Your Unpredictable Smile.

(c) Chara by : Sorachi Hideaki

(c) Fanfic by : darktea13

Anime/manga : Gintama

Pairing : Gintoki x Hijikata

.

Hujan.

Cukup deras.

Tetapi, meski hujan deras ataupun badai salju, Hijikata tidak akan melepaskan target yang ia incar selama sebulan. Sebuah mobil hitam berlaju cepat setelah sang pengemudi yang sebenarnya adalah seorang buronan yang ketahuan telah bertransaksi sebuah narkoba jenis baru. Semua barang bukti pun masih berada dalam mobil sang pelaku.

Hijikata berlari cepat mengejar targetnya itu, ia melupakan segala kemungkinan bahwa tidak mungkin ia dapat mengejarnya sendirian. Sambil terus berlari, ia menelepon markas Shinsengumi, tetapi tidak ada seorang pun yang menjawab.

Energi Hijikata lama kelamaan mulai habis, akhirnya dengan berat hati ia memutuskan untuk berhenti. Napasnya sangat tidak beraturan. Tidak ada wajah puas ataupun datar yang muncul di muka sang Komandan Iblis ini, yang ada hanyalah benci, kesal, dan amarah yang tergambar pada muka Hijikata. Tidak ada umpatan yang keluar dari mulut yang berbau rokok itu, amarahnya hanya ia simpan seorang diri.

Hijikata menatap langit yang sudah mulai gelap. Cukup lama ia mengejar sang pelaku, tetapi hasil yang ia dapat adalah nihil. Hijikata pun berjalan pelan tanpa kata-kata. Beberapa meter dari depannya, terdapat sebuah restoran udon yang cukup kecil. Cahaya remang-remang terpancar dari dalam ruangan.

Sejak sarapan tadi pagi, aku belum makan. Ya sudahlah, saatnya mengisi perut dahulu.

Batinnya.

Hijikata membuka pintu yang cukup lapuk oleh usia, lalu memilih kursi paling pojok yang berhadapan dengan kompor pegawai. Sejenak ia melihat menu yang ada, lalu ia pun memutuskan untuk memesan udon dan teh.

"Pak, ud—" ucapan Hijikata terputus.

"PAK, SAYA PESAN SAKE LAGI!" teriak seseorang yang baru saja keluar dari toilet restoran tersebut.

Refleks Hijikata memalingkan pandangannya kepada orang tersebut.

Seorang samurai, berambut perak serta kimono putih bermotif biru yang bagian lengan kanannya tidak rapih karena dibuat terbuka. Tatapan malas setelah mabuk tergambar pada mukanya yang kusut. Sakata Gintoki.

Hijikata langsung memasang wajah kesal. Baginya, hari ini adalah hari paling sialnya. Hijikata pun memutuskan untuk mengabaikannya, lalu memesan pesanan yang ia inginkan tadi.

"Lho, Hijikata-kun?" Gintoki duduk di sebelah kursi Hijikata.

"Pergi sana, aku sedang tidak mood melihat mukamu yang menyebalkan itu," Hijikata memasang wajah acuh.

"Oi-oi, aku kan hanya bertanya baik-baik. Dasar, pantas saja kau tidak memiliki teman," Gintoki berkata cukup keras.

"HAH? Aku bisa berteman dengan siapa saja, tetapi tidak denganMU." Hijikata terpancing oleh omongan Gintoki. "Pergi sana!"

"Hei, aku daritadi memang sudah duduk di sini, ya. Aku tadi hanya ke kamar mandi," ucap Gintoki sambil menunjuk mangkuk kotor serta gelas yang setengah berisikan sake.

Hijikata hanya menghela napas.

"Ini pesanan Anda," pegawai restoran memberikan pesanan Hijikata.

"Terima kasih,"

Hijikata langsung memakan udon dengan lahap hingga habis karena sejak sarapan ia belum memakan apapun. Lalu ia meneguk tehnya.

Gintoki yang setengah mabuk hanya memperhatikan Hijikata yang memakan udon dengan rakus. Terlihat bahwa ia sedang sangat kelaparan.

"Oi, kau hanya minum teh?" tanya Gintoki

Hijikata menatapnya sinis sambil mengangguk.

"Mau sake?" Gintoki menunjuk bekas sake yang tinggal setengah yang tadi ia minum.

Hijikata menatapnya dengan jijik. "Tidak usah. Lagi pula aku sedang tidak mood untuk minum, apalagi bekasmu,"

Pegawai restoran memberikan pesanan sake yang tadi Gintoki pesan.

"Tunggu, kau pikir aku akan memberikan bekas sake ku tadi padamu? Tentu saja yang baru, dasar jorok." Gintoki mengernyitkan kedua alisnya.

Hijikata malu karena salah mengira, lalu ia pun menggelengkan kepalanya. "Aku tidak bermaksud—"

Tiba-tiba, Gintoki memegang rahang Hijikata sambil menekannya dengan cukup keras dengan tangan kanannya, sehingga mulut Hijikata terbuka cukup lebar. Gintoki langsung meminumkan sake yang setengah gelasnya itu dengan menuangkannya kedalam mulut Hijikata hingga habis.

Hijikata langsung menelan sake tersebut.

"Oi, apa yang kau lakukan, hah?!" teriak Hijikata.

"Hm? Ku pikir kau lebih suka bila kau meminum bekas sakeku," Gintoki menjawab dengan enteng sambil menggoda Hijikata,"Atau apa? Yang biasanya diucapkan orang lain itu.. ciuman tidak langsung?"

Pipi Hijikata memerah, Gintoki langsung menyadari itu.

"Eh? Aku bercanda, kok. Apa kau menganggapnya itu seri..us?" Gintoki memasang wajah paniknya, ia salah tingkah.

Hijikata menutup mulutnya dengan tangan kanannya, lalu memalingkan pandangannya. "Tentu saja tidak,"

Gintoki yang melihat pemandangan tersebut sontak kaget. Tiba- tiba, jantungnya berdegup dengan cepat. Ia menyipitkan pandangannya sambil tersenyum.

Haha, lucunya.

Gintoki memukul meja, lalu berkata,"Ya sudah! Karena kau sudah minum, ayo kita minum-minum saja!"

Hijikata memasang raut wajah bingung. Tapi seiring berjalannya waktu,

Ia menikmatinya.

.

Pukul 11 malam, si rambut perak dan rambut hijau baru keluar dari dalam restauran tersebut dengan keadaan mabuk. Mereka saling merangkul pundak sambil berjalan tak beraturan.

"Hijikata.. hik –kun, tadi sebelum aku kemari, aku melihatmu mengejar hik sebuah mobil," ucap Gintoki.

"Ah.. tadi aku mengejar seorang hik buronan narkoba, tapi tidak dapat ku tangkap," jawab Hijikata.

"Kau masih kesal, ya?" tanya Gintoki.

"Tentu saja, bodoh!" Hijikata makin kesal.

Gintoki tersenyum, "maka berteriaklah,"

Hijikata tidak mengerti. "Memalukan."

"Kalau kau kesal, teriaklah!" Gintoki memaksa.

"Ti—"

"TERIAKLAH!" ucap Gintoki makin keras. Hijikata terdiam.

Hijikata menarik napas.

"BURONAN SIALAN, AKU PASTI AKAN MENANGKAPMU! LIHAT SAJA NANTI!" teriak Hijikata keras.

Hijikata mengatur nafasnya yang ngos-ngosan. Ia kaget.

"lho? Rasanya... lega," ucap Hijikata.

Gintoki tersenyum hingga giginya nampak. "Ya kan?"

Mata Hijikata terbelalak melihat wajah Gintoki.

Manis. Batinnya.

Hijikata menutup setengah matanya dengan tangan kirinya.

"Ya.. kali ini kau benar.."

.

.

Hijikata terbangun, ia melihat jam yang menunjukkan pukul 7 pagi. Hijikata memegang kepalanya.

Sial.. kepalaku sakit.

Hijikata berjalan ke toilet Shinsengumi lalu membasuh wajahnya dengan air.

Tadi malam.. aku tak ingat banyak. Aku hanya minum sake bersama orang itu lalu pulang, kan?

Hijikata berjalan kembali ke kamarnya untuk mengganti bajunya dengan seragam Shinsengumi. Tiba-tiba, ia terhenti.

Wajah Gintoki yang sedang tersenyum manis itu tiba-tiba muncul di pikirannya.

Ah... si sialan itu..

"Hijikata-san," dari belakang, terdengan suara Okita Sougo.

Hijikata langsung menoleh pada sumber suara tersebut.

"Tadi malam, kenapa kau tidak ikut rapat Shinsengumi?" tanya Sougo.

Hijikata terkejut. Ia sangat lupa bahwa semalam adalah jadwal untuk rapat, bukannya ikut rapat, ia malah sednag bermabuk-mabukan dengan seseorang yang ia amat sangat benci itu.

"Y-ya, semalam aku sedang mengejar buronan narkoba itu," jawab Hijikata setengah berbohong. "Ngomong-ngomong apa ada yang memberitahu alasan aku tidak dapat ikut rapat?"

"Oh, buronan itu. Alasan? Oh, itu aku," ucap Sougo,"Aku mengatakan kalau Hijikata-san sudah mati, sih. Dan setelah itu, semua langsung merayakannya,"

Hijikata memasang wajah kesalnya, lalu kembali berjalan.

"Oh iya, Hijikata-san! Berdasarkan hasil rapat semalam, nanti siang kita semua akan ke kota sebelah untuk mengincar para penyelundup senjata ilegal," jelas Sougo yang telah Hijikata tinggal.

"Siang ini? Oh.. ok," jawab Hijikata singkat.

Kondo Isao melihat Hijikata yang masih mengenakan kimono hijaunya, lalu menyapanya.

"Toshi, tumben-tumbennya kau masih belum berganti seragam? Setelah ini akan ada patroli pagi, jadi segeralah,"

Hijikata hanya mengangguk.

.

.

"Jangan,"

Hijikata terkejut melihat si perak itu tiba-tiba muncul dari gang sempit ketika Hijikata sedang berpatroli pagi.

"Apanya?" Hijikata bingung dengan perkataan Gintoki.

"Jangan pergi ke kota sebelah," jawabnya.

Hijikata mengerutkan kedua alisnya,"Apa maksudmu? Ini tugas, bodoh. Dan kau bukan atasanku yang berhak untuk mengaturku,"

Gintoki terdiam sejenak.

"Kalau aku memberi tahu alasannya, kau pasti takkna percaya," ucap Gintoki dengan nada seriusnya.

Hijikata menghela napas. "Yorozuya, jangan main-main,"

Gintoki melangkah satu langkah ke hadapan hijikata, lalu membisikkan sebuah kalimat.

Hijikata diam membeku mendengar bisikan Gintoki. Entah itu benar ataupun bohong. Tetapi dari raut wajah dan suara Gintoki, ia terlihat sangat serius.

"Kau akan mati,"

Hijikata langsung menarik kerah baju Gintoki, mencengkramnya lalu mengangkatnya sambil bertanya,"Apa maksudmu? Kau tahu dari mana?!"

Hijikata melepas cengkramannya sambil menyetabilkan emosi kebingungannya.

Gintoki menyipitkan matanya sambil tersenyum kecil.

"Kau bisa mengambil salah satu keputusan. Yang pertama, kau tidak ikut ke kota sebelah,"

Hijikata melebarkan matanya, memelototi Gintoki.

"Yang kedua?"

Gintoki terdiam sejenak, lalu melanjutkan kalimatnya.

"Yang kedua, aku ikut bersamamu,"

-TBC- ;)

/ Vote, REVIEW, dan Share sangat membantu! / see you next chapter~ :DD