Tok! Tok! Tok!
"Yoongi-ya! Bangun! Waktunya sekolah!"
"Yoongi-ya! Park Yoongi! Kenapa kau belum keluar juga?!"
Aku masih setia mengetuk pintu kamar anak tunggalku—Yoongi. Tapi anak itu tak kunjung keluar dari dalam kamarnya. Jangankan keluar, menyahut panggilanku saja tidak.
"Hyung? Apa tanganmu tidak pegal mengetuk pintu terus?" tanya istriku.
"Aku yakin, Yoongi pasti mengunci pintu kamarnya." Dengusku.
Aku melihat istriku memasukkan tangannya pada saku piyamanya dan mencari sesuatu. "Kau lupa? Kita 'kan punya kunci—" aku langsung menyambar kunci yang dipegang oleh istriku dan segera membuka pintu kamar Yoongi.
"Astaga... anak ini. Susah sekali membiasakanmu untuk bangun pagi" gumamku. Aku melangkah mendekati ranjang Yoongi.
"Yoongi-ya~" bisikku tepat di telinga kanannya.
"Yoongi-ya~"
"Ehmm~ aku masih ngantuk dad." Kata Yoongi lalu membalikkan badannya dan melanjutkan tidurnya.
"Tidak. Anak daddy tidak boleh malas sekolah. Ayo cepat mandi, lalu sarapan." Ucapku sambil menarik kedua tangan kecilnya untuk bangun.
"Daddy~ Yoongi mau poppo" dengan suara khas orang bangun tidur, Yoongi meminta sebuah ciuman dariku. Kedua matanya terpejam dan bibirnya sudah ia majukan.
Cup
"Hihi. Terima kasih, daddy! Yoongi sayaaang sekali sama daddy." Ucap Yoongi sembari memeluk leherku dengan wajah berbinar. Aku hanya tersenyum sambil mengusap punggung putraku dengan lembut.
.
.
.
Namaku Park Jimin. Aku adalah seorang pria berusia 27 tahun yang bekerja sebagai seorang manager di sebuah perusahaan di Seoul. Aku sudah mempunyai seorang 'istri' yang bernama Jeon Jungkook dan seorang anak laki-laki bernama Park Yoongi.
Aku cukup bahagia dengan dua orang yang sangat aku sayangi (setelah kedua orangtuaku). Jungkook adalah 'istri' yang manja, perhatian, dan sedikit cerewet. Aku menikahinya tepat setelah ia berulang tahun ke-22. Dan setelah setahun menikah, kami dikaruniai seorang anak laki-laki.
Park Yoongi...
Anak tunggalku itu memiliki paras yang terlampau manis. Karena kadar kemanisannya itu, sudah beberapa kali ia hampir diculik seorang pedofil.
Ia memliki sifat yang manja dan penurut. Yang aku sayangkan, ia bukan anak yang aktif. Guru-gurunya di sekolah berulang kali bercerita tentang betapa pasif-nya anakku itu. Salah satu buktinya, ia hanya memiliki dua orang teman yang bernama Hoseok dan Taehyung yang sifatnya berbanding balik dengan Yoongi-ku. Mereka anak yang ceria dan tidak bisa diam.
"Dad! Nanti jangan lupa jemput aku, ya! Kalau daddy tidak menjemput Yoongi, Yoongi mau tidur di rumah Taetae saja!" pinta Yoongi.
"Nanti daddy sendirian dong, kalau Yoongi tidur di rumah Taehyung?"
"Makanya, jangan lupa!" Yoongi menarik kedua pipi chubbyku dengan gemas.
"Baiklah baiklah. Daddy akan ingat untuk menjemput Yoongi. Oke?"
Yoongi tersenyum. Lalu mengecup bibirku sekilas dan segera berlari memasuki sekolahnya.
Yoongi mencium bibirku adalah hal yang sudah biasa. Tapi, aku pernah memperingatinya untuk tidak melakukan itu pada orang lain. Ia hanya boleh mencium bibir mommy dan daddy-nya.
Tapi...
Lama-kelamaan, aku merasakan hal aneh ketika mengingat bibirku dan bibir mungil Yoongi bersentuhan.
Jantungku berdebar dan... 'sesuatu' di selangkanganku sedikit menegang.
Tidak. Tidak mungkin.
Tidak mungkin 'kan aku bernafsu pada anak kandungku sendiri?
Kau akan tahu, apa yang yang akan terjadi padamu, Park Jimin...
A/n
Jadi, gimana menurut readers tentang ff Minyoon-ku yang pertama ini :"D?
Kalo mau aku lanjut, revew please
Kalo gak suka, tolong dengan sangat jangan menghujat : ) ) ngomong secara baik-baik ;)
