CIC FANFIC SHARE

.

.

.

-oOo-

.

.

"The Greatest Spirit"

A fanfic by Salasika16

.
.

-oOo-

.
.

Main Cast : Chanyeol x Baekhyun

Category : Boys Love

Genre : Romance, Fantasy, Crime

Length : Chaptered

Rate : M

Summary: Baekhyun berjanji akan membayar berapapun yang Chanyeol minta.

Asalkan laki-laki itu mampu membuatnya hidup kembali.

.

.

.

Happy Reading

.

.

.

Seoul, kota gemerlap yang dipenuhi gegap gempita metropolitan. Hampir dua puluh empat jam tak pernah beristirahat. Matahari terbit bukanlah awal dan begitu pula dengan matahari terbenam. Seoul tidak mengenal apa itu awal maupun akhir. Seoul serupa aliran darah manusia yang terus mengalir, terus hidup, terus melaju.

Menuju kepada sebuah bangunan cukup mewah. Berukuran tak seberapa besar, namun terukir dengan design elegan nan perabotan yang berkelas. Rumah itu bernuansa kelabu, dengan lampu kuning di beberapa sudut. Menjelaskan ketenangan dan kedamaian. Atap kokoh serupa barisan prajurit itu tegar menaungi sosok di bawahnya. Meringkuk di balik selimut tebal berwarnakan kapas.

Mata sabit itu terpejam damai. Kelopaknya menyatu sempurna, terkunci oleh apa itu rasa kantuk dan lelah. Bahunya naik turun teratur, mempertegas seberapa nyenyak tidur laki-laki itu sekarang.

Byun Baekhyun, remaja berusia 18 tahun yang baru saja menyelesaikan ujian akhir sekolah. Si keras kepala yang sedikit angkuh namun tetap memegang teguh apa itu nilai kebenaran dan selalu merasa dirinya sudah dewasa. Tentu, umurnya saja sudah berteriak seberapa dewasanya dia. Remaja dengan letupan-letupan hasrat dan emosi, itulah Baekhyun yang sebenarnya.

Memasuki pukul enam sore, dan bahkan dia belum mandi. Tidak. Jangankan mandi, melepas seragam sekolahnya saja dia belum sempat. Hari ini sekolah mengadakan bakti sosial dan apalah daya anak laki-laki ini yang merupakan ketua panitia, harus mencurahkan segala tenaga demi kelancaran acara. Tapi bagaimanapun juga, kewajiban tetaplah kewajiban. Seberapa banyak-pun dia menyimpan umpatan-umpatan itu di ujung lidahnya, mereka tidak akan banyak membantu.

Beeeepppp

Dan apalagi sekarang dengan ponsel Baekhyun?

'Iblis Calling'

Oh, ponsel sialan dengan penelepon yang lebih sialan.

"Halo."

"Hai, manis. Sedang apa?"

Baekhyun ingat kalau Korea masih negara hukum. Sepersekian detik ia memikirkan hukuman macam apa jika dia akan melakukan pembunuhan berencana untuk laki-laki di ujung sambungan ini.

"Mencari cara untuk membunuhmu."

"Oh, Apa itu semacam kata lain dari 'aku merindukanmu'?"

Suara di ujung telepon agak terkikik, dan alunan tawa itu hanyalah segelintir neraka kecil untuk Baekhyun.

"Yeah. Kapan kau mati?"

"Camping bersama hari Minggu besok. Bagaimana menurutmu?"

Itu Kris, dia selalu memiliki pemikiran yang aneh. Lelaki itu lebih tua 4 tahun dari Baekhyun tapi kedewasaanya perlu dipertanyakan. Selain menyebalkan, Kris juga menyebalkan. Oke, ternyata itu sama saja. Kris memang menyebalkan, tapi anehnya dia mampu membuat dirinya menjadi tangan kanan Tuan Byun. Usaha retail milik Tuan Byun hampir separuh saham dipegang oleh laki-laki keturunan China-Kanada itu. Baekhyun tak pernah ambil pusing. Kris cerdas dengan caranya sendiri, dan dia hanya seperti-pengganti-ayah-untuk-sementara di perusahaan. Setidaknya, itu yang Baekhyun ketahui.

"Tidak menarik."

"Ya, kau lebih menarik. Ayahmu yang merencanakannya, dia menyuruh kita untuk, yeah menghabiskan waktu bersama mungkin." Baekhyun tidak ingat kalau kaos kaki sepak bola-nya masih melekat di kedua kakinya.

Jam tujuh malam dan dia masih belum beranjak dari seragam sekolahnya. Baekhyun termenung di depan kulkas, ponsel masih menempel manis di pendengarannya. Baekhyun mulai cemas dengan ingatannya yang mengatakan bahwa ayahnya tidak suka dibantah. Jika apa yang keluar dari mulutnya adalah lingkaran, maka Baekhyun juga harus membuat lingkaran. Sang ayah memiliki bagian yang sangat dominan di dalam hidupnya. Dan Baekhyun belum memiliki kekuatan apapun untuk melawan, atau setidaknya mengatakan tidak.

"terakhir kali aku memeriksa, dia itu masih ayahku."

"Ya, dia memang ayahmu. Jadi, besok aku jemput jam 6 pagi. Bye, sweety!"

"Bye, keparat!"

PIP

.

.

.

Baekhyun hanya ingat sekali, beberapa bulan yang lalu dia pernah mengatakan bahwa Kris adalah orang yang bodoh dalam merencanakan liburan. Terakhir kali dia menghabiskan liburan paksa dengan Kris di pantai Haeundae, Baekhyun harus pulang dalam keadaan sekarat karena digerogoti rasa bosan. Kris benar-benar payah dalam hal bersenang-senang.

"ini tidak akan lama jadi bisakah kau membuat bibir kecilmu itu sedikit melengkung? Itu akan sangat membantu, Baek."

Baekhyun membuat lengkungan itu turun, dan bukannya naik membentuk senyuman seperti apa yang diminta Kris.

"Tidak tidak, bukan yang seperti itu."

"Bisakah kau diam dan hanya menyetir?"

"Baekhyun bisakah kita kali ini hanya bersenang-senang?"

"Begini'lah caraku bersenang-senang." Baekhyun menaikan kedua kakinya ke atas dashboard mobil dan memutar musik di radio dengan volume tinggi.

Menjadi anak baik bukanlah gaya Baekhyun. Terlepas dari seberapa mengerikan ayahnya, menjadi bebas adalah apa yang berhasil membuat Baekhyun merasa candu. Hidupnya bukan hanya untuk mengangguk patuh pada sang ayah. Baekhyun secara otomatis mencari cara bagaimana sisi lain dari dirinya juga bisa hidup. Dan semua kesenangan itu terlalu berlawanan dengan dirinya pada saat menjadi 'Baekhyun si anak penurut'

"Ya. Terserah kau saja, manis." Kris beralih menatap jalanan setelah sedikit mengusak rambut dark brown Baekhyun.

Terkadang Baekhyun merasa bingung dengan apa yang ada di dalam kepala laki-laki di sampingnya ini. Sejak lima tahun bekerja untuk ayahnya, Baekhyun tak pernah bersikap baik pada lelaki China itu. Beberapa kalimat sarkas dan kasar terkadang menjadi menu sehari-hari. Bukan tanpa alasan kenapa Baekhyun begitu membenci Kris, remaja tanggung itu begitu menyembah firasatnya yang mengatakan bahwa Kris hanya ingin merebut perusahaan ayahnya.

Si kecil berambut coklat itu bahkan pernah bertanya langsung tentang kenapa dia bisa sangat menurut kepada ayahnya, yang bahkan bisa lebih kejam daripada Hitler. Dan betapa Baekhyun mengutuk jawaban Kris waktu itu, seolah adalah neraka paling buruk jika Baekhyun sampai saja tersenyum setelah mendengar apa yang Kris katakan.

"Itu karena ayahmu sudah seperti ayahku sendiri."

.

.

.

Air terjun Yongso bukanlah yang terburuk di Korea, malah merupakan salah satu destinasi wisata yang cukup menyenangkan. Baekhyun bisa melihat sebuah kolam berbentuk bulat dengan dasar pasir putih tulang dan batuan yang juga berwarna senada, digenangi air yang teramat bening. Seutas senyum tipis terukir di bibirnya, hal yang tadi sempat menjadi request Kris selama menyetir. Dan diam-diam, Kris sudah mendapatkannya.

Mereka berdiri di atas sebuah batu di pinggiran air terjun dengan sedikit genangan air menelan beberapa centi sepatunya. Percikan kecil air yang mengenai wajah Baekhyun terasa menggelitik. Ini sudah siang, matahari tepat berada di puncak kepala, namun Baekhyun merasa begitu dingin di dalam. Kris, kali ini cukup berhasil membuat Baekhyun menemukan cara baru untuk bersenang-senang.

"Jadi, dimana kita akan mendirikan tenda?"

Itu Baekhyun, dengan senyuman seribu watt. Betapa sihir air terjun Yongso yang begitu agung, mampu membelokkan mood Baekhyun dalam sekejap. Si kecil menengok ke beberapa arah mencari permukaan landai guna mendirikan tenda. Dan tanpa disadari, Kris tertular senyum manis remaja tanggung di sampingnya.

"Kau terlihat senang. Kita dirikan dimanapun kau mau, manis."

"Yah, ini cukup menyegarkan. Bagaimana menurutmu dengan sebelah sana?"

"Pilihan bagus!"

Mendirikan tenda bukanlah hal yang sulit selama Kris ada di sampingmu. Dia memegang banyak kendali dalam hal perakitan, dan Baekhyun lebih banyak bekerja dengan mulutnya.

Pertama…

"Apa tidak bisa lebih besar?"

Kedua…

"Kris kenapa alas tendaku sangat tipis?"

Selanjutnya…

"Hey, seharusnya tendaku menghadap ke air terjun!"

Mulut Baekhyun yang terhormat.

Baekhyun jauh lebih suka mengomentari daripada beraksi. Bagaimana bisa remaja tanggung itu bahkan menganggap bahwa Kris tidak jauh lebih baik darinya dalam segala hal? Dan keadaan seperti itu bertahan hingga dua jam kemudian. Dua buah tenda dan satu perapian di tengah sudah berhasil dibuat. Kris duduk bersandar di sebuah batu seukuran tubuhnya, sedikit lebih besar, sambil menatap langit kemerahan.

Sudah menuju larut malam, dan mereka belum memasukan benda apapun ke dalam perut masing-masing. Ini adalah camping pertama mereka, dan semua hal berjalan tanpa rencana. Termasuk tentang siapa yang akan masak atau minimal memenuhi kebutuhan perut. Keduanya adalah laki-laki, siapa yang berani berharap salah satu dari mereka bisa memasak? Dan jangan lupakan tentang segala fasilitas yang diberikan oleh alam liar. Memimpikan kompor saja, itu adalah haram.

"Hey Buddy, tidakkah kau lapar?" Baekhyun yang tengah memegang permukaan perutnya itu bersuara dari dalam tenda.

"Siapa yang kau panggil 'Buddy?" Langit semakin menjingga. Kris merasa mulai dikalahkan oleh lelah.

"Kau, anjing peliharaan ayah."

Entah kenapa, kalimat Baekhyun membentuk senyum sarkas di bibir yang lebih besar. Kris menutup mata, tak menjawab Baekhyun dan lebih memilih untuk sedikit beristirahat. Hari ini sudah cukup untuk segala perdebatan dan sikap dingin dari Baekhyun. Matanya terpejam, menikmati semilir angin sore membelai wajah tampannya. Ya, Kris memang tampan dan Baekhyun tak pernah menyangkal itu.

Bukankah seorang penjahat seharusnya memang memiliki nilai plus? Minimal otak yang cerdas untuk melancarkan segala aksinya. Dan apa yang Kris punya adalah wajah mendekati sempurna itu.

"Buddy?"

Wajah mungil mengintip keluar, bola mata serupa kancing baju itu bergerak mencari dimana Kris berada. Keadaan sudah agak gelap, dan udara semakin dingin. Setidaknya, Kris harus tidur di dalam tenda jika ia masih ingin hidup agar perusahaan ayahnya tetap jatuh ke tangannya. Atau mungkin, dia berjalan berkeliling?

"Kris kau ada dim- hmmpp!"

.

.

.

Baekhyun tidak ingat kalau bangun tidur bisa terasa semelelahkan ini. Ia juga tidak ingat kalau di dalam tendanya ditumbuhi ilalang panjang dan beberapa ranting pohon yang lumayan besar. Baekhyun mencoba bergerak, tapi sesuatu di kakinya menjerat, sedetik kemudian laki-laki kecil itu tersadar. Dia ada di bibir jurang. Seluruh tubuhnya terasa perih, serupa baru saja di seret di permukaan berbatu. Bahkan kini tenggorakannya terasa kering walau hanya untuk berteriak minta tolong.

"K-Kris!" Lelah tak bisa dihindari, mata Baekhyun terasa berat bukan main. Tapi disisi lain, dia harus tetep terjaga, setidaknya sampai bantuan datang. Yah jadi dimana Kris keparat itu?

"Baekhyun!" itu dia.

Kris mencoba menggapai bagian tubuh Baekhyun yang terdekat. Kris harus cepat jika tidak ingin pegangan Baekhyun direrumputan itu terlepas, karena nyata'nya kesadaran Baekhyun perlahan terkikis. Mata sabit mungil itu memburam, Kris terus berteriak agar si mungil tetap membuka matanya namun Baekhyun lolos.

Kris tidak dapat menggapainya bahkan sampai titik terakhir Baekhyun berusaha meneriakan namanya dengan tenaga terakhir. Dan tubuh itu terguling kasar dengan sungai aliran air terjun Yongsa sebagai tujuan akhir.

"BAEKHYUNN!"

.

.

.

Saat menginjak usia ke 13 tahun, Baekhyun pernah menangis dengan ujung sabuk ayahnya yang terus menyapa betis kakinya. Wajahnya merah tak tertahankan, airmatanya menggenang di pelupuk. Tak berani bertindak walau hanya untuk sekedar menumpahkan air mata itu, tak ingin ayahnya merasa menang karena telah berhasil membuat anaknya menangis. Baekhyun tak suka kalau harus menjadi pihak yang kalah, orang menang adalah orang yang berhasil.

Dan Baekhyun bahkan tak pernah merencanakan kegagalan apapun dalam hidupnya. Termasuk untuk terus membuat ayahnya kalah, dalam segala aspek. Baekhyun harus menang.

"Katakan 'ampun' maka aku akan melepaskanmu."

Tidak pernah terdengar kata itu. Baekhyun terlampau gengsi untuk memohon kepada ayahnya walau hanya sekedar rasa belas kasih. Dia laki-laki dengan harga diri yang begitu tinggi dan terhormat. Seperti yang diajarkan ayahnya sejak dulu.

"Katakan!"

"Baekhyun, aku tak pernah mendidik anakku untuk menjadi orang bisu!"

"Mohon ampuni dia, Tuan." Suara Kris untuk pertama kali menyapa gendang telinga Baekhyun. Mata merahnya menatap tubuh menjulang itu di ambang pintu, menatapnya balik dengan wajah yang meneriakkan kesedihan.

Dan wajah itu terus terus terbayang, betapa potongan-potongan nya terlampau jelas berputar di kepala Baekhyun. Dan perlahan mendorong matanya untuk terbuka.

Hal pertama yang dia liat adalah atap kayu. Dengan beberapa kayu lain menjadi temboknya, ini bukan gubuk. Lebih pantas disebut bangunan permanent karena tidak ada celah sedikitpun disana. Baekhyun bangkit, duduk dengan termenung yang agak lama. Dia memandang telapak tangannya, pergelangan tangan, lengan dan kedua kakinya yang utuh. Semua baik-baik saja. Kepalanya, dia meraba seluruh bulatan kepalanya dan itu juga utuh.

Kaki mungil itu memijak lantai, dan semua semakin membingungkan karena semua hal terasa normal. Baekhyun seharusnya menerima sedikit sakit kepala atau kaku di beberapa bagian tubuhnya mengingat keadaan terakhirnya kemarin. Tapi, ini semua bukan hal yang bisa Baekhyun prediksi, ini diluar nalar. Baekhyun bahkan merasa dia lebih dari kata sehat.

Kaki itu berlari kecil, mencari pintu keluar dan melihat apakah dia memang ada di surga. Sedikit munafik, Baekhyun sebenarnya tak diperbolehkan membayangkan surga mengingat betapa banyak hal buruk yang telah dia lakukan. Dan hal yang dia lihat adalah selayaknya halaman rumah pada umumnya. Tanah kemerahan dengan beberapa batuan membentuk jalan setapak, beberapa tanaman bunga berada di samping kanan dan kiri. Ini indah, menyerupai surga.

Matanya berkeliling, menatap hamparan pepohonan hijau yang berbaris rapi entah bagaimana. Dan di sudut sana, Baekhyun menemukan seseorang berjongkok membelakanginya. Mengenakan topi bercocok tanam dengan sepatu boot besar melindungi kakinya dari lumpur. Baekhyun tahu dengan cepat kalau itu sosok laki-laki, terlihat dari bentuk bahunya yang lebar.

Tiba-tiba seorang laki-laki lain datang, menepuk bahu lelaki yang agak lebih besar dan keduanya langsung berbalik menatap Baekhyun. Jadi sekarang apa? Baekhyun ada di rumah dua orang laki-laki asing yang dari jauh terlihat begitu mengerikan? Uh, dan siapa yang menyuruh mereka berjalan mendekat dengan begitu cepat seperti itu?

"Park, kau menakutinya." Lelaki yang sedikit lebih kecil menahan bahu yang lebih besar saat Baekhyun terlihat melangkah mundur dengan wajah mengantisipasi.

"Jangan takut, kami bukan orang jahat." Baekhyun baru tahu bagaimana tatapan seorang laki-laki bisa terlihat begitu melumpuhkan dengan mata bulat serupa milik kelinci. Dan suara berat itu…

"Siapa namamu?" Ya Tuhan suara berat itu…

"Baek-Baekhyun." Keduanya otomatis terdiam, beberapa menit memandangi wajah si mungil yang terlihat begitu tegang.

"Park, dia tidak berkedip."

"Hey, kau mendengarku?"

"Hey sobat, katakan sesuatu."

"Apa aku ada di surga?" Bukankah mahluk-mahluk mempesona hanya diperbolehkan Tuhan untuk berkeliaran di surga saja? Setidaknya itu yang Baekhyun tahu…

Kedua lelaki itu saling menatap dalam diam, hanya sedetik lalu si pemilik suara berat menatap yang paling mungil dengan teduh. Dan wajah apa itu? Kenapa dia memasang wajah geli?

"Aku tahu kau sudah mati, tapi kau belum ada di tahap itu, jadi kita masih ada di bumi."

Apa? Mati? Siapa yang sudah mati?

"Apa maksutmu?" Baekhyun tak memutus kontak mata dengan mata besar kelinci di hadapannya.

Lelaki itu sedikit menunduk, membuat bibirnya segaris tipis dan membuang nafas berat. Baekhyun juga pernah melakukan hal serupa, seingat'nya itu dia lakukan saat dia merasa hampir putus asa.

"Sehuna, tolong bantu aku."

"Aku tak begitu yakin ini akan bekerja, Park."

"Apa? Kenapa?" Baekhyun cukup muak walau hanya untuk mendapat tatapan serius dari kedua lelaki asing di hadapannya.

"Sobat, ini mungkin akan terdengar seperti omong kosong, tapi dengarkan aku baik-baik. Dua hari yang lalu kami datang kesini, berniat untuk berlibur dan-"

"Sehun intinya saja!" Suara berat itu memotong, mengagetkan dua orang lainnya.

"Aku tidak tahu kau sudah menyadarinya atau belum tapi pada dasarnya, kau itu-"

"-sudah mati."

.

.

.

[AN]

Bisakah seseorang memberitahuku apakah aku harus melanjutkan cerita ini atau tidak? ^^