SINLAIRE and THE DUNGEON

Pairing: SasuSaku, NaruSaku

Genre: Adventure, Friendship, Romance, Fiction

AU, OC, OOC, cerita fantasi yang teramat gaje…

RnR please.. ,"

ERAGON – THE INHERITANCE CYCLE © Christopher Paolini

NARUTO © Masashi Kishimoto

SINLAIRE and THE DUNGEON ©

CHAPTER 1

Sakura Haruno = Sherry

Naruto Uzumaki = Kevin

Tsunade = Mistral

Orochimaru = Darker

Sasuke Uchiha = Jason

Silhouette = Queen of Sinlaire

Marionette = Queen of The Dungeon

Sinlaire adalah surganya makhluk fantasi dari seluruh pelosok dunia seperti elf, kurcaci, naga, unicorn, Pegasus, peri, Nymph, malaikat, dan dewa-dewi tata surya. Mereka hidup berdampingan, dipimpin oleh dua ratu, Ratu Silhouette, dan saudaranya, Ratu Marionette. Ratu Silhouette memberikan wewenang besar kepada kaum suci malaikat, untuk bertindak sebagai "DPR"-nya segala kaum di Sinlaire. Sampai suatu saat, perbedaan pendapat yang begitu jauh dan tak dapat dimusyawarahkan, Ratu Marionette menyarankan hal yang paling tidak lazim untuk seseorang yang ingin menjadi penguasa, yaitu membuat tempat untuk orang-orang atau makhluk bersalah besar, yang dinamakan The Dungeon. Silhouette tidak curiga, karena yakin akan kepemimpinan Marionette yang tegas dan keras sehingga dipercaya mampu membuat makhluk dan orang bersalah itu bertobat. Namun nyatanya?

Ratu Marionette punya rencana lain di samping demi kedisiplinan dan keamanan serta ketentraman Sinlaire. Ia benar-benar memisahkan diri dari Sinlaire dan membentuk 'negara' sendiri setelah merasa bahwa orang-orang bersalah yang dikumpulkannya sudah cukup. Dengan sihir hitam ia mengubah makhluk-makhluk yang dikumpulkannya menjadi sesosok makhluk mengerikan dengan suara nyaring. Tatapan matanya merah darah dan tubuh mereka besar dan kekar. Punggungnya dihiasi sepasang sayap lebar kelelawar. Ia berhasil mengambil salah satu malaikat dari Sinlaire, dan dengan tipu muslihatnya menjadikannya makhluk paling sempurna di The Dungeon, memimpin pasukan The Nightmare .

Ratu Silhouette tak mau kalah. Ia segera membentuk pasukan ketika mata-matanya memberitahukannya mengenai pasukan The Nightmare. Ia memilih salah satu dari kaum malaikat, untuk memimpin pasukannya dan menunjuk putrinya sendiri untuk melatih para pejuang panah dan pedang. Sedangkan seorang perapal mantra dari Pegunungan Leon yang dikenal kuat akan sihir untuk melatih beberapa perapal mantra. Dinding perisai sihir pun segera melindungi Sinlaire yang begitu luas dengan kokoh, walaupun itu menyebabkan perapal mantranya akan pingsan selama berminggu-minggu.


"Ratu Marionette sudah melatih pasukannya jauh dari kita.." Kata Naruto, atau Kevin, nama yang diberikan Ratu Silhouette yang bukan dari Jepang.

"Kau benar. Mereka akan dengan mudah menyerang kita tanpa harus melakukan perlawanan berarti." Kata Ratu Silhouette

"Ia memiliki seorang.. yah.. bisa dibilang 'asisten', My Lady.. kira-kira perapal mantra seperti Mistral atau Tsunade-sama."

"Dia sudah berubah," terdengar keputusasaan dari suara Ratu Silhouette, "Apa dia masih bisa berubah?"

"Tapi kupikir hanya anda yang bisa, My Lady.." Naruto meyakinkan, "Kemungkinan lain adalah putri anda, Sherry.."

"Tidak!" Paviliun marmer itu bergetar mendengar suara lantang Silhouette, "Dia hanya melatih pejuang dan pasukan.. dan tidak akan terlibat dalam perang!"

"Tapi aku yakin dia mampu melakukannya. Teknik pedangnya bagus dan memanahnya akurat. Bahkan ia bisa memanah tanpa melihat! Dia juga perapal mantra yang sudah menjadi murid Mistral selama 18 tahun hidupnya, kan? Dia merupakan kartu as Sinlaire apabila dia–"

"Cukup!" Lagi-lagi paviliun bergetar, "Dia tidak akan terlibat, Kevin!"

Terjadi keheningan sedingin es yang menyelimuti paviliun itu sampai mereka bisa mendengar detak jantung mereka masing-masing.

"Kita harus segera melatih pasukan lebih keras lagi, My Lady.." Mistral, atau Tsunade, angkat bicara memecah keheningan, "Mereka harus siap jika The Dungeon menyerang."

"Kau dengar itu, Naruto?" Tanya Silhouette."Aku menyerahkan segala urusan tentang pasukan kepadamu. Menghadaplah padaku jika kau mengalami kesulitan."

"Baik, My Lady.." Naruto membungkuk hormat, kemudian keluar meninggalkan paviliun.

"Baiklah, My Lady, bukannya aku meragukan keputusanmu untuk tidak melibatkan Sherry ke medan perang, tapi benar kata Kevin, My Lady. Sherry adalah kartu as kita yang harus dipertahankan dan dimanfaatkan sebaik mungkin untuk bisa memenangkan Dungeon kalau-kalau mereka menyerang kita. Siap sedia setiap detik adalah hal yang paling harus dilakukan saat ini oleh warga Sinlaire." Kata Mistral, "Tapi semuanya terserah pada anda, My Lady.."

Masalahnya… Silhouette memegangi kepalanya, Aku meragukan Sherry. Dia belum siap, tepatnya belum cukup siap, untuk bisa melawan Dungeon.


Sherry, atau Sakura, nama yang diberikan Naruto karena Sherry seperti kata Cherry yang dalam bahasa Jepang, Sakura, menyisir sayap putih bersihnya di kamar. Kemudian menata rambutnya sehingga mengguling dan membiarkan sisanya terurai. Ia merapikan lipatan pada gaun putihnya, dan setelah itu keluar sambil menyandang pedang merah dengan mutiara biru safir di ujung gagangnya.

"Selamat pagi, My Lady.." Sakura menyapa ibunya. Sakura duduk di depan ibunya, dan pelayan datang membawa sarapan pagi untuknya. Sebelum melahap potongan daging di sendoknya, Sakura menatap ibunya lekat-lekat. Ibunya yang hanya diam menusuk-nusuk potongan daging. "Mom?"

Silhouette tersentak, hampir menumpahkan supnya, kemudian menatap puterinya, "Selamat Pagi, Sherry."

"Kenapa tidak makan?" Tanya Sakura.

"Ah.. Aku menunggumu, Sherry. Sudah lama kita tidak makan bersama, bukan? Dan, kau mau kemana?" Tanya Silhouette.

"Ke Kamp pelatihan, membantu Naruto untuk melatih pejuang dan pasukan." Kata Sakura.

"Oh, Kevin.." Silhouette berdeham, "Tapi kau, tidak akan terlibat di medan perang, kan?"

"Itu sih, tergantung, Mom." Kata Sakura, "Situasi kondisinya stabil atau malah terpojok?"

"Pasukan dan pejuang kita pasti bisa mendesak mereka mundur.." Kata Silhouette, "Lebih baik kalau kau tidak terlibat, kau tahu kan, Sherry, Marionette sudah sangat berbahaya."

"Aku tahu, Mom!" Kata Sakura, "Dan aku sudah cukup kuat. Kalaupun aku harus pergi ke medan perang, bagiku tidak masalah. Kemampuanku sudah tinggi berkat ajaran Mistral dan tak akan ada yang bisa menyentuhku di medan perang nanti."

"Aku hanya khawatir.." Kata Silhouette.

"Tidak perlu khawatir.. aku bisa sendiri." Kata Sakura, kemudian mempercepat makannya, "Aku sudah selesai. Aku pergi dulu."

Silhouette hanya mengangguk. Ia menghela nafas panjang ketika putrinya sudah keluar. Sherry.. Sherry..

Sakura membetulkan posisi pedang di ikat pinggangnya ketika hampir sampai di kamp pelatihan. Perlahan tapi pasti ia mendekati Naruto yang sedang berdiri memperhatikan barisan pasukan.

"Naruto-san!" Seru Sakura sambil menepuk bahu Naruto. Naruto tersentak kaget.

"Ehh..Ahh! Sherry-hime." Naruto segera membungkuk hormat.

"Sherry? Tak biasanya kau memanggilku begitu. Sejujurnya aku lebih suka dipanggil Sakura." Kata Sakura sambil mendengus kesal.

"Ah, ya, Sakura-hime.."

"Bagus.. Latihan pasukanmu bagus sekali.." Kata Sakura.

"Yeah, hanya perlu ditingkatkan lagi.." Kata Naruto, "Ini masih belum cukup untuk mengalahkan pasukan Marionette. Makhluk jadi-jadian itu."

"Menurutmu, apa Sasuke-san juga masuk dalam pasukan itu?" Tanya Sakura.

"Sasuke kuat, pribadinya tegar dan tenang, kupikir itu cocok menjadi seorang pejuang, bahkan tidak mustahil dia dijadikan seorang pemimpin pasukan sepertiku. Kupikir, Marionette pasti akan memilihnya memimpin pasukan, sama seperti Ratu Silhouette memilihku menjadi pemimpin pasukan." Jawab Naruto.

"Begitukah? Jadi dia tidak akan lagi mengenal kita? Dia juga akan seperti makhluk jadi-jadian lainnya? Tidak akan ada lagi rasa cinta di hatinya? Apa dia sudah melupakan kita semua?"

"Kemungkinan besar, begitu. Menurutku.. Tidak ada harapan dia bisa kembali tanpa perubahan sedikitpun. Bukankah tujuan Marionette menculiknya dalah itu.. menjadikannya kartu as bagi Dungeon, seperti kau yang adalah kartu as bagi Sinlaire?"

"Begitukah?"

"Ya.."

"Sama sekali tidak ada kemungkinan baik?"

"Tidak ada.. menurutku tidak akan ada."

"Jadi Marionette sudah merubahnya habis-habisan?"

"Ya.."

Keheningan terjadi diantara mereka. Sibuk dengan pikiran masing-masing. Merasa kecanggungan telah berkembang di antara mereka, Naruto segera memecah keheningan, "Mau berlatih bersama? Bukankah itu tujuanmu datang kemari?"

"Ah.. benar juga.. ayo." Sakura mengeluarkan pedangnya. Sebilah pedang yang kuat dan takkan pernah rusak ataupun berkarat. Naruto mengeluarkan pedang miliknya dan bukit dimana mereka berada dipenuhi dentingan pedang yang beradu.

Sasuke… Sakura hampir menangis di tengah pertarungan latihannya dengan Naruto, Pulanglah! Kembalilah! Sampai air mata beningnya menetes dan berubah menjadi platina, Kumohon!


Marionette menyesap minuman anggurnya. Mata obsidiannya menatap dingin pasukan yang sedang berlatih di depannya. Sesekali ia tersenyum miris, kemudian tersenyum penuh kemenangan. Dengan setia, Darker, atau Orochimaru, berdiri di samping tuannya. Marionette bertepuk tangan ketika latihan pasukannya usai. Sasuke Uchiha segera membungkuk di hadapannya.

"Mereka membentuk pasukan.." Kata Sasuke.

"Hah! Silhouette memang tak pernah mau kalah." Marionette meletakkan gelasnya, "Kalau begitu, serang saja selagi mereka baru mempersiapkan pasukan mereka."

"Ide bagus.." Orochimaru tersenyum licik, "Dungeon pasti bisa menghancurkan Sinlaire tanpa perlawanan berarti."

"Aku memang berpikir begitu.." Kata Marionette. "Kalau begitu serang mereka ketika malam bulan penuh nanti."

"Aku akan menyiapkan pasukan.." Sasuke hendak melangkah pergi, tapi ditahan Marionette.

"Tunggu.. aku punya permintaan.."

"Silahkan, My Lady?"

"Bawakan aku, Sherry.." Kata Marionette.

"Sherry?" Sasuke menaikkan alisnya.

"Kau tak tahu? Putri Silhouette.. Sherry Silhouette.. Ah.. nama yang indah bukan? Kecuali nama belakangnya.." Kata Marionette dengan senyum puas.

"Untuk apa?"

"Dia adalah kartu AS Sinlaire, Sasuke.." Marionette menyandarkan badannya, "Selain itu aku akan mengangkatnya menjadi anakku sendiri.. bukankah itu bagus? Membuat Silhouette menderita adalah cara terbaik untuk menghancurkan Sinlaire dan memperluas wilayah Dungeon.."

"Begitukah?" Sasuke meragukan dengan senyum sarkastik.

"Kau meragukanku? Oh, ayolah.. sampai kapan kau terus meragukan rencanaku yang sudah terbukti hasilnya akan sempurna dan bagus." Marionette sedikit kesal, "Kalau saja kau bukan pejuang kesayanganku, aku sudah akan menggantungmu di tiang tertinggi The Dungeon.."

"Aku mengerti.. bahkan sangat mengerti daripada pemikiran anda, My Lady.. Aku akan membawanya tanpa lecet sedikitpun." Kata Sasuke sambil menunduk hormat.

"Bagus.." Marionette tersenyum puas, "Kau memang pejuang kesayanganku.. Sasuke. Siapkan pasukanmu sekarang!"

Sasuke membungkuk hormat, kemudian pergi menjauh dari singgasana Marionette, keluar dari paviliun obsidian dengan senyum penuh arti dan tatapan setajam mata elang.


"Aku merasakan firasat buruk.." Silhouette memegangi kepalanya, "Pasukan memang sudah siap, tapi kenapa dia tidak menyerang kita? Bulan penuh sebentar lagi dan kita akan merayakan keagungan Avery dan putrinya. Apa dia akan menyerang kita saat itu?"

"Kita bisa menyuruh Pasukan Kevin untuk berjaga di setiap menara.." Kata Tsunade.

"Itu ide bagus.. Akan kubicarakan dengan Kevin." Kata Silhouette tersenyum, "Lalu, apa Sherry akan ikut terlibat juga? Aku sudah melarangnya tapi–"

"Tidak usah disuruh pun dia sudah akan terlibat.." Kata Tsunade, "Aku akan menyiapkan para perapal mantra kalau kau mau.."

"Tidak, terlalu berbahaya bagi kalian.. Sihir Marionette adalah sihir jahat. Dia bisa memanfaatkan para perapal mantra untuk menghancurkan Sinlaire dari dalam." Kata Silhouette.

"Tidak akan bisa. Kami bisa membentengi benak kami dan melindungi diri kami dari serangan-serangan sihir hitamnya.." Kata Tsunade meyakinkan, "Sherry adalah murid terbaikku.. dia bisa terlibat, atau malah harus.."

"Terlalu berbahaya baginya."

"Tidak jika ada aku dan Kevin serta perapal mantra lain yang menjaganya."

"Mereka bukan makhluk biasa yang sering diburu Sherry di hutan.. Mereka itu makhluk jadi-jadian." Tegas Silhouette.

"Kita tidak bisa menghadapi perang tanpa ada korban jiwa.. harus ada yang menjadi tumbalnya.."

"Yang pasti Sherry tidak akan termasuk!" Silhouette segera meraih gelas berisi anggurnya dan meminumnya cepat, "Tolong panggilkan Naruto ke sini.." Pintanya pada salah satu pelayannya. Pelayan tersebut mengangguk hormat dan kemudian meninggalkan paviliun dan melesat begitu saja.

"Hari bulan penuh tinggal 3 hari lagi. Kita semua akan lebih sibuk daripada tahun-tahun sebelumnya.. Untuk menyiapkan perayaan dan.. pengantisipasian perang." Kata Silhouette, "Aku yakin kau sudah siap, Mistral."

"Aku sudah siap sejak kemarin, My Lady.." Tsunade tersenyum puas, "Hanya tinggal melatih sedikit para perapal mantra."

"Simpan tenagamu untuk hari bulan penuh nanti.. Yang paling utama kita harus siap sedia melawan Marione–"

Pintu paviliun terbuka, dan Naruto segera masuk."Apa yang bisa saya bantu, My Lady?"

"Hari bulan penuh takkan lama lagi.." Silhouette mulai menjelaskan, "Hari bulan penuh, seperti tahun-tahun sebelumnya kita akan merayakannya dengan Avery. Perayaan itu menyeluruh, sehingga itu akan menyebabkan Sinlaire sangat rentan untuk diserang Marionette. Aku ingin pasukanmu berjaga di setiap menara, kemudian di gerbang dan di setiap arah mata angin. Kemudian.." Silhouette, "Beritahukan kepada Sherry juga untuk menyiapkan pasukannya, dia tidak ada di sini.. entah dia pergi kemana aku tak tahu."

"Aku mengerti, My Lady, ada lagi?"

"Kurasa tidak. Hanya itu.. walaupun 'hanya' itu, tapi sangat penting." Kata Silhouette. Naruto mengangguk dan membungkuk hormat, kemudian keluar dari paviliun dan melesat ke angkasa.

"Naruto.. maksudku Kevin, adalah malaikat yang bisa diandalkan, bukan?" Kata Tsunade.

"Yah.. aku akui itu, dia memang cocok menjadi penggantiku jikalau Sherry tidak berkeinginan menjadi ratu." Kata Silhouette.


Hari bulan penuh tak akan lama lagi, dan semua penghuni Sinlaire bersiap untuk menyambutnya. Para Peri menaburkan serbuk kemilau yang menambah warna pada bunga-bunga. Nymph pergi ke dasar sungai yang dalam. Para unicorn dan Pegasus entah kenapa pergi dan tak terlihat. Semuanya damai kecuali wilayah sekitar paviliun. Dentingan palu yang sedang membentuk pedang dan bunyi nyaring pengasah pedang memenuhi setiap sisi jalan. Elf dan Kurcaci bekerja keras menyiapkan segala keperluan perang sesuai dengan perintah Silhouette.

Angin sejuk di Bukit Eva menerba wajah porselen Sakura yang sedang duduk di bawah pohon menoa. Sakura mengasah pedangnya sampai tajam dan mengkilat, kemudian menyarungkannya kembali dengan hati-hati. Keringat mengalir dari pelipisnya setelah berlatih sendirian.

"Mengapa disana begitu berisik?!" Seru Sakura agak kesal sambil melihat kea rah paviliunnya. Sinar matahari bersiap untuk membangunkan bulan dan tidur kembali. Langit mulai menggelap. Sakura menghela nafas kemudian bangkit berdiri, mengepakkan sayapnya dan terbang melesat menuju paviliun.

Dilihatnya pasukan dan pejuangnya sudah berbaris di lapangan kamp pelatihan. Naruto berdiri di depan mereka semua, berbicara sesuatu yang tidak dapat didengarnya kemudian para pasukan itu melesat ke segala arah, berdua-dua. Sisanya melesat ke 4 menara tinggi dan sisanya lagi melesat ke gerbang Sinlaire. Sakura segera mendarat ke kamp pelatihan.

"Mereka semua kemana, Naruto?" Tanya Sakura.

"Ah, Sakura-hime.. Tadi Ratu Silhouette menugaskanku untuk membagi tugas kepada pasukan untuk menjaga tiap arah mata angin dari Sinlaire, menjelang hari perayaan bulan penuh. Pengantisipasian penyerangan Dungeon." Kata Naruto.

"Benarkah?" Sakura mengangguk mengerti, "Sekarang kau akan kemana?"

"Aku? Mungkin ke tenda, beristirahat.. menyiapkan alat perangku sendiri. Mencuci baju besiku. Memang kenapa?" Tanya Naruto.

"Ti..tidak.. tidak apa-apa.." Kata Sakura, "Jaga dirimu baik-baik.."

"Sudah pasti. Kau sendiri juga jaga dirimu baik-baik.. kita takkan tahu kapan mereka akan menyerang kita, yang jelas.. mereka tidak akan membuang kesempatan menyerang kita di hari perayaan yang begitu rentan." Naruto tersenyum, "Silhouette-sama sepertinya mengkhawatirkanmu.. lebih baik kau pulang, Sakura-hime.."

"Aku sudah akan pulang sejak tadi.. Hanya saja…" Sakura menatap mata safir Naruto lekat-lekat, "Sudahlah, lupakan.. Aku pulang dulu.."

"Hati-hati di jalan.." Kata Naruto. Sakura tersenyum, melambaikan tangannya kemudian melesat pergi ke udara.

Sesampainya Sakura di paviliun, dilihatnya Tsunade dan Silhouette dan beberapa orang lain sedang mendiskusikan sesuatu, maka ia mengurungkan niatnya untuk masuk lewat paviliun kemudian terbang ke kamarnya di menara paviliun. Kemudian ia menyisir rambutnya, membiarkannya tergerai, menyikat sayap-sayap indahnya kemudian menhempaskan badannya ke atas tempat tidur.

Sasuke.. bagaimana keadaannya disana? Pikirnya sambil menatap langit-langit kamarnya, yang dihiasi oleh fairth dirinya, Naruto dan Sasuke dulu. Kuharap mereka tidak menyerang ketika perayaan bulan penuh. Hinata-san akan sangat sedih sekali perayaan untuknya berakhir dengan darah. Sakura menutup matanya. Tak lama kemudian pikirannya sudah tenggelam dalam mimpi.


Tidak ada hari yang lebih sibuk daripada hari ini. Setelah kesibukan 2 hari sebelumnya, hari ini adalah hari yang paling sibuk dalam sejarah Sinlaire. Bahkan paviliun sangat sepi dan sunyi. Silhouette pergi mengunjungi tetua-tetua elf, kurcaci, dan kaum lainnya di Lembah Rockwell tepatnya di Utara Sinlaire.

Sakura sendiri sangat sibuk. Ia harus mengikuti pelatihan dari Tsunade, kemudian dilanjutkan membantu sahabatnya Hinata bersiap untuk perayaan.

Sakura mengikat rambutnya, kemudian menggulungnya ke belakang, menyandang pedangnya serta panahnya, kemudian menyikat sayap-sayapnya dengan cepat. Ia memanjat jendela kamarnya dan langsung melesat pergi tanpa melewati paviliun yang biasanya dilewatinya ketika ingin keluar untuk menemui ibunya, Silhouette.

Naruto tidak melatih pasukan, begitu juga dengannya. Yang harus dilakukannya sekarang adalah mengikuti pelatihan dari Tsunade di kamp pelatihan. Tsunade menjelaskan apa yang harus mereka lakukan, strategi yang akan mereka lakukan kecuali Sakura agar ia bisa membantu yang lainnya.

"Hinata-san sekarang cantik sekali.." Kata Sakura sambil menghadapkan Hinata ke kaca. Hinata yang melihat dirinya berubah total oleh tangan artistic Sakura sangat kaget + senang.

"Terimakasih, Sakura-hime.." Katanya sambil membungkuk, "Maaf aku merepotkanmu. Butuh waktu lama sekali membuat seperti ini bukan?"

"Tidak apa-apa.." Sakura tersenyum. "Aku punya banyak waktu hari ini karena tidak melatih pejuang.."

"Bagaimana dengan Naruto?" Tanya Hinata dengan mata berbinar.

"Ah.. kalau itu, aku belum bertemu dengannya hari ini karena kami tidak berlatih bersama seperti biasanya." Jawab Sakura.

"Oh.. begitu.." Hinata agak kecewa, "Tapi, titipkan salamku padanya kalau kau bertemu dengannya ya.."

"Tentu saja, Hinata-san.." Jawab Sakura.

"Sekarang kau mau kemana? Hari sudah mulai gelap. Kau bisa disini sampai perayaan dimulai nanti.." Hinata menawarkan.

"Tidak perlu, aku harus kembali ke paviliun dan bersiap untuk diriku sendiri.. Terimakasih atas tawarannya, aku hargai itu.." Kata Sakura.

"Kalau begitu, hati-hati di jalan.." Kata Hinata, "Dan terimakasih atas bantuanmu dari tadi siang sampai sore ini.."

"Sama-sama.." Kata Sakura, tersenyum, kemudian melambaikan tangannya, melesat pergi dari kamar Hinata menuju ke paviliunnya untuk menyiapkan perisainya. Langit entah mengapa mulai menggelap lebih cepat dari hari-hari kemarin. Bahkan peri-peri sudah lebih dulu masuk ke dalam istana-istana mereka lebih awal, menutup kaca dan pintu rapat-rapat.

Unicorn yang biasa merumput di Padang Vianei sudah tidak ada lagi. Terlihat dari kejauhan mereka berlari cepat entah kemana dan kenapa. Sakura hanya menatap mereka heran, kemudian melanjutkan perjalananannya yang tak jauh lagi sampai ke paviliun.

Ketika membuka pintu paviliun, Sakura menemukan ibunya yang sedang duduk sambil menyantap makan siang yang belum sempat dimakannya tadi karena pertemuan Rockwell. Sakura segera bergabung dengan ibunya.

"Bagaimana Lily?" Tanya Silhouette pada anaknya.

"Dia.. cantik.. sudah siap.. dan baik-baik saja." Jawab Sakura.

"Baguslah.. Bagaimana dengan dirimu sendiri?" Tanya Silhouette lagi.

"Aku? Hanya tinggal menyiapkan baju besi, pergi ke Hamstone untuk mengambil pesanan panah besiku.. kemudian pergi ke Stronghammer untuk mengambil perisai pesananku, dan… selesai, mungkin." Jawab Sakura sambil melahap sesendok sup.

"Baguslah.." Silhouette menaruh sendoknya dan meraih gelasnya yang biasanya terisi anggur namun sekarang terisi sesuatu berwarna emas dengan kemilau-kemilau di dalamnya.

"Aku harus bersiap-siap.." Sakura menghabiskan makanannya cepat kemudian bangkit berdiri, "Banyak yang harus kulakukan."

"Siapkanlah apa yang perlu kau siapkan.." Kata Silhouette, "Tapi, jaga dirimu baik-baik, nak.."

"Tentu saja.."

Setelah dialog singkat dengan ibunya, ia pergi ke kamarnya untuk menyiapkan baju besinya. Setelah ia membersihkan baju besinya, ia pergi ke toko Hamstone yang tak jauh dari paviliun dan jalan raya.

"Selamat sore, Mr. Hamstone.." Sakura menyapa Mr. Hamstone yang sedang membelakanginya, menyiapkan sesuatu.

"Ah.. Selamat sore, Sherry Drottingu," Sapa Hamstone, "Kau pasti ingin mengambil pesananmu, bukan?"

"Yap, dan apakah sudah siap? Aku membutuhkannya sekarang." Kata Sakura.

"Tentu, dengan sedikit perubahan dari yang kau minta.." Kata Hamstone, kemudian ia berjongkok dan mengambil sesuatu dari bawah mejanya, "Ini, panah yang kau minta, telah kubuat lebih modern. Yah, lebih akurat, dan pencapaiannya lebih jauh Dari yang kau duga. Aku juga membuat beberapa panah yang sangat bermanfaat, mungkin."

"Jelaskan saja satu persatu, aku mendengarkan.." Kata Sakura.

"Baiklah, satu set anak panah ini, mempunyai fungsi berbeda-beda tiap jenis panahnya, kebanyakan adalah panah biasa dengan jarak yang luar biasa jauh dan akurat, lainnya adalah panah bom, panah jerat, kemudian panah berkekuatan dorong yang tinggi, panah api.. semuanya akan berfungsi jika ujung runcing panah ini menyentuh darah." Kata Hamstone.

"Bagaimana bisa kau membuat semua ini dalam waktu yang begitu singkat?" Tanya Sakura sambil memegang anak panah emas-peraknya.

"Yah, butuh banyak tenaga kerja untuk menyelesaikannya, kuharap kau menawar dengan harga yang sewajarnya untuk pembuatan panah yang sangat berat ini." Kata Hamstone sambil berdeham.

"300 crown, cukup?" Tanya Sakura sambil mengeluarkan kantong wol berisi uang.

"Sangat cukup, Sherry drottningu." Hardstone sangat gembira menerima sekantung uang itu.

"Kalau begitu, aku memesannya lagi untuk kali lain.. santai saja, tidak akan terlalu terburu-buru.." Kata Sakura, "Dan terimakasih."

"Sama-sama, Sherry drottningu.." Hamstone kembali bekerja seperti biasa. Sakura berjalan lagi ke toko Stronghammer, "Selamat sore, Mr. Stronghammer.."

"Selamat sore.. Sherry drottningu.. Ada yang bisa saya bantu?" Tanya Stronghammer.

"Pesananku.. aku ingin mengambil pesananku." Kata Sakura, "Apakah sudah siap?"

"Pesanan anda?" Stronghammer terlihat berpikir, "Anda memesan sesuatu?"

"Ya.. sebuah perisai.." Kata Sakura, Yeah, anda lupa dan aku dalam keadaan terburu-buru sekarang. Dasar pedagang pelupa!

"Oh yaa! Benar juga. Anda memesan sebuah perisai!" Stronghammer mengangguk puas, "Tapi, kapan?"

"Ah! Bisa cepat sedikit, kau tidak perlu tahu itu kapan karena itu tidak penting, yang paling utama sekarang, aku ingin mengambil perisaiku dan kemudian aku akan membayarmu.." Sakura agak sedikit kesal.

"Ah.. baiklah.. hemm, sebentar, aku lupa yang mana milikmu.." Stronghammer menggaruk kepalanya sambil mencari perisai pesanan Sakura diantara banyak perisai. Sakura hanya berdecak kesal menunggu di luar toko. Bisa cepat sedikit tidak sih! Pikir Sakura, kesal.

"Ah! Ini diaa.." Suatu kata yang ditunggu-tunggu Sakura akhirnya keluar dari mulut Stronghammer. Anak muda pelupa ini benar-benar membutuhkan waktu lama untuk mencari perisainya. Stronghammer sangat beruntung karena Sakura masih mau membayar perisai tersebut seharga 100 crown.

"Terimakasih.." Stronghammer tersenyum ketika menerima uang dari Sakura. Pemuda itu kemudian menatap mata Sakura dengan mata hitamnya yang berbinar. Sakura hanya tersenyum miris, kemudian pergi meninggalkan toko Stronghammer.

Sakura menatap langit yang sudah menggelap. Toko-toko mulai menyalakan lampu dan lentera mereka. Bangunan Paviliun mulai terang benderang. Tidak terasa ia menghabiskan 1 jam berharga untuk mengambil panah dan perisai yang seharusnya hanya membutuhkan waktu setengah jam.

Bingung mau melakukan apa, akhirnya Sakura memutuskan untuk pergi ke tempat pengasahan pedang untuk mengasah pedang merahnya. Sakura tidak yakin asahannya tadi benar-benar membuat pedang itu tajam.

"Selamat sore bisa tolong–"

"Maaf, tolong asahkan pedang ini!"

Sakura kaget kalimatnya dipotong seseorang. Ia melihat pemuda yang memotong kalimatnya, kemudian menyerobot antrian, walaupun sebenarnya tidak ada antrian, dan tiba-tiba datang begitu saja. Sakura refleks menoleh menatap wajah pemuda yang tidak tahu sopan santun itu.

"Na.. Naruto?!" Sakura kaget sampai terhuyung ke belakang.

"Sa.. Sakura-hime!" Naruto terdiam, kemudian raut wajahnya berubah menjadi kaget, "Go..gomenasai, Sakura-hime!"

"Na..Naruto-san.. Ahaha.. ti-tidak apa-apa.!"Kata Sakura sambil tertawa agak dipaksakan. Padahal kalau-kalau bukan Naruto yang mendahuluinya, orang itu akan pulang dengan pipi lebam.

"Tolong asahkan, dua pedang ini.. sampai tajam.." Naruto mengambil pedangnya dan pedang milik Sakura dan memberikannya kepada Gary, orang yang bekerja mengasah pedang.

"Kau, darimana saja?" Tanya Naruto.

"Sehabis membantu persiapan Avery dan Hinata-chan.." Kata Sakura sambil tersenyum, "Hinata-chan kangen padamu. Ada salam darinya untukmu."

"Oh.. Begitu.." Naruto mengangguk mengerti namun terdengar tidak bersemangat.

"Ini, pedang kalian sudah selesai diasah.." Gary menyerahkan pedang milik Naruto dan Sakura. Lebih mengkilat dan memang tajam hasilnya. Tidak diragukan lagi.

"Terimakasih.." Kata Naruto dan Sakura bersamaan. Gary tersenyum dan mengangguk ramah, kemudian mereka berdua pergi meninggalkan toko Gary.

"Setelah ini, kau mau kemana?" Tanya Naruto pada Sakura.

"Aku? Menunggu.. Menunggu sampai perayaan dimulai, berjaga di sekitar paviliun. Aku sudah menyiapkan baju besiku di kamarku, mungkin nanti saat 5 menit sebelum perayaan dimulai aku akan pergi ke atas sana.." Sakura menunjuk menara kamarnya, "Memakai baju besi, menyiapkan pedang, panah dan perisai. Setelah itu berjaga di sekitar perayaan."

"Kalau begitu.. sampai nanti di perayaan.." Naruto tersenyum, kemudian membungkuk hormat, lalu pergi melesat ke arah area perayaan.

Sakura berjalan menuju paviliunnya, disana sudah ada para perapal mantra Tsunade, Ibunya Silhouette yang sepertinya sedang berbicara sesuatu yang tidak bisa didengarnya. Karena tidak mau mengganggu, ia terbang melesat menuju kamarnya. Disana, ia hanya duduk diam, memikirkan segala sesuatu yang bakal terjadi di perayaan nanti. Mengkhayal-khayal kejadian yang tidak mungkin, atau bahkan mungkin terjadi.

Menunggu kedatangan Sasuke dan melawannya mati-matian.

TO BE CONTINUED


Wiii! Love is Complicated belum selese udah ngepublish story baru,,,

Ini cerita fantasy gaje yang terbesit begitu saja diotakku dan tangan komputerku langsung mengetik seperti kilat.

Dan hasilnya ini.. chapter 1..

RnR yaaa

Saya mohon kritik dan saran.. hikss..

tapi jangan kasar2.. saya masih kecil dan masih rapuh perasaannya #asek!