Disclaimer : Sayang sekali naruto bukan punya saya
Perasaan cinta terkadang berubah menjadi perasaan ingin memliki.
"Aku menyukaimu." Degupan jantungku semakin keras yang aku yakin akan sanggup mampir ke pendengaran pria berambut perak yang berkilau tertimpa mentari senja dengan sepasang mata berbeda warna didepanku.
Tanganku dingin dan badanku gemetar. Tadi pagi aku putuskan untuk menyatakan perasaanku pada Kakashi. Perasaan suka yang meluap-luap yang selama empat tahun ini aku pendam dalam hatiku.
Hatake Kakashi adalah kakak kelasku sejak SMP. Hubungan kami dekat tapi hanya sebatas teman. Dengan kedewasaan serta senyumnya yang memukau itu sanggup menjadikannya pria pertama yang mencuri hatiku.
"Maafkan aku Sakura. . . Aku tidak bisa, maaf." Kakashi mengelus rambutku perlahan dan berlalu meninggalkan aku dan hatiku yang berkeping-keping. Air matapun mengalir dengan deras seiring usahaku untuk menghapusnya.
Sejak awal aku tahu bahwa perasaanku tidak akan terbalas, karena Kakashi telah memiliki pelabuhan hatinya sendiri.
Harus sesuka apa agar perasaanku tersampaikan?
Harus jadi gadis seperti apa agar kau memandangku?
XOXOXOXOXOXOXOXOXO
Aku berjalan gontai menapaki jalan menuju rumahku. Aku hanya memberikan senyum simpulku untuk menggantikan lambaian penuh semangat dari pria berambut oranye itu.
"Ada apa dengan Sakura?" aku sempat melihat sekilas pria tadi dan mendapati tangannya yang menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.
Aku tahu, ini bukan aku yang biasanya.
Bagaimana bisa aku menjadi pribadiku yang riang setelah penolakan dingin atas cinta terpendamku selama ini, meskipun telah menyiapkan diri sebelumnya tapi tetap saja terasa sakit. Seperti hatiku ditusuk beratus-ratus jarum yang membuatnya semakin meremuk.
Terasa rintikan air membasahi pucuk kepalaku, aku terdiam dan menengadahkan wajahku menatapi awan-awan yang menghitam. Tiba-tiba hujan turun dengan derasnya seakan ikut menangis bersamaku. Bahkan alampun bersedih menemaniku.
Aku tetap membiarkan diriku terbasahi dengan siraman air langit ini, aku terlalu lemah untuk membuka tasku dan mengeluarkan benda bening yang mampu menghalangi tusukan air itu dikulitku seperti kebanyakan orang lain lakukan.
Aku merasakan kedamaian dalam kedinginan ini, meskipun kulit jariku mulai mengeriput dan dingin menusuk rusukku aku tidak peduli.
Bukan tidak bisa peduli tapi lebih tepatnya tidak bisa peduli karena aku melihat sosok yang aku kenal di ujung jalan. Pria tinggi dengan rambut peraknya yang khas.
Kakashi.
Menyeimbangi pesona Kakashi terdapat seorang wanita berdiri tepat disampingnya. Wanita yang sangat anggun, dengan rambut hitam kebiru-biruannya yang diikat mengacung dibelakang wajahnya yang cantik. Anko.
Kenapa selalu gadis itu? Kenapa tidak bisa aku?
Aku berjalan mendekat agar bisa mendengar apa yang mereka bicarakan. Aku bersembunyi dibalik pohon beringin besar yang tak jauh dari tempat mereka berdiri. Aku menajamkan indra pendengaranku untuk mencuri dengar dan mengamati tiap perubahan ekspresi wajah mereka.
"Maaf Kakashi ada yang ingin aku bicarakan juga denganmu. " Muka Anko terlihat sangat sedih terlihat dari matanya yang sendu menatap kakashi.
"Tidak apa-apa Anko, apa yang ingin kau bicarakan?" Kakashi membenarkan letak payungnya agar bisa melindungi tubuh mungil Anko. Itu membuatku menahan nafas miris.
Sejak awal hanya aku yang berusaha mencari celah di kehidupan kalian.
"Kemarin malam Iruka mengajakku bertemu. Dan dia mengatakan dia masih mencintaiku." Anko menundukkan kepalanya menghindari tatapan lembut kakashi. Tangan Kakashi membelai rambutnya penuh sayang. Betapa ironis melihat kehangatan mereka dengan aku yang begitu basah menggigil kedinginan.
"Lantas? Apa yang kau inginkan sekarang Anko?" Kakashi tersenyum manis. Senyum yang bisa membuat hatiku berdebar keras meski melihatnya dari jauh.
"Aku masih mencintainya, dan aku ingin kembali bersamanya. Maafkan aku Kakashi." Anko mulai menangis. Meskipun tertutupi dengan air hujan yang deras dan air mata yang mulai menggenang dikelopak mataku aku masih bisa melihat jelas ekspresi penuh cinta kakashi untuk Anko.
"Tidak apa-apa Anko. Asal itu bisa membuatmu bahagia." Kakashi merengkuh Anko kedalam pelukannya. Membagi kehangatan tubuhnya untuk wanita yang jelas-jelas telah menyakitinya.
Bagaimana bisa Kakashi? Dia telah menyakitimu dan aku ikut sakit karenanya. Kenapa kau masih bisa berusaha terlihat biasa saja. Padahal aku tahu hatimu begitu sakit.
Aku menangis, aku tidak tahu kenapa aku menangis. Mungkin aku berusaha mewakilkan kesedihan yang kakashi tidak bisa tunjukan sekarang.
Plaaaaak!
Bunyi tamparan yang sangat keras terdengar ditelingaku. Entah sejak kapan aku berjalan menghampiri mereka berdua dan menampar Anko sekuat tenaga. Sepertinya tubuhku mulai hilang kendali dan tidak menuruti kerja otakku yang normal.
"Apa yang kau lakukan? Mana bisa kau sejahat ini? Memberikan harapan kosong pada Kakashi meski tidak pernah ada Kakashi dihatimu! Kau pikir Kakashi sebuah boneka yang bisa kau mainkan sesuka hati dan bisa kau buang jika kau telah bosan?" Aku menyuarakan emosiku. Aku begitu marah. Aku tidak terima Kakashiku diperlakukan seperti ini.
Plaaaaakk!
Pipiku sakit dan panas seperti terbakar. Anko balas menamparku juga. Sebuah tamparan yang cukup keras untuk menyadarkanku.
"Kau pikir kau siapa? Apa Kakashi pernah bilang padamu bahwa dia menyukaimu? Sebaiknya kau tidak perlu ikut campur." Aku tersentak.
Apa yang dikatakan Anko adalah benar. Aku hanyalah orang luar yang berusaha masuk kedalam lingkar hidup Kakashi. Tapi sayangnya seberapa keras usahaku untuk masuk sekeras itupun aku didorong keluar. Tidak ada ruang untukku masuk kedalam kehidupan Kakashi.
XOXOXOXOXOXOXOXOXOXO
Aku malas sekali pergi ke sekolah. Lebih tepatnya aku takut bertemu Kakashi setelah apa yang terjadi kemarin. Perasaan sedih menyelimuti hatiku kembali. Bahkan Kakashi tidak berbicara sepatah katapun dan tidak mengindahkan kepergianku. Benar-benar menyedihkan.
Aku masuk kedalam kelas dan betapa kagetnya aku melihat Kakashi tengah duduk dibangkuku. Aku canggung bingung antara masuk atau pergi tapi Kakashi terlanjur melihatku. Aku tidak bisa seumur hidupku menghindari Kakashi, bukan?
"Pagi Kakashi." Aku berusaha sebiasa mungkin menyapanya. Memamerkan susunan gigi putihku yang rapih dengan sangat lebar sehingga terkesan tak wajar. Kakashi hanya terdiam dan tidak membalas sapaanku. Aku memilih duduk disamping Kakashi dan ikut terdiam.
"Masalah kemarin. Aku minta maaf. Aku telah lancang ikut campur dalam masalah kalian." Aku minta maaf, ya aku harus minta maaf karena aku berada diposisi yang sangat patut disalahkan. Aku menghela nafasku.
"Bagaimana Anko? Apa dia baik-baik saja?" Tanyaku tak butuh jawaban. Aku bertanya hanya untuk mencairkan suasana kaku antara aku dengan Kakashi, karena nampaknya Kakashi tidak merespon permintaan maafku tadi. Aku memilin ujung bajuku menghilangkan kegugupanku.
"Dia baik-baik saja. Kau sendiri bagaimana? Kemarin dia juga balas menamparmu bukan?" Aku memandang Kakashi lekat. Ingin sekali aku memeluknya. Wajahnya terlihat lelah, kelopak matanya yang menghitam seolah memberitahuku bahwa mata itu tidak benar-benar terlelap tadi malam.
"Aku baik-baik saja." Aku berusaha tersenyum. Senyum palsuku yang terberat.
"Maafkan aku yang hanya bisa terdiam saja kemarin. Aku bingung harus bagaimana." Kakashi menundukan kepalanya dia terlihat sangat putus asa. Membela adik kelasmu yang mencintaimu atau melindungi gadis yang sepenuh hati kau cintai, aku tahu posisimu Kakashi tanpa harus kau beritahu.
Apa kau mencintainya begitu dalam?
"Aku ditolak olehnya. Benar seperti katamu kemarin aku hanyalah sebuah boneka buatnya. Tapi entah kenapa, asal bisa dekat dengannya tak apa jika aku hanya menjadi boneka." Terdengar suara Kakashi yang bergetar disampingku. Jika Kakashi tidak mati-matian menahannyakupastikan bulir sedih itu sudah jautuh indah dipipinya. Kakashi berdiri dan bermaksud keluar kelas meninggalkanku. Aku menarik lengannya, menggenggam tanganya erat, jika tidak seperti itu tangan itu akan terjatuh karena tidak ada niat bagi Kakashi untuk mempertahankan tangannya digenggamanku.
"Cobalah untuk terima aku. Tak apa jika hanya seperti boneka." Aku memandangnya penuh harap. Dengan yakin aku utarakan permintaan gilaku pada Kakashi yang hanya terkejut menatapku.
Tak apa asal aku bisa bersamamu. Kakashi
XOXOXOXOXOXOXOXOXOXOXO
Mind to RnR?
