Title : I'm always there for all of you
Disclaimer : Kuroko no Basuke punya nya Fujimaki Tadatoshi! Ane Cuma nulis fanfiction yang ane buat ini kok~!
Pairing : GoM x OC
WARNING : Typo ahead. Alur kecepetan. Ceritanya gaje, abal dan sebagainya
.
.
.
"Gomen ne.."
Seorang cewek dengan rambut panjang sebahu berwarna hitam membuka pintu kelas saat itu. Sensei yang sedang mengajar pelajaran saat itu menoleh kearah cewek itu. "Ara~ kamu murid baru ya disini? Begitu, silakan masuk." Ujar sensei nya sambil mempersilahkan cewek itu masuk. Cewek itu masuk, lalu menutup kembali pintunya.
"Bisa perkenalkan dirimu?" Tanya Sensei sambil menatap kearah cewek berambut hitam itu. Cewek itu mengangguk. "Hajimemashite, watashi wa Rii Chikarashi, yoroshiku onegaishimasu." Ucap cewek itu sambil membungkuk. "Baiklah, Rii-san, silakan duduk di tempat duduk kosong sebelah sana."
.
.
.
Rii POV
Langit terlalu gelap..
Aku melirik kearah jendela, dan memang benar. Diluar sedang yang cukup deras, menurutku. Aku menghela napas, lalu melihat kearah kerumunan yang tengah menanyai tentang diriku. Menjawab pertanyaan satu-satu seperti ini—cukup mengeluarkan banyak tenaga, menurutku. Aku lebih suka memilih dirumah, tempat yang dimana aku bisa nyaman.
"Ne~ Ne~ Ne~ Rii-chan tinggal dimana?"
"Rii-chan masuk klub apa?"
"Rii-chan, tinggi sekali ya! Rii-chan minum apa kok bisa buat tinggi?"
"Rii-chan ukuran sepa—"
"Rii-chan—"
Aku menghela napas. Aku melihat kearah jam dinding yang berada di atas papan tulis. Tinggal beberapa jam lagi, dan aku bisa kembali ke rumah.
PRANG!
"Ah! Gomen-gomen Akashi-kun!"
Seorang cewek dengan rambut pendek berwarna cokelat itu tak sengaja menyenggol air putih yang berada di meja seorang pemuda dengan surai merah, yang tampaknya sangat marah dengan itu. Gelas yang berisi Air putih yang berada di meja nya kini terkena baju nya dan meja nya, dan membuat beberapa buku tulis dimeja nya basah. Cewek itu menelan ludah. "Maafkan aku.. Akashi-kun." Kata cewek itu sambil menatap pemuda ber surai merah itu dengan takut.
"Lihat apa yang kau perbuat. Kau membuat semuanya basah." Kata pemuda bersurai merah itu sambil menatap cewek dihadapannya tajam. "Kau harus menggantinya." Katanya pendek, tapi cukup menyeramkan. "Tak peduli kau tidak bisa menggantinya atau apa, kau harus bertanggung jawab atas minumanku, bukuku, dan bajuku."
"O-Oi.." orang-orang disekitar mereka perlahan berbisik-bisik. Aku menelan ludah. Bukankah itu sedikit kejam? Ah, ayolah, itu hanyalah air putih biasa. Pikirku sambil menatap kearah pemuda bersurai merah itu, yang kalau tidak salah bernama Akashi Seijuurou.
"Aku tak peduli. Aku menginginkannya sekarang. Itu perintah."
"Kau harus bisa menggantinya."
"Kau harus bisa tanggung jawab."
Cewek dihadapannya ketakutan. Tangannya bergetar, ia nangis. "Ma-ma-maafkan aku Akashi—"
"Sampai berapa kali kau akan menyebutkannya? Aku takkan memaafkannya." Potong Akashi tegas. "Ah—uh—" cewek dihadapannya bingung.
"Sudah cukup. Kau keterlaluan, Akashi."
Aku berdiri, lalu berjalan kearahnya. "Kau sangat dingin sekali pada seorang cewek, Akashi Seijuurou." Kataku. Tanpa memedulikan atmosfer yang mendadak mengerikan.
"O-oi—Rii-san, jangan berkata begitu pada—"
"Ah, kau berani melawanku?" manik heterokromatik miliknya menatapku dengan tajam. Seperti.. ingin melukaiku mungkin?
"...Iya." jawabku. Aku masih ragu dengan itu, karena dengar dengar, bahwa Akashi Seijuurou, adalah orang yang berbahaya. Perkataanya harus selalu diikuti, atau ada sebuah gunting melayang. Tetapi aku tidak takut. Ia melukaiku? Aku tak peduli.
"Kau tampak tak yakin." katanya. Ah, dia bisa menalisis ku dengan tepat.
"Aku yakin sekali dengan pilihanku, Akashi-kun."kataku. "Aku tak peduli kau melukaiku, karena aku tak takut padamu."
Keheningan menyapa ruangan kelas itu sesaat, sampai pada akhirnya Akashi bicara.
"Tch. Aku memaafkanmu." Katanya lalu beranjak dari tempat duduknya. "Lain kali, aku tidak akan memaafkanmu, Chikarashi."
.
.
.
"Waa, Rii-chan sugoii desu!"
Terlalu rame disini, terlalu rame. Terlalu banyak yang mengerumuni ku. Sesak.
"Rii-chan barusan menaklukkan salah satu monster di Teikou!"
Monster teikou… jangan jangan pemuda ber surai merah itu.. Akashi. Apa dia bener monster? Monster dari mananya?
"G-Gomen.. aku harus pergi dulu." Kataku sambil menembus kerumunan, lalu berlari kabur dari tempat itu. Rasanya capek, di puji-puji seperti itu. Bukan berarti aku tidak menyukainya, tetapi sedikit.. menjengkelkan.
CRIIT CRIIT
Aku mendengar decitan sepatu dari ruang olahraga. Decitan itu cukup menjengkelkan ditelingaku pertama kali, tetapi jika didengar baik-baik, decitan itu sudah tidak menganggu telinga lagi. Aku ingin melihat apa yang terjadi di ruang olahraga. Disana ramai sekali, susah sekali untuk melihatnya. Untung saja aku tinggi, kalau tidak, aku sudah dikalahkan oleh orang orang yang sedang menatapi ruangan itu. Ketika aku melihat sedikit celah dari kerumunan itu, ada seseorang yang bermain basket. Anggotanya.. berwarna-warni. Ups, maksudku rambut mereka. Mereka sungguh hebat bermain basketnya. Jika diperhatikan fisiknya, mereka sangat kuat. Latihan mereka juga sangat keras, dan mengerikan.
…Tunggu, mengapa ada Akashi?
Akashi.. itu bermain basket, ternyata? Ah,aku baru tau. Ia tampak sangat jago bermainnya, apakah dia kaptennya?
Aku berniat menanyakannya, tetapi kuurungkan niatku. Aku segera berjalan menuju pintu keluar, tetapi langkahku tiba-tiba berhenti ketika handphone –ku berbunyi. Aku mengecek pesan yang kudapat.
From : Kepala Sekolah
Jangan melupakan buku pelajaranmu, ambil saja di ruang dekat ruang kepala sekolah. Ada Ichinami-sensei disana, dan segera tanyakan bukunya. Kau belum mendapatkannya kan, Rii-san?
Ah, aku lupa. Buku pelajaran. Aku harus mengambilnya sekarang.. tetapi—
Dimana letak ruang kepala sekolah?
.
.
.
Capek.
Yang saat ini kurasakan memang adalah rasa capek, lelah dan pusing. Mengapa bangunan ini merumitkan.. atau aku saja yang cepat melupakannya? Uh. Di hari pertama saja aku sudah merasakan pegal, tetapi sebenarnya wajar sih. Tubuhku lemah akhir-akhir ini.
Pandanganku mulai kabur, aku tak bisa merasakan apa-apa.
Oh, kenapa ini harus terjadi? Aku berusaha untuk memegang dinding untuk menahan rasa pusingku.
Tidak ada orang disini sama sekali.
Aku benar-benar sendirian.
Dari kejauhan, aku melihat anggota warna warni itu berjalan. Suara yang mereka timbulkan cukup keras, dan membuatku sangat pusing.
"Ne.. Akachin, berikan aku maiubo."
"Minecchi hidoi 'ssu! Berikan benda itu kembali!"
"Lucky item hari ini adalah pensil mekanik berwarna hijau nanodayo."
Pusing.. aku tak bisa merasakan dinding yang tadi aku pegang. Semuanya mendadak hampa. Semuanya, mendadak gelap. Suara yang kudengar terakhir kali, adalah suara-suara anggota warna warni itu.
"Akachin.. ada orang pingsan disana."
.
.
.
Silau.
Yang kurasakan pertama kali adalah silau nya cahaya yang tiba-tiba mengenai mataku. Ketika aku sudah bisa mengatasi silaunya cahaya, aku berusaha untuk melihat sekeliling. Ruangan serba putih, obat-obatan berada disana, dan sebuah selimut menutupi tubuhku. Aku berada dimana?
"Ah, rupanya kau sudah bangun, Chikarashi."
Aku menatap pemuda bersurai merah yang berada disampingku yang sedang menatapku dengan tajam. Disebelahnya terdapat anggota-anggota pemain basket tadi.
"Eh, Akashicchi mengenalnya 'ssu?!" Tanya pemuda bersurai kuning emas itu. Akashi mengangguk. "Dia Rii Chikarashi." Katanya sambil melipat tangannya. Kise mengangguk lalu menatap kearahku. "Ne~ Yoroshiku, Rii-chan!" katanya sambil tersenyum.
"Katanya kamu kecapekan nanodayo. Itu kata perawatnya, bukan kataku, nanodayo." Kata pemuda bersurai hijau. Aku mengangguk. "Ah, benarkah? Mungkin aku kecapekan sehabis bermain basket kemarin— lagi pula, aku sudah sembuh. Aku mau permisi dulu." Kataku sambil berusaha bangkit dari tempat itu, dan mengambil jaketku. "Eh?! Rii-chan bisa main basket?!" Tanya pemuda bersurai kuning emas itu. aku mengangguk.
"…Rii mau pulang, ayo juga kita pulang Akachin.." kata pemuda bersurai ungu. Akashi mengangguk.
.
.
.
Minna.. maafkan Ara sebagai author yang tak bisa menulis yang cukup berguna. Ara soalnya abis hiatus menulis sejak setahun lalu.. terus ide ini tiba-tiba muncul.. jadi ini seperti berasa seperti fanfiction pertama lagi..
Maafkan typo Ara ya. Ara juga nulisnya sedikit ga jelas *mojok*
Ini masih ada chapter 2.. dan chapter-chapter berikutnya. Ini masih belom ada Hurt/Comfort nya, jadi mungkin selanjutnya.. ada /?
Anyway.. Review,Saran, dan Kritik, jika perlu minna?
