ke asrama Gryffindor lumayan jauh. Sebagai pelawak, James dan Fred menghibur teman-teman asramanya.

Al menyolek lengan Rose dan berbisik, "Aku pergi, ya. Kasih tahu ke yang lain nanti saja. Sampai berjumpa lagi."

"Oke, hati-hati, Al!" Balas Rose sambil melambaikan tangannya ke Al yang semakin lama semakin menjauh. Lalu, dia mengikuti teman-temannya lagi setelah tertinggal beberapa langkah. Mereka semua memasuki lukisa Nyonya Gemuk setelah mengucapkan kata kunci. Ada yang langsung ke kamar, ada yang bersantai ria di ruang rekreasi, ada yang kumpulan orang yang bergosip, dan lain-lain.

Tiba-tiba pintu terbuka dan muncul Professor Minerva McGonagall—kepala asrama. Semuanya langsung berhenti dari aktivitas mereka masing-masing dan berkumpul tanpa harus disuruh. Rose langsung menghampiri para sepupunya yang sudah berkumpul terlebih dahulu.

"Akan ada kunjungan Hogsmeade akhir pekan nanti. Ingat, hanya untuk murid tahun ketiga ke atas yang diperbolehkan." Rose langsung cemberut mendengarnya, mengingat dia hanya seorang siswi tahun kedua yang pastinya tidak akan boleh ikut.

"Aku akan membeli banyak permen dan coklat." Celetuk James yang berada di sampingnya. Rose langsung memandangnya penuh harap, "Aku ingin nitip, bolehkah?"

James memandangnya lembut, "Tentu saja. Akan aku belikan nanti."

"Aku akan berikan uangnya nanti. Tolong belikan aku coklat kodok yang banyak—"

"Kenapa banyak? Dan sejak kapan kau terobsesi dengan coklat? Oh, atau kau ingin memberikannya kepada seseorang?" Potong Fred yang tak sengaja mendengar percakapan mereka. Rose mendecak pelan, "Bukan untukku semua—"

"Lalu, untuk Malfoy?"

"Tolong jangan bawa-bawa nama dia, oke? Aku tak tahan lagi mendengarnya. Lagipula aku ingin membelinya untuk Hugo dan Lily." Balas Rose sambil menutupi pipinya yang memanas. Dia segera kembali ke kamarnya tanpa mempedulikan teriakan dari James atau panggilan dari Dom.


Rose mengeratkan jaket kuningnya ketika udara dingin mulai menusuk kulitnya. Hari ini akhir pekan dan Hogwarts sepi—tentu saja, rata-rata dari mereka pergi ke Hogsmeade untuk bersenang-senang. Sedangkan sekarang Rose merasa kebosanan setengah mati.

Dia sudah mengerjakan tugas-tugasnya dan ingin bersantai. Rencananya, dia ingin mengajak Albus ke danau hitam untuk duduk santai seperti yang ia lakukan sekarang, tapi dia mengurungkan niatnya saat melihat Al masih berkutat dengan essainya di perpustakaan. Jadi, sekarang dia hanya sendirian sekarang—

"Tumben kau sendiri saja, Weasley."

—tadinya.

Suara tak asing ditelinganya itu akhir-akhir ini suka menganggunya. Memang mereka sudah jarang bertengkar ataupun berdebat seperti biasanya, hanya saja Rose merasa aneh dengan dirinya sendiri. Scorpius menganggunya—sangat. Lelaki itu selalu muncul dipikirannya setiap dia memikirkan percakapan tentang pernikahan dengan Darah Murni—atau mungkin ini salah satu efek karena Fred dan James senang sekali meledeknya dengan Scorpius. Hanya saja, tidak. Dia tidak mau Scorpius masuk ke dalam garis hidupnya.

Rose hanya meliriknya sekilas, "Apa itu kebiasaanmu? Mengomentari apa yang orang lain sedang lakukan?"

"Well," Scorpius langsung ikut duduk di sampingnya. "Tidak, mungkin. Hanya kau yang sering aku komentari."

"Berhentilah ikut campur." Balas Rose sambil bangkit dari duduknya. Tapi, Scorpius menahan pergelangan tangannya yang membuat Rose kehilangan kendali dan duduk terjatuh di posisi semula. "Apa yang sedang kau lakukan sekarang?"

"Tetap di sini."

Scorpius melepaskan tangannya dan memalingkan wajahnya ke danau hitam, sedangkan Rose masih terdiam dibuatnya. Angin mulai datang kembali yang membuat rambut mereka ikut berterbangan seperti mereka sedang menaiki sapu terbang. Dan Rose hampir terpana melihat lelaki yang berada di sampingnya sekarang.

Rose, kau masih waras, bukan? Untuk apa sekarang kau di sini—bersamanya?

"Aku tahu aku tampan, Weasley."

Rose tertawa sinis. Ingin rasanya dia menendang Scorpius ke danau sekarang juga. Rose memalingkan wajahnya, "Untuk apa kau ke sini? Di sini tidak ada apa-apa."

"Aku ke sini karena kau."

Rose melongo mendengarnya. Kata-kata yang baru saja keluar dari mulut Scorpius terdengar sangat tidak waras ditelinganya. Tapi, kenapa jantungnya mulai berdebar tidak karuan? Aku pasti sudah gila, bukan? Batin Rose bertanya-tanya sendiri. Yang Rose rasakan saat ini adalah dia ingin pergi, tapi disatu sisi diri lainnya ingin tetap tinggal untuk mencari tahu apa yang akan Scorpius lakukan.

"Apa itu leluconmu, Malfoy? Sama sekali tidak lucu." Balas Rose mencoba untuk menyembunyikan rasa gugupnya. Bahkan sekarang dia tidak sanggup untuk melihat mata abu-abu yang masih betah menatapnya.

"Bagimu—tadi itu lelucon, ya?"

Rose yang tak tahan lagi mendengarnya langsung menatap manik Scorpius dengan berani—walaupun sedikit gugup, "Hentikan."

"Kenapa?"

Rose langsung bangun dari duduknya dengan cepat, takut kedua kalinya Scorpius akan menahannya lagi. Tapi, sebaliknya, Scorpius juga ikut berdiri seperti dirinya.

"Jangan dekati aku, jangan meledekku, jangan mengomentarku dan lainnya lagi," Kata Rose cepat. "Jangan buat jantungku berdebar. Kau tidak boleh masuk melewati garis hidupku, Malfoy."

"Kau—apa?" Scorpius memandangnya tak percaya. Rose mengigit bibir bawahnya, "Jantungku berdebar dengan sangat cepat setiap kau lakukan hal-hal tersebut!"

Keduanya terdiam setelah pengakuan Rose tadi—membiarkan angin meniup rambut mereka berdua. Mereka berdua saling berpandangan dan Scorpius tiba-tiba memegang tangan Rose erat yang membuatnya heran. Scorpius mendekatinya, menatap setiap inci wajah Rose dengan teliti, menyentuh hidung Rose yang berbintik dengan hidungnya. Scorpius bisa merasakan nafas Rose yang tidak terlalu teratur.

"Malfoy—" Perkataan Rose langsung terpotong saat bibirnya mendapati bibir Scorpius yang menyentuhnya. Kedua mata Rose membulat sempurna karena tidak percaya dengan apa yang Scorpius lakukan sekarang.

Ciuman pertamanya dicuri oleh Scorpius Malfoy ditepi danau hitam.


"Oh, Rose! Ini coklat yang kau pesan!" Saut James sambil memberikan sekotak coklat kodok yang Rose pesan. Rose langsung mengambilnya, "Terimakasih, James."

"Kau kenapa? Kau terlihat sangat aneh."

Rose langsung gugup dibuatnya, "Ah, tidak. Sepertinya aku tidak enak badan karena terlalu lama diluar tadi. Aku duluan, ya."

"Oh, hati-hati, Rose." Balas James yang masih memandangnya khawatir. Dia tadi tidak sengaja bertemu dengan Rose saat baru kembali dari Hogsmeade. Rose tadi berjalan sangat cepat dan raut wajah yang tidak bisa dibaca. James bertanya-tanya dalam hati sampai dia tidak sengaja melihat Scorpius yang berada lumayan jauh di belakang Rose. Ah, biarlah, batin James yang tidak mau ikut campur dengan urusan mereka.

Sedangkan Rose mencoba untuk bersikap santai seperti biasanya, tapi kenyataannya tubuhnya masih gemetar dan dia frustasi. Dia ingin kembali ke asrama secepat mungkin untuk mengirim coklat. Tapi, langkahnya terhenti ketika dia melihat sosok lelaki itu yang tak jauh darinya.

"Weasley." Rose langsung menghindari Scorpius yang mendekatinya. Rose memberontak ketika Scorpius menarik tangannya, "Lepaskan, Malfoy."

"Dengarkan aku—"

"Ini salah," Potong Rose cepat. "Semua ini salah, Malfoy. Aku tidak bisa. Seharusnya kita tidak begini."

"—dari dulu aku menyukaimu."

Rose ternganga mendengarnya. Dia tidak pernah memimpikan seseorang di depannya ini mengungkapkan rasa sukanya—yang intinya lelaki ini. Dari dulu dia selalu menghindari Scorpius dan tidak ingin terlibat atau masuk ke dalam garis hidupnya. Dari dulu dia hanya memandang Scorpius dari kejauhan dan selalu membuang muka ketika yang dipandang membalasnya. Dan sekarang—

"Jadilah pacarku."

—Scorpius menembaknya?

Perasaan apa ini?

"Apa kau sedang mempermainkanku, Malfoy?"

"Aku serius."

Rose semakin gugup dibuatnya. Matanya melirik tangan Scorpius yang masih memegang tangannya, "Tanganmu, lepaskan."

Scorpius melepaskan genggamannya tadi. Rose mengambil langkah mundur sebelum akhirnya dia menatap Scorpius dengan serius, "Kau serius? Ini bukan tantangan dari truth or dare atau komplotanmu sedang bertaruh—"

"Merlin—sebenci itukah dirimu denganku?" Rose terdiam. Apakah dia sangat membenci Scorpius? Apakah ini yang dia inginkan—menjauhi Scorpius, bertingkah seperti dia tidak peduli, memakinya dibelakang—apakah dia ingin seperti itu terus?

Rose menghela nafas berat, "Entahlah. Sepertinya Ayahku sukses membuatku seperti sekarang ini terhadapmu. Dia selalu melarangku untuk dekat-dekat denganmu atau berhubungan denganmu. Aku sudah berusaha semaksimal mungkin untuk tidak berurusan denganmu, Malfoy. Tidakah kau sadar?"

"Aku tahu. Kau pikir aku sebodoh itu sampai tidak menyadarinya," Rose tak percaya dengan jawaban Scorpius. "Tidakah kau ingin mencobanya? Untuk menyakinkan dirimu apakah ini benar atau salah—atau selama ini kita berdua menginginkannya tanpa menyadarinya."

"Kenapa kau bisa bilang seperti itu? Kita berdua?"

Scorpius tersenyum tipis, "Kau menyukaiku, dari dulu."

"Lucu sekali," Balas Rose memalingkan wajahnya. "Sifat percaya dirimu keterlaluan sekali, Malfoy."

"Lalu kenapa kau balas ciuman tadi?"

Rose membeku mendengarnya. Dia tidak bisa berkutik lagi walaupun cengiran Scorpius menghiasi wajahnya. Pipinya merah padam mengingat kejadian tadi. Buru-buru dia mencari alasan untuk menghindari Scorpius, "Aku harus pergi sekarang."

"Walaupun kau pergi, aku akan tetap datang lagi dan menanyakan jawabannya, Weasley—atau, Rose?"

"Jangan panggil aku seenaknya!" Rose langsung berjalan menuju asrama dengan cepat dan dia berharap Scorpius tidak mendengar debar jantungnya yang semakin tidak karuan setelah mendengar namanya dipanggil oleh Scorpius.

"—atau Rose?"

Rose ingin memaki dirinya sendiri saat suara itu masih terngiang-ngiang dikepalanya dengan sangat jelas.

BERSAMBUNG


Note tambahan :

Mau pada aku updatenya tiap hari apa? Jangan lupa juga tinggalin jejak! See ya.