Fandom: Narto (ga, saia ga salah ketik, saia emang suka nyebut bliaw narto… lebih terasa Indonesianya )

Disclaimer: Kishimoto Masashi

Summary: fic ptama nih, maap klo banyak salah.. manis pahit kehidupan para sannin yang masih imut-imutnya saat genin, biar lebih mantep mbayanginnya bisa dibuka lagi komiknya jilid 16 chap 139… tapi… kalian mungkin bosan karena plot ini adalah sebuah remake dari serialnya, coz kayaknya di tiap generasi klompok ninja yang diasuh turun temurun ini slalu ada ritual latian bginian jadi maw kubuat dulu sebagai pembuka. Saia berharap pembaca dengan lapang dada tanpa maksud negatip untuk read en review… saran n kritik is okey, flame is no problem , slama ga kejem-kejem amad

Warning: plot yang njiplak buwat chapter ini ajah, lalu.. hm… ooc mungkin? Oh ya, mungkin yaoi bagi yang otaknya pervert

TIGA GENIN, DUA LONCENG, SATU PERVERT

Pagi itu terdapat tiga genin muda yang sedang berkumpul di area latihan dekat hutan terlarang Konohagakure. Sejak matahari belum menyembul di ujung horizon mereka telah bersiap di tempat itu. Burung-burung sudah berhenti berkicau dan terik matahari makin menyengat, namun para genin tersebut tetap bersabar tanpa beranjak sedikit pun.

"Euuuuuh Sarutobi-sensei lama sekali sih!? Katanya kita harus datang ke area latihan ini sebelum subuh, kenapa dia nggak datang-datang sampai sekarang??" omel genin cewek berambut ekor kuda yang sedang bersandar pada salah satu tiang kayu yang ada di tengah area latihan itu.

"Iya nih, aku jadi ga sempat mandi" tambah seorang genin cowok berambut berantakan berwarna putih menggaruk badannya yang gatal-gatal sambil duduk bersila di sebelah tiang kayu yang lain.

"Heh? Jadi bau asem plus keringet kecut dari tadi tu kamu sumbernya?? Juorok!!" Duak! Sang kunoichi langsung menendang shinobi bau itu dan segera menjauh darinya sambil menutup hidung.

"Aduh!" genin berambut putih itu mengelus benjol di kepalanya. "Kasar amat sih jadi cewek! Ga bakal dapat pacar kamu klo gitu caranya! Dadarata wekk!" ejeknya dengan lidah terjulur. Urat di dahi kunoichi tersebut berkedut, ia sudah mengumpulkan seluruh chakra ke kepalan tangannya. Melihat sang kunoichi dipenuhi aura membunuh, shinobi berambut putih itu mengurungkan niatnya untuk mengejeknya lebih jauh.

"Eh, ampun ampun Nona Tsunade" pinta cowok itu dengan keringat dingin yang bercucuran saat melihat kunoichi bernama Tsunade tersebut berjalan menuju ke arahnya dengan suara berdebam-debam menggoncangkan tanah. Ia melirik ke genin berambut hitam panjang yang dari tadi hanya diam menikmati dunianya sendiri.

"Oi, Orochimaruu! Tolongin aku dong!! Ada monster nih!" teriaknya pada genin berambut hitam panjang tersebut.

Orochimaru hanya menoleh pelan, "Itu kan salahmu sendiri" jawabnya jelas padat berisi, sukses membuat genin berambut putih itu menerima bogem penuh chakra dari Tsunade.

"Ukh.. tega nian kalian.." kali ini ia mengelus pipinya yang bonyok.

"Wah wah… pagi-pagi sudah bersemangat" terdengar suara laki-laki dari balik pohon. Laki-laki tersebut tiba-tiba menghilang dan segara muncul di hadapan ketiga genin dengan kepulan asap khas ninja.

"Sarutobi-sensei!! Lama sekali! Bukannya kemarin anda menyuruh kami datang sebelum subuh dan ga boleh sarapan dulu!?" protes Tsunade yang tangannya masih berasap setelah membogem genin berambut putih.

"Aaa… tadi menuju perjalan ke sini aku harus mengantar koran ke seluruh Konoha dulu, ditemeni eh maksudnya dikejar anjing-anjing segala, lalu sepeda yang kunaiki tiba-tiba kempes, saat dibawa ke tukang tambal ban ternyata bocor, karena terlalu lama jika menunggu lalu aku berlari, lalu tak sengaja berpapasan dengan seorang ibu yang akan segera melahirkan, jadi aku mengantarkannya ke rumah sakit, karena kekurangan tenaga bidan, aku ikut membantu persalinannya, lalu…" jelasnya panjang lebar sampai membuat para genin ngantuk.

"Haiah!! Ga usah ngarang cerita yang ga meyakinkan gitu donk!" genin berambut putih bersungut-sungut karena pagi ini ia sudah mendapat satu tendangan dan satu bogeman dan dua-duanya gratis ga usah bayar ga usah nyicil spesial dari Tsunade.

"Hee… Jiraiya… latihan belum dimulai kenapa kamu udah babak belur?" Tanya Sarutobi setengah menahan tawa. Sebenarnya dari tadi pagi bahkan sebelum para genin datang ia sudah bersembunyi di balik pohon mengawasi mereka karena ingin menguji kesabaran murid-murid barunya. Jiraiya hanya cemberut dan memalingkan mukanya dari pelototan Tsunade.

"Sudah, sudah… sekarang kita mulai latihannya ya, Jiraiya, Tsunade, Orochimaru?" Sarutobi mengabsen satu persatu muridnya. Jiraiya masih cemberut, Tsunade masih memelototi Jiraiya, dan Orochimaru masih diam tanpa ekspresi.

"…." Sang jounin hanya bisa mengelus dada melihat para muridnya yang bagaikan air dan minyak itu.

"Jadi, latihan pertama kita sebagai kelompok ninja adalah…" Sarutobi menahan ucapannya sambil merogoh saku celananya. Ia menyodorkan benda dari sakunya ke hadapan ketiga genin tersebut.

"ini".

Cring cring…

Bukan, itu bukan suara uang koin. Bukan suara sepeda hadiah dari ayah karena ku rajin belajar. Bukan juga alat musik dari beberapa tutup botol yang dipaku ke kayu kecil yang biasa dimainkan oleh anak jalanan dan banci di perempatan jalan saat lampu merah. Itu adalah…

"lonceng?" Jiraiya dan Tsunade bertanya bersamaan sementara Orochimaru hanya diam menatap dua buah lonceng yang gemerincing di hadapannya.

"Tak hanya lonceng, tapi juga ini…" Sarutobi kembali merogoh saku lainnya. Kali ini ia mengeluarkan 3 buah kotak bentou yang besar. Jiraiya dan Tsunade terbelalak melihat kotak bentou tersebut dan tanpa sadar telah tercipta 2 sungai baru di daratan Konoha dari mulut mereka.

"Ini makan siang kalian setelah latihan nanti, tapi karena dalam perjalanan tadi aku banyak mengeluarkan tenaga untuk mengantar koran plus dikejar anjing dan membantu bidan, satu bentou sudah kumakan saking laparnya" jelas Sarutobi dengan santainya membuang satu kotak bentou yang sudah kosong. Jiraiya dan Tsunade terbengong. Memang benar bentounya ia makan, tapi bukan karena capek mengantar korang atau membantu bidan, tapi karena lapar mengawasi mereka.

"Yep, dan misi kalian dalam latihan kali ini adalah, kalian harus bisa merebut lonceng ini dariku apapun caranya. Seorang satu lonceng. Yang berhasil mendapatkan lonceng berhak untuk mendapatkan bentou.ini" Sarutobi menggoyang-goyang bungkusan kotak bentou, wangi lauk menyeruak di antara mereka.

"Tapi… lonceng dan bentounya hanya ada dua… kami kan bertiga?" Tanya Tsunade cemas.

"….berarti ada satu orang yang tidak makan siang hari ini" jelas Orochimaru dengan datarnya.

"Orochimaru memang hebat bisa cepat menangkap. Betul dugaanmu. Latihan ini menentukan kehebatanmu sebagai ninja. Siapa cepat dia dapat" Sarutobi tersenyum melihat muridnya yang cerdas itu.

'Huh… Orochi melulu yang dipuji sensei. Dasar tukang cari muka' batin Jiraiya sebal. Sejak awal pertemuan Jiraiya dengan Orochimaru di akademi ninja memang tidak begitu bagus. Yang satu banyak omong, yang satu sangat pendiam. Dan parahnya mereka harus ada dalam satu tim. Sial benar pikir Jiraiya.

"Heh! Lihat saja! Aku akan merebut lonceng dari sensei dan mendapatkan bentou itu" koar Jiraiya dengan sombongnya.

"ya ya … semangat yang bagus…" Sarutobi segera mengiyakan karena tidak mau mendengar celoteh Jiraiya lebih banyak lagi

"Oke… sekarang kita mulai!" tak ada angin tak ada hujan, kembali kepulan asap menghilangkan sosok Sarutobi bersama lonceng dan bentounya. Ketiga genin segera bersiap.

"Oi, Orochimaru, aku tidak akan kalah darimu! Aku yang akan mendapatkan lonceng itu!!" teriak Jiraiya sebelum mereka berpencar.

Orochimaru menanggapi tantangan Jiraiya dengan diam tanpa menoleh padanya dan segera menghilang mengejar sang jounin. Sudah pasti Jiraiya gondok melihat jawaban Orochimaru.

'Uwaaah bentou I'm comiiiing!!' mata Tsunade berkilat seperti orang kelaparan. Jelas saja, pagi ini dilarang sarapan dan ia juga belum makan dari kemarin karena tengah menjalani program diet.

Kini ketiga genin berpencar menuruti idealisme masing-masing dalam menjalani latihan pertama mereka.

--

Matahari sudah di tepat di atas kepala. Tetesan keringat mengalir menetes membasahi tanah yang kering, memar dan luka menghiasi badan. Sudah setengah hari mereka berusaha mendapatkan lonceng kecil yang terikat di pinggang Sarutobi. Belum ada yang berhasil. Bahkan Jiraiya sudah berkali-kali terkena jebakan yang dibuat oleh Sarutobi maupun dirinya sendiri, membuat gurunya geleng-geleng.

Tsunade dengan berbekal kontrol chakra kembali memberanikan diri maju menghadapi Sarutobi. Sekali lagi ia mengumpulkan seluruh chakra ke kepalan tangannya. Permukaan tanah di area latihan sudah retak dan tercongkel berkat kekuatan melebihi gajah milik Tsunade. Kalau saja Sarutobi tidak pandai mengelak, seluruh tulangnya sudah patah mungkin.

Orochimaru dengan kepalanya yang dingin juga telah mempersiapkan berbagai strategi. Baik taijutsu, genjutsu dan ninjutsu ia kuasai dengan baik. Sarutobi cukup kewalahan menghadapinya. Hanya pengalaman yang membuat sang jounin bisa mengungguli genin muda ini. Setelah menunggu saat yang tepat, Orochimaru keluar dari tempat ia sembunyi dan memulai kembali pertarungannya dengan Sarutobi untuk merebut lonceng.

Sementara itu, Jiraiya masih jungkir balik termakan salah satu jebakan yang ia buat sendiri…

--

Hari sudah menjelang sore di area latihan itu. Seorang jounin memberikan bentou kepada dua orang genin. Seorang genin yang lain terikat pada tiang kayu.

"Kyaaah!! Itadakimasuuu!!" seru Tsunade menangis bahagia seraya membuka kotak bentounya. Ia segera melahap nasi dan lauk pauknya tanpa ampun. Orochimaru juga mengucapkan itadakimasu pelan dan mulai memakan bentounya dengan anggun.

Sarutobi menghela napas panjang memandang satu muridnya yang terikat di tiang kayu. Jiraiya hanya bisa menggerutu melihat kedua genin lainnya sibuk dengan bentou masing-masing.

"Kalian tidak pantas jadi ninja" ucap Sarutobi pendek.

Tsunade tersedak, Orochimaru berhenti mengunyah dan Jiraiya bengong.

Sarutobi melanjutkan, "kalian terlalu sibuk dengan diri sendiri. Setelah ini kita lanjutkan latihan dan kalau kalian masih seperti ini, kalian tidak akan kululuskan menjadi ninja. Oh ya, jangan beri makan Jiraiya. Ini hukuman buatnya" sang jounin lalu menghilang bersama kepulan asap, meninggalkan ketiga muridnya.

"….apa maksudnya?" Tsunade masih terkaget dari ucapan gurunya.

"mungkin karena kita sama sekali ga bekerja sama" Orochimaru bergumam sambil menyuapkan nasi ke mulutnya dengan tenang.

"Eeeeh?? Tapi kalau orang macam Jiraiya gini mana bisa diajak kerja sama??" sang kunoichi menyangsikan genin yang sedang terikat tak berdaya, "dia terlalu banyak omong dan selalu mengacau!"

"Apa katamu Tsunade?? Enak saja! Awas kamu!" Jiraiya menyepak-nyepak kakinya dengan sia-sia berusaha menendang Tsunade yang duduk di sebelahnya.

Kriuuk

Bukan, ini bukan suara mi goreng kriuk. Bukan pula suara krupuk ataupun kripik yang ada dalam menu bentou mereka. Ini adalah suara jeritan penuh harap dari perut Jiraiya yang kosong melompong sejak pagi. Suaranya terdengar jelas dan keras. Tak hanya Orochimaru dan Tsunade, bahkan Sarutobi yang sedang bersembunyi di balik pohon mengawasi mereka pun dapat mendengarnya.

"Aah perutku lapar sekaliii…" keluh Jiraiya dengan tampang memelas. Ia tahu keluhannya sia-sia karena gurunya sudah melarang kedua genin untuk memberinya makan. Jiraiya berkriuk-kriuk ria menatap langit.

Tiba-tiba, tercium bau lauk yang wangi mendekat ke hidung Jiraiya. Ia menoleh ke sumber wangi tersebut, melihat Orochimaru tengah menyodorkan bentounya yang sudah setengah termakan kepada Jiraiya. Matanya terbelalak tak percaya.

"Orochimaru! Apa yang kamu lakukan! Sensei melarangnya tau!!" Tsunade panik melihat perbuatan Orochimaru yang di luar dugaan.

"Kalau kau tak makan, tak akan ada tenaga untuk merebut lonceng itu dari Sarutobi-sensei, kau hanya akan jadi penghambat." Orochimaru berkata pelan tetap dengan tangan memegang bentou tersodor ke depan hidung Jiraiya. Jiraiya ragu sebentar.

Kemudian dengan muka tengil Jiraiya menoleh ke arah Tsunade, "Ah aku maunya bentou dari Tsunade! Ngapain juga makan bentou dari cowok! Oi Tsunade… suapi aku donk… tanganku ga bisa dipakai nih!!" Jiraiya segera tanpa basabasi mendapat pandangan jijik dari Tsunade.

Orochimaru melirik ke arah Tsunade, "Sudah, suapi saja, daripada orang ini tambah banyak omong". Tsunade hanya terdiam.

"euh… ano… sebenarnya bukannya aku ga mau berbagi bentou dengan Jiraiya, tapi bentouku udah abis kumakan, laper banget sih" Tsunade menunjukkan bentounya yang sudah bersih berkilat tanpa ada satu butir nasi yang tersisa, "dan sebenarnya aku masih mau nambah…" kriuk… semburat merah merona di pipinya. Usaha diet dan jaimnya gagal sudah.

"…." Orochimaru dan Jiraiya sweatdropped.

Orochimaru setengah terpaksa menyumpit segumpal nasi dan lauk, lalu menyodorkan ke depan mulut Jiraiya.

"Ini" kata Orochimaru singkat. Keadaan menjadi hening sesaat di antara mereka. Untuk beberapa detik Jiraiya hanya memandang gumpalan nasi di ujung sumpit itu, lalu ia memandang Orochimaru dengan canggung, lalu kembali memandang makanan yang ada di depan mulutnya.

Happ

Bukan, ini bukan suara cicak di dinding yang nangkep nyamuk. Ini suara Jiraiya memakan suapan dari orang yang tak pernah ia pikirkan seumur hidupnya akan menyuapkan nasi kepadanya. 'Uh… bentounya enak, tapi pemandangannya ga enak…' ia berusaha memandang ke arah lain selain Orochimaru.

"Buka yang lebar, nasinya ga bisa masuk semua" seperti ibu-ibu yang sedang menyuapi anaknya, "ayo bilang aaah" … namun ibu-ibu berwajah dingin tanpa ekspresi bersuara datar…

Jiraiya menjadi salah tingkah menghadapi situasi ini. Orang yang ia sebali tengah menyuapinya. Entah kenapa sekarang tiap kali sumpit penuh nasi mendekat ke mulutnya, ia melihat sosok Orochimaru yang tidak biasanya ia lihat, atau karena memang ia tidak pernah melihat Orochimaru dari jarak sedekat ini. Pergelangan tangannya kecil, jari-jarinya kurus dan panjang, rambutnya yang hitam panjang terurai dengan halus, lebih halus dari Tsunade, poninya terkadang menutupi sebelah matanya yang keemasan, entah darimana mascara ungu yang selalu menghiasi kedua mata ularnya itu, Jiraiya tak ambil peduli, toh ia juga punya garis merah ga jelas di bawah matanya. Tak banyak omong gerakannya pun lemah gemulai dan seperti Tsunade yang kasar. Jiraiya tak mengerti kenapa tiba-tiba jantungnya berdebar-debar. Kalau saja kulitnya tidak sepucat susu dingin, mungkin Orochimaru akan terlihat seperti anak gadis biasa pikir Jiraiya. Eh? Anak gadis?

"Lihat, nasinya jadi belepotan di mulutmu"

Jiraiya tersadar dari lamunannya. Kotak bentou sudah kosong. Yang terlihat sekarang adalah wajah kesal Orochimaru karena nasi yang tercecer di sekitar mulut Jiraiya. Wajah setengah marah itu mendekati Jiraiya. Makin mendekat hingga tak ada lagi jarak di antara wajah mereka.

Sebelah tangan Orochimaru diletakkan di pundak Jiraiya. Sebelah tangan yang lain memegang pipi Jiraiya, menjaganya agar tak bergerak. Seperti ular, lidahnya terjulur pada tiap butir nasi yang tersisa di sekitar mulut Jiraiya. Ia membersihkan satu persatu butir nasi, menjilatnya, melahapnya, menelannya. Tak satupun nasi yang terlewat.

Wajah Jiraiya kini sudah bersih dari nasi yang berceceran. Yang tersisa di wajahnya hanya jejak basah yang ditinggalkan oleh lidah Orochimaru. Jiraiya hanya bisa tercengang tak percaya melihat orang di hadapannya sedang membasahi bibirnya dengan lidah ularnya itu dengan tenang.

"Ga baik menyia-nyiakan usaha keras para petani yang bersusah payah menanam dan menuai beras" kata Orochimaru memecah keheningan.

Tsunade yang membatu saat melihat kejadian itu telah kembali ke alam nyata setelah pikiran liarnya dipenuhi oleh adegan-adegan yaoi antara kedua rekannya yang terlintas di otaknya. Sementara itu Sarutobi yang dari tadi bersembunyi dari balik pohon sudah pingsan terjatuh melesak ke dalam tanah terkena serangan jantung.

Jiraiya terpaku kaku. Nafas dari hidung Orochimaru yang tadi menempel di pipinya masih terasa. Tsunade masih memandangi Jiraiya dan kembali terkaget oleh hal yang tak terduga. Mengalir dengan lancar dan hangat dari kedua lubang hidung Jiraiya. Menetes merah mengotori kimono dan tali tambang yang mengikat badannya. Orochimaru membereskan kotak bentou mereka tanpa mempedulikan apa yang terjadi. Tsunade merinding dan jijik, berharap bayangan-bayangan yang berkelebat di pikirannya tadi hanya khayalan.

"…Jiraiya… kau mimisan?"

tbc?

Uih… moga-moga kalian ga capek bacanya… maap yah klo mbosenin, Cuma team 7 ganti nama jadi team sannin… dan klo ga salah adegan jilat-jilat udah ada yang make juga yah… saia keduluan hiks… ni asli dari otak saia yang tiap hari mikirin lidah ulernya Orochi.. mana bahasanya kaku, saia bukan orang Jakarta jadi saia merasa aneh klo pake lu gua.. setelah ini saia maw bikin klanjotannya, pake crita orisinil yang jelas… pokoknya crita tentang asammanisasinpahitgetir kehidupan para sannin saat muda ini.. klo saia punya tenaga dan waktu yang memadai…

Demen deh ma Orochi.. biar kata kayak orang penyakitan en emang sakit jiwa… hehe tapi heran ya anak setengah autis gitu jadi murid favorit Sarutobi…

Betewe yang satu pervert ntu si Tsunade yang yaoi minded wakaka… reaksi Jira wajar dunk sebagai cowok yang tiba-tiba diperlakukan begitu oleh orang cantik berambut hitam panjang –digebuk Orochi- aduh beneran dah Orochi waktu masi genin ntu imut-imut banged.. ga kayak waktu udah tuir amit-amit..

Oh ya.. pesan moral dari cerita ini adalah : jangan nyisain nasi yang udah susah payah ditanem petani

Review, kritik, saran, komentar, flame, skedar kenalan, ngiklan, ngobral, ndiskon, cuci gudang, cuci baju, cuci kaki, apapun, saia terima dengan sukacita untuk memajukan kemampuan saia dalam menulis makasiiii