Sebelumnya saya jelaskan dulu ya, ini ff saya bikin murni saya ambil dari salah satu mimpi - mimpi aneh saya. Saya sering banget nih mimpiin mimpi aneh yang panjang macem film gini, kadang mimpi satu ke yang lainnya nyambung, kadang kepecah - pecah. Salah satu dari sekian mimpi aneh yang masih terngiang - ngiang di kepala ya yang satu ini, sedikit menyeramkan tapi seru xD jadi kalau menurut kalian ini agak mirip sama suatu novel atau film atau ff lain dll gitu saya ga bermaksud plagiat ya, karena ini murni saya ambil dari mimpi saya. Oya, kalau hendak imagine disini: Sasuke dan teman - temannya itu umurnya sama seperti umuran mereka di seri Shippuden (remaja). Dan Naruto serta teman - temannya disini itu umurnya sama seperti umuran mereka di seri Boruto (sudah adult). Kalau ada question atau saran, feel free to approach me ^^

Nah, selamat membaca ff pertama saya xD maaf kebanyakan curhat, pft. Arigatou!

.

.

.


Title : The Day The World End

Genre : Fantasy, Romance, Adventure

Fandom : NARUTO

Characters : Uchiha Sasuke, Uzumaki Naruto, Suigetsu, Uzumaki Karin, Juugo, etc.

PAIRING : ALWAYS NARUSASU, Naruto x Sasuke

Rate : T for now

.

DONT LIKE, DONT READ. I'VE WARNED YOU~


" Semua terasa normal dan baik - baik saja, sebelum rudal itu meledak di udara dan menyebarkan partikel - partikel yang tersimpan di dalamnya. Partikel yang mampu mengubah seluruh penghuni bumi ke sosok mereka yang sebenarnya. Well, ya, dugaanmu benar. Tidak semua penghuni bumi merupakan 'manusia'. "


...

Pagi menjelang, menyingkirkan kabut serta udara dingin yang merayap menyelimuti kota Tokyo. Burung - burung kecil mulai bernyanyian, menyambut sang surya yang malu - malu memunculkan dirinya di ufuk Timur. Perlahan - lahan, hingga seluruh sosoknya terlihat dengan sempurna, memancarkan cahaya yang hangat. Menyinari wajah seorang pemuda yang tengah tertidur di sofa. Alis hitam yang terpahat dengan sempurna itu berkerut, menandakan bahwa sang empunya merasa terusik. Kelopak berhias bulu mata hitam indah tersebut mulai bergerak, memperlihatkan iris mata sehitam jelaga.

Sasuke, pemuda tersebut, mengerjapkan matanya beberapa kali, berusaha menyesuaikan penglihatannya dengan sinar sang mentari yang dengan seenaknya memasuki apartemennya. Ia mengedarkan pandangan ke sekelilingnya, mengumpulkan kembali nyawanya sambil menilai keadaan. Pakaiannya kusut, tasnya teronggok begitu saja di lantai, dan ia bahkan lupa belum menutup tirai jendela apartemennya. Pantas saja sinar matahari pagi ini terasa sangat mengganggu, pikirnya sambil mendengus. Sepertinya ia langsung tertidur setelah pulang dari kerja sambilannya semalam, tanpa ingat untuk mandi atau bahkan mengganti baju, makan, dan membereskan barang - barangnya.

Ia mengambil ponsel pintarnya yang tergeletak di meja nakas, dan mendesah pelan setelah melihat penunjuk jam yang disajikan benda pipih tersebut. 6.35. Ia hanya punya waktu 25 menit untuk menyiapkan diri sekaligus berangkat ke sekolahnya. Mendesah lagi, Sasuke meregangkan otot - ototnya yang terasa kaku dan kemudian beranjak ke kamar mandi sembari menguap pelan. Another boring day, batinnya malas.

12 menit setelahnya, ia sudah siap untuk berangkat ke sekolah, dengan sepotong sandwich tergantung di mulutnya. Ia menyambar dasi yang masih bersih dari lemari pakaiannya, kemudian mengenakannya dengan gesit di depan cermin. Untuk sepersekian detik, ketika memandang cermin lagi untuk mengecek ulang penampilannya, Sasuke seperti melihat iris matanya berwarna semerah darah dengan tiga titik menyerupai tanda koma aneh di sekelilingnya. Ia berkedip untuk memastikan penglihatannya, namun irisnya rupanya masih berwarna hitam, senada dengan warna rambutnya. Tidak mau ambil pusing, ia hanya mengedikkan bahu acuh kemudian menyambar tas sekolahnya dan bergegas memakai kaus kaki serta sepatu, lalu mengunci apartemennya.

Seperti biasa, Sasuke berjalan kaki dari apartemennya ke halte bis terdekat yang sekiranya memakan waktu 3 menit. Ia mengumpat lirih sambil menggapai tiang terdekat untuk dijadikan pegangan, lantaran kondisi bis yang penuh. Ia hanya bisa berharap semoga sekolahnya memundurkan jam masuknya entah karena alasan apa, atau bisnya bisa menempuh jarak 7 kilometer dalam waktu 10 menit, atau satpam galak penjaga gerbang sekolahnya sedang absen hari ini. Yang mana ketiganya mustahil. Ia menjedukkan dahinya ke tiang yang menjadi pegangannya dengan frustasi, lalu melihat keluar jendela bis untuk memandang langit. Bahkan langit hari ini terlihat sangat mendung, awan - awan gelap dan besar bergulung rata di sepanjang ia memandang. Tiba - tiba ia jadi merindukan cahaya mentari hangat yang membangunkannya tadi pagi.

Yang terjadi berikutnya sungguh diluar dugaan. Bis yang sudah ia tumpangi setiap pagi selama hampir 3 tahun, yang menurutnya memiliki supir yang bijaksana dan sangat berhati - hati, tiba - tiba mengerem dengan mendadak dan keras. Sangat mendadak, hingga beberapa penumpang yang berdiri hampir saja terjerembab ke depan. Sasuke sendiri nyaris terperosok karena tubuhnya terdorong penumpang yang berada di belakangnya. Ia kembali mengumpat kecil sambil sedikit berjinjit, mencoba melihat penyebab sang supir menginjak rem dengan sangat asal. Dari arah kanan, terlihat rombongan mobil besar yang membawa para angkatan militer, melintas menerobos lampu lalu lintas dengan sangat cepat. Suara sirine mobil polisi yang mengawalnya terdengar sangat nyaring, mengundang perhatian baik dari para pejalan kaki maupun kendaraan lain yang terpaksa berhenti karena rombongan tersebut. Jumlahnya tidak main - main, setelah mobil - mobil besar, mengikuti di belakangnya adalah 8 buah truk milik angkatan militer yang di dalamnya terdapat setidaknya 15 personil militer.

Para penumpang bis memandang dengan heran sambil berbisik - bisik, termasuk Sasuke. Situasi apa yang menyebabkan begitu banyak personil militer dikerahkan di pagi hari seperti ini? Meskipun bahaya memang bisa datang kapan saja dan tidak terprediksi, namun tetap saja hal semacam ini sangatlah jarang terjadi di Tokyo.

Lamunan Sasuke terganggu oleh suara peluit milik polisi pengatur jalan yang datang terlambat. Kemudian ia merasakan bis yang ditumpanginya mulai melaju kembali. Perasaannya tiba - tiba tidak enak, meskipun ia biasanya termasuk ke dalam tipe orang yang cukup acuh dengan sekelilingnya. Ia mengeratkan genggamannya pada tas sekolahnya, berharap tidak akan terjadi sesuatu yang buruk.

...

"Yo, Sasuke! Tumben sekali kau on-time hari ini. Biasanya kau sudah disini sejak pagi buta."

Sasuke yang baru saja duduk di kursinya dan tengah mengatur nafas refleks melirikkan matanya ke arah Suigetsu, sahabatnya yang menyebalkan itu. Sahabat? Ya, sahabat. Hei, dia tidak se-antisosial itu sampai - sampai tidak memiliki satupun sahabat dekat di sekolah.

"Apakah kau terlambat karena terlalu lelah bekerja semalam, Sasuke? Ah, yaampun. Kan sudah kubilang untuk tidak terlalu memaksakan diri!"

"Aku bisa menjemputmu kalau kau mau. Lagipula rumah kita masih searah."

Dan ujungnya, terdengar pula celotehan - celotehan lain dari kedua sahabatnya yang lain, Karin dan Juugo. Ya, mereka berempat adalah sahabat dekat sejak SMP, dan bisa masuk ke SMA yang sama pun merupakan kesengajaan yang memang mereka rencanakan. Keempatnya kini tengah duduk di bangku akhir sekolah menengah atas. Walaupun mulai disibukkan dengan berbagai macam pendalaman materi serta pembekalan untuk masuk ke universitas, namun mereka tetap berkomunikasi seperti biasa, bahkan terkadang jika sempat mereka akan bersenang - senang bersama di akhir pekan. Sasuke memandang ketiganya dengan singkat, kemudian mendengus geli dengan seulas senyum tipis yang manis. Ia bersyukur, karena semuanya terasa normal kembali seperti biasanya.

...

Pelajaran sejarah terasa berjalan sangat lambat. Bukannya bermaksud hiperbola, tapi menurut Sasuke, sensei Shizune hari ini benar - benar bicara dengan gerakan slow-motion. Ia pun tidak mendengarkan sama sekali. Buku catatannya masih bersih, meskipun tangannya sedari tadi menggenggam sebuah pulpen. Ia hanya menopang dagunya sembari menatap keluar jendela kelasnya, melihat langit yang masih saja terlihat gelap. Aneh, padahal pagi tadi sinar matahari benar - benar hangat dan menyenangkan. Seingatnya berita cuaca yang sempat didengarkannya di radio milik bis yang ditumpanginya tadi juga tidak memprediksi akan terjadi badai atau topan dan semacamnya.

"Sasuke."

Lagi - lagi lamunannya buyar ketika sebuah tangan menepuk bahunya. Ia menoleh dan mendapati ketiga sahabatnya tengah mengelilinginya dengan tatapan bingung. Ia sendiri balas menatap ketiganya dengan kerutan alis, seolah menanyakan apa mau mereka.

"Sudah waktunya istirahat, bodoh. Hee~ kau tidak memperhatikan sensei sama sekali ya?", tembak Suigetsu tepat sasaran.

"Kau itu yang bodoh, bodoh! Sasuke jadi begitu kan karena kelelahan bekerja sambilan. Dia itu mandiri, tidak seperti kau yang masih meminta - minta uang kepada orang tua!", timpal Karin seraya menuding - nuding wajah Suigetsu dengan jari telunjuknya.

"Whatever, ayo ke kantin, aku sangat lapar! Pagi ini aku terburu - buru tanpa sempat sarapan."

Sasuke hanya memandang diam kedua sahabatnya yang paling cerewet itu dengan tatapan tanpa minat, sementara Juugo masih setia berdiri di samping meja miliknya dengan tersenyum maklum.

"Aku sedang malas, dan tidak lapar. Titip susu saja."

"Baiklah!", sahut Suigetsu dengan cepat dan lekas menyeret Karin yang mulai protes karena Sasuke tidak ingin ikut ke kantin. Tampaknya ia tidak bohong mengenai dirinya yang belum sempat sarapan. "Bagaimana denganmu, Juugo?"

Yang ditanya hanya menggelengkan kepalanya pelan dengan seulas senyum tipis. "Aku disini saja dengan Sasuke, lagipula aku juga lupa belum mengerjakan tugas rumah bahasa inggris."

"Hee~ ya sudah, sampai nanti!", dan kedua sahabat cerewet itupun menghilang dibalik pintu kelas yang terbuka. Kini hanya ada Sasuke dan Juugo di dalam kelas. Siswa - siswi yang lain? Tentu saja ke kantin. Pada hari Jumat, kantin sekolahnya biasa mengadakan diskon yang lumayan untuk menu - menu tertentu, sehingga keadaan kantin akan lebih ramai daripada biasanya. Alasan itulah juga yang membuat Sasuke memutuskan untuk tetap di kelas saja.

Ia menatap Juugo yang menarik kursi di depannya untuk dihadapkan ke arahnya, kemudian mengambil buku tugas rumah bahasa inggrisnya dan mulai mengerjakannya di meja milik Sasuke. "Kalau kau kesulitan, tanyakan saja padaku.", ucap Sasuke kalem. Pemuda berambut oranye tersebut mengangkat kepalanya dan menatapnya senang, kemudian mengangguk dengan senyuman dan kembali mengerjakan tugasnya. Sasuke hanya tersenyum kecil sebelum memandang ke arah langit lagi. Keduanya pun tenggelam dalam keheningan.

Lima menit kemudian, ketika masih memandang langit yang suram, Sasuke melihat sesuatu ditembakkan ke langit. Benda itu berbentuk panjang dan besar, hampir mirip seperti sebuah rudal. Ia menyaksikan dengan ngeri ketika benda tersebut mencapai langit dan meledak. Bukan ledakan yang besar hingga menyebabkan runtuhnya bangunan di sekitarnya, namun hanya sebuah ledakan yang cukup menggetarkan gedung sekolah beserta isinya, seperti sedang terkena gempa bumi. Ia berpegangan dengan sisi meja miliknya sambil masih memandang ke arah ledakan rudal tadi. Apakah ini semacam simulasi militer? Kenapa tidak ada pemberitahuan sama sekali mengenai ini?

"Kau baik - baik saja?", Juugo menyimpan buku tugas miliknya dan menatap Sasuke dengan khawatir. Sasuke hanya mengangguk singkat dan kembali menatap ke arah langit.

Jika ia tidak salah lihat, setelah benda tersebut meledak, seperti ada semacam kepulan asap dari ledakan benda tersebut yang menyebar ke berbagai penjuru. Namun kini ia tidak melihatnya lagi. Apakah itu asap sisa ledakan? Jika benar, maka seharusnya asapnya tidak akan menghilang secepat itu. Sasuke mengernyit dengan bingung. Perasaannya tiba - tiba tidak enak lagi.

"Uhuk!", perhatiannya teralih ke arah Juugo yang sedang terbatuk dengan sangat keras. Ia terbatuk tanpa henti hingga tangannya ikut andil memukul - mukuli dadanya untuk meredakan batuknya.

"Kau kenapa?", Sasuke merasa sedikit panik dan menyambar tasnya dengan cepat untuk mengambil botol minumnya. Tidak biasanya Juugo terbatuk sampai seperti ini. Baru saja ia akan menyerahkan botol minum miliknya untuk Juugo, tiba - tiba tenggorokannya terasa tercekat. "Akh!"

Sensasi perih tersebut terasa sangat membakar kerongkongannya. Ia merasa seperti tengah menghirup sesuatu yang berbahaya, dan apapun itu yang dihirupnya, kini tengah menyebar ke seluruh organ tubuhnya. Sasuke bisa merasakan semua itu. Ia mencengkeram kerah seragamnya dengan sangat kuat, lantaran paru - parunya gagal mendapatkan pasokan oksigen. Botol minum yang sudah dibukanya terjatuh ke lantai, menumpahkan isinya. Berikutnya, tubuhnya menyusul. Ia terjatuh di lantai sembari terbatuk dengan sangat keras, matanya mulai berair karena ia tidak bisa mengambil nafas. Seluruh organ tubuhnya terasa sangat perih, terbakar dengan apapun itu yang dihirupnya.

Setengah menit kemudian, rasa sakit tersebut menghilang dengan tiba - tiba. Tubuhnya terasa normal, dan tenggorokannya tidak lagi terasa terbakar. Sasuke terbatuk lagi karena tenggorokannya berusaha meraup udara dengan sangat rakus. Kemudian ia merasa tubuhnya diangkat dan didudukkan di kursi miliknya.

"Sasuke! Kau baik - baik saja?", Juugo menatapnya khawatir dengan nafas terengah - engah. Sepertinya batuk mendadak yang menyerang sahabatnya itu juga telah pergi. Sasuke hanya mengangguk sembari mengatur nafasnya yang tersendat - sendat. "Ini, minumlah.", tawar Juugo dengan sebotol air minum miliknya. Lekas Sasuke menyambar botol itu dan meminumnya dengan rakus. Memalukan memang, karena yang tadinya bermaksud menawari minum adalah dirinya, namun kini dia
malah ditawari air minum.

"Apa - apaan yang tadi itu?", ujar Sasuke sambil menyerahkan botol tersebut kembali ke pemiliknya. Juugo hanya menggeleng singkat sebelum ikut meminum air mineralnya.

Baru saja keduanya merasa baikan, tiba - tiba terdengar suara senapan mesin yang sangat nyaring di depan sekolahnya. Sasuke buru - buru berdiri dan merapatkan tubuhnya ke arah jendela untuk melihat dengan lebih jelas, lantaran kelasnya berada di lantai 2. Diluar sana, terlihat tiga buah truk angkutan personil militer yang dilihatnya tadi di lalu lintas, terpakir dengan asal - asalan di jalanan. Mobil - mobil milik warga terlihat sangat kacau, beberapa bahkan berada dalam posisi terbalik. Dilihatnya satu per satu personil militer mulai melompat turun dari truknya dan mulai menembaki kawanan warga sipil. Sasuke hanya dapat melihat pemandangan yang tersaji di depannya dengan ngeri. Ia bahkan terlalu shock untuk mengeluarkan sepatah kata pun.

"Apa - apaan...?", Juugo yang menyusul di sampingnya juga terlihat sangat terguncang.

"Kau- kau lihat? Juugo, kenapa- kenapa mereka menyerang warga sipil?!", tanya Sasuke, ia bahkan tidak lagi peduli untuk menyembunyikan nada panik dalam suaranya.

"Bukan.. Bukan itu.", jawab Juugo, yang membuat sang pemuda raven menatapnya dengan kernyitan. "Bukan itu, Sasuke..."

Tangan Juugo terangkat dan jarinya menunjuk ke arah kerumunan warga sipil yang berlarian dengan ricuh ke arah para personil militer. Meskipun ditembaki berulang kali, namun mereka tetap berlari mendekat dengan brutal. Sasuke tidak mungkin salah lihat, matanya itu masih sehat. Ia jelas - jelas melihat warga - warga tersebut terkena tembakan beruntun, dan darah yang terciprat adalah darah berwarna hitam yang sangat kental, seperti lumpur. Beberapa personil militer yang lengah bahkan ditubruk oleh kawanan warga tersebut dan ditumbangkan. Kali ini Sasuke tidak ingin mempercayai penglihatannya. Ia melihat dengan jelas, warga - warga tersebut menggigiti dan memakan tubuh para personil militer hidup - hidup. Secara refleks bibir milik pemuda raven itu terbuka dan terlihat sedikit bergetar menyaksikan pemandangan mengerikan yang tersaji di depan mata kepalanya sendiri.

"Apa.. Apa yang-"

"Sasuke!"

Pandangannya beralih ke arah yang ditunjuk oleh sahabatnya. Kali ini ia merasa sangat, sangat panik dan kalut. Tepat di depan gerbang sekolahnya, warga - warga tersebut berdiri berjejeran dengan diam dan serentak menatap ke arah gedung sekolahnya, dengan bola mata yang sepenuhnya berwarna hitam, mulut ternoda dengan darah dan sisa organ tubuh, serta kulit sepucat mayat, yang dihiasi ceceran cairan kental berwarna hitam. Perlahan, seluruh warga tersebut membuka mulutnya dengan sangat lebar, memperlihatkan deretan gigi - gigi yang runcing. Detik berikutnya, Sasuke benar - benar tidak tau apa yang harus dilakukannya, tubuhnya serasa membeku karena shock bertubi - tubi. Di hadapannya, dilihatnya warga - warga tersebut mulai berlarian berhamburan masuk ke gedung sekolahnya dengan brutal, sembari membuka mulut bernoda darah milik mereka lebar - lebar.

Apa yang sebenarnya terjadi?

.

.

.


Yosh, segini dulu ya~ maaf kalau kurang atau malah kepanjangan ataupun boring, ini baru pembukaan soalnya xD oh iya, untuk momen narusasu disini belum ada dulu ya hahaha. Belum waktunya mereka ketemu(?) Nah, adakah kritik atau saran? Karna saya sendiri masih newbie dalam menulis ff, ini ff pertama sumpah xD masih perlu belajar dalam menulis haha~ dan saya ini adalah seorang big loser untuk urusan kasih judul, jadi yang punya saran judul, boleh bantu saya xD Any comment would be so precious to me ^^ sampai ketemu di chapter depan, ya. Bye!