Tittle : LUHANGEL

Author : Rara Jung

Genre : Hurt/Comfort

Rating : M

Cast : Sehun & Luhan and other

.

Disclaimer : semua cast ciptaan dan milik Tuhan, juga milik orang tua mereka masing-masing. saya cuma pinjem nama mereka sebagai cast. FF ini murni pemikiran saya jadi, plagiat silahkan pergi jauh-jauh.

.

.

.

Sehun namja normal dengan sikap dingin dan pokerface andalannya
harus menikah dengan namja biasa seperti luhan karena janji yang pernah dibuat ibunya demi keselamatan nyawanya.
Pernikahan yang tidak didasari cinta membuat oh sehun sering bertindak semaunya.

.

.

.

This YAOI. Dont Like Dont Read.

No Bash No Flame.

Sorry for typos. EYD berantakan.

Hope you like this story.

.

.

.

Luhan like an Angel

.

.

.

Begitu sampai dikamar, sehun langsung menghempaskan tubuhnya. Terbang dari Canada ke Seoul bukan perjalanan yang bisa dibilang dekat. Namja tampan itu menutup matanya menghela nafas berat. "sehun, aku sudah menyiapkan air hangat untukmu mandi" sehun -namja yang tengah berbaring- membuka matanya dan menatap namja yang baru saja mengganggu acara istirahatnya tengah tersenyum kearahnya -yang bagi sehun adalah senyum membawa luka-. Sungguh, sehun tidak pernah membayangkan dirinya menikah dengan seorang namja yang bahkan tidak dikenalnya sama sekali.

Tak ingin menanggapi, sehun membalikan tubuhnya menjadi posisi tengkurap dan tak menghiraukan namja yang masih berdiri menatapnya. Kadang sehun menyesali kenapa dia bisa memiliki orang tua -lebih tepatnya eomma- yang bisa dengan mudahnya membuat janji seperti itu kepada Tuhan. Bukannya berjanji 'jika dia perempuan akan ku nikahkan dengan anakku, tapi kalau laki-laki akan ku jadiakan dia anak' melainkan 'Siapapun dia, akan ku nikahkan dia dengan anak ku' demi Tuhan sehun masih normal yang menyukai gadis atau bahkan wanita sexy seperti Miranda Kerr. Bukan seperti namja yang sekarang menjadi 'istrinya'.

.

.

.

Flashback

Terlihat seorang namja berparas cantik sedang memaju mundurkan alat pelnya diatas lantai keramik yang sebenarnya sudah bersih dengan bersenandung kecil. Sepertinya mood namja ini sedang baik. Disisi lain ada seorang yeoja paruh baya berjalan tergesa-gesa sedikit berlari, menapaki lorong yang ada di Seoul International Hospital. Matanya menyapu sekeliling, berharap segera menemukan pintu bertuliskan "emergency unit" dimana anaknya sedang ditangani.

"nyonya awas" teriakan seorang namja cukup membuyarkan konsentrasinya mencari tempat yang dituju. Baru saja hendak menoleh, yeoja paruh baya itu merasakan seseorang mendorong tubuhnya hingga bergeser cukup jauh sebelum terhempas kelantai.

BRAK

"AHH" namja yang tadi mendorongnya mengerang sakit setelah tubuhnya tertimpa tangga yang seharusnya jatuh padanya -yeoja patuh baya- kalau saja namja itu tak mendorongnya.

"omo sesange. Gwaenchanha?" nyonya yang terduduk dilantai itu bangkit dan berusaha memindahkan tangga yang menimpa namja yang sudah mendorong -menolong- nya.

"gwaenchanha nyonya. Harusnya saya yang bertanya, apakah ada tidak apa-apa? Maaf tadi saya mendorong anda" namja itu bangkit sambil memegangi pingganganya sambil meringis pelan.

"tidak, saya yang harusnya minta maaf, anda jadi begini karena menolong saya"

"sudah kewajiban setiap orang untuk saling menolong nyonya"

"maaf, saya buru-buru. Ini kartu nama saya, kalau ada apa-apa dengan tubuh anda karena tertimpa tangga tadi. Hubungi saja saya, saya akan bertanggung jawab sepenuhnya" nonya itu menyerahkan kartu namanya pada namja yang sudah menolongnya. Namja itu mangambil kartu nama tersebut, kemudian keduanya membungkuk hormat.

.

.

.

Sekitar setengah jam sudah yeoja paruh baya itu mondar mandir didepan ruang emergency.

Cklek

Suara pintu dibuka, seorang dokter bersama dua perawat keluar dari sana dan disambut pertanyaan khawatir dari seorang yeoja paruh baya yang tadi sibuk mondar mandir.

"bagaimana keadaan anak saya dok?"

"anda nyonya Oh?" yang ditanya hanya mengangguk.

"dia banyak kehilangan darah dan perlu donor darah secepatnya. Stok darah O sedang kosong" nyonya oh menutup mulutnya, menggeleng-gelengkan kepala merasa tak percaya dengan apa yang didengarnya. Air mata sudah menggenang dipelupuk matanya. "Kalau menunggu besok, saya tidak yakin anak anda bisa—"

"darahnya sama dengan ayahnya dan ayahnya sedang diluar negeri. Dokter saya mohon lakukan apa saja agar anak saya bisa selamat dok" ujar nyonya Oh mengguncang bahu sang dokter. Pertahanannya runtuh sudah, airmata kini tak bisa dibendungnya lagi.

"nyonya maaf kami terlambat" muncul beberapa orang memakai jas hitam dengan perawakan tinggi besar, ya sepertinya itu bodyguard nyonya Oh.

"apa diantara kalian ada yang bergolongan darah O? Hah? Jawab aku!" nyonya Oh kalut. Terisak. Dia tidak ingin kehilangan anak semata wayangnya. Sedang yang ditanya hanya menggeleng.

"maaf nyonya oh, saya permisi dulu. Anda berdoa saja semoga ada yang mendonorkan darahnya untuk anak anda. kami juga akan berusaha mendapatkannya" dokter itu kembali masuk sedangkan suster yang bersama melangkah pergi entah kemana.

"cepat cari siapa saja yang mau mendonorkan darahnya untuk anakku dan pastikan dia sehat. CEPAT!" perintah nyonya Oh pada bodyguard yang langsung dilaksanakan oleh mereka.

Nonya Oh terduduk dibangku panjang yang ada disamping ruang emergency menangis sejadi-jadinya. Meraih smartphone yang ada disaku mantelnya. Menekan tombol 1 yang langsung terhubung dengan suaminya namun yang menyambutnya bukan suara sang suami melainkan mailbox.

"cepat pulang.. Hiks.. Sehun.. hiks.. dia kecelakaan dan kehilangan banyak darah.. hiks" nyonya Oh menurunkan banda tipis yang menempel ditelinganya begitu saja. Nyonya memejamkan matanya 'ya Tuhan, ku mohon kirimkanlah malaikatmu untuk menolong anak ku. Siapapun dia, akan ku nikahkan dia dengan anak ku. Ku mohon Tuhan selamatkan anakku. Jangan ambil dia secepat ini' bantinya.

"maaf, nyonya Oh"

"ya?" yeoja paruh baya itu mendongak dan menemukan dua suster yang tadi keluar dari ruang emergency bersama dokter yang menangani anaknya. "suster! Apakah sudah ada pendonor untuk anak saya?" nyonya berdiri sambil mengusap pipinya yang banjir oleh airmata. Kedua suster itu tersenyum kemudian mengangguk.

.

.

.

Di salah satu ruang rawat VVIP terlihat seorang namja berkulit putih pucat terbaring dengan mata tertutup, kepalanya dibalut dengan kain perban, tangannya diinfus, jangan lupakan alat bantu pernafasan yang bertengger dihidung mancungnya.

"terima kasih Tuhan, karena kau telah mengabulkan doaku" nyonya oh mengusap-usap lembt surai anak semata wayangnya yang kini tengah terlelap. Dokter Kim baru saja keluar setelah mengatakan bahwa anaknya akan segera sadar beberapa jam lagi.

.

"suster, apa boleh saya bertemu dengan orang yang sudah mendonorkan darahnya untuk anak saya?" kini nyonya Oh tengah berbicara dengan salah satu suster yang ditemuinya saat menunggu sehun ditangani.

"tentu, dia sedang istirahat diruang donor darah. Mari ikut saya" suster tersebut berjalan mendahului nyonya Oh.

.

Cklek

Suster itu membuka pintu ruangan dimana terdapat seseorang yang mungkin kini telah dianggap nyonya Oh sebagai malaikat untuk anak semata wayangnya.

"silahkan anda masuk nyonya, saya permisi dulu" pamit suster.

Nyonya Oh melangkah perlahan mendekati seseorang yang tengan berbaring dengan memalingkan wajahnya ke jendela sehingga wajahnya tidak terlalu jelas terlihat.

"ehem" dehem nyonya Oh pelan takut mengganggu. Merasa ada seseorang yang berdehem padanya, namja tersebut menoleh.

Mata nyonya Oh melebar "anda?"

.

.

.

Lanjut

Or

End?

.

.

.

Maafkan saya karena my pervert namja aja belum selesai malah bikin ff baru.. habis mumpung ada ide, jadi saya tuangkan aja daripada mubajir.
makasih yang udah mau baca.
tolong reviewnya ya yeorobun biar saya bisa nentuin ff ini bakal dilanjut apa ga..hehe