Disclaimer : karakter yang berada di cerita ini adalah milik Masashi Kishimoto loh.
Genre : Humor (sedikit mungkin), Romantice (sedikit mungkin), Hurt/Comfort.
Rate : M (untuk perkataan dll.)
Pair : SasuHina, NaruSaku slight SasuNaru, SakuHina.
Warning : typo (pastinya banyak), AU (tentunya), gaje, abal, pasaran, dll. Dan maaf ucapannya terlalu vulgar.
Summary : "...-apa kau gay?". "Iya. Aku gay. Lalu? Apa kau sudi untuk menikah dengan gay, heh?". "Aku bersedia bila kau mau menikah denganku untuk menutupi bahwa kau adalah gay.". "Maksudmu?"
Keterangan:
-("…") tanda petik dua adalah ucapan atau kata-kata secara langsung. Contohnya: "Naruto"
-('…') tanda petik satu adalah ucapan atau kata-kata dalam hati / kalimat yang diucapkan tapi berulang. Contohnya : 'Sasuke…'
-Kalimat dalam tanda kurung menjelaskan akan sesuatu. Contohnya : meninggalkan ayah Sasuke (Fugaku) sendirian.
-Kalimat dalam tanda kurung kotak (gak tau namanya) digunakan untuk penggunaan nama yang berbeda tetapi kalimatnya sama. Contohnya : "Naruto [Sasuke] tidak mau keluar dari kamarnya." (bisa dibaca; ""Naruto tidak mau keluar dari kamarnya." Atau "Sasuke tidak mau keluar dari kamarnya."
Notes : Bila kalian membaca satu kalimat dan di kalimat selanjutnya berubah nama jangan heran dan teruslah membaca agar kalian tahu. Misalnya kalian membaca kalimat sebelumnya diucapkan oleh "Naruto" dan ucapan selanjutnya diucapkan oleh "Sasuke" jangan heran ok karena ini fic aneh saya jadi teruslah baca.
.
.
.
BRAAKK...
Suara bantingan pintu yang sangat keras di dalam sebuah rumah terdengar bersamaan dengan teriakkan marah dan kesal dari dua orang pria dewasa saat melihat kedua anak mereka-
"SASUKE!"
"NARUTO!"
-sedang bergumul di atas ranjang tanpa sehelai benang pun yang menempel di tubuh mereka.
Mendengar teriakkan marah tersebut kedua pemuda itu pun menoleh dan membulatkan mata mereka saat melihat ayah dan ibu mereka masing-masing berada di depan pintu kamar (milik Sasuke) dengan tatapan tidak percaya dan kesal.
GLEEK...
Menelan ludah dengan susah payah pun dilakukan oleh kedua pemuda itu yang masih mempertahankan posisi awal mereka (Sasuke yang menindih Naruto).
"KUSHINA?" Pekik seorang wanita yang tidak lain adalah ibu Sasuke, Mikoto Uchiha. "Kushina sadarlah." Lanjut Mikoto sambil berusaha menyadarkan Kushina yang pingsan melihat kelakuan sang anak.
Melihat istrinya pingsan, Minato pun segera menghampiri Kushina dan segera membawa Kushina pergi menuju ruang tamu keluarga Uchiha meninggalkan ayah Sasuke (Fugaku) sendirian.
"Apa yang kalian lakukan!?" Ucap Fugaku menahan emosi.
Mendengar nada bicara sang ayah yang menahan emosi Sasuke pun langsung bangkit dari posisi penyatuannya bersama Naruto dengan terburu-buru, walau harus menahan desahan saat mengeluarkan dirinya dari dalam tubuh Naruto.
"A-aku... aku bisa jelaskan ayah." Ucap gugup Sasuke sambil menarik selimutnya untuk menutupi tubuh mereka berdua.
"Segera turun dan jelaskan!" Pinta Fugaku dan langsung meninggalkan kedua pemuda tersebut.
"Sasuke~" Gumahan seseorang berambut pirang terdengar di telinga Sasuke sehingga membuat pemuda raven yang sempat terdiam itu kini berahli menatap sosok itu.
"Aku takut." Lirih pemuda pirang yang bernama Naruto itu dengan raut wajah yang ketakutan.
Melihat sang kekasih yang ketakutan membuat Sasuke mengulurkan tangannya dan mengusap pipinya lembut, untuk memberikan ketenangan dan kenyamanan untuk sang kekasih.
"Jangan takut. Ada aku di sini."
"Tapi-"
"Ssssttt... aku yang akan berbicara pada mereka." Ucap Sasuke sambil mengecup bibir Naruto. "-sekarang pakai bajumu dan kita segera turun." Ucap Sasuke sambil memberikan Naruto pakaian milik Naruto yang sempat dibuangnya.
.
"Ayah." Panggil Sasuke yang kini berada di ruang tamu kediaman Uchiha dengan Naruto yang berada dibalik punggungnya. Berusaha untuk bersembunyi dari tatapan tajam keempat orang dewasa tersebut.
Minato yang melihat anaknya berada di dekat Sasuke pun langsung berdiri dan menghampiri Naruto. Dan tanpa menunggu lagi Minato pun langsung menarik tangan Naruto untuk menjauhi Sasuke. Dan karena tarikan tiba-tiba tersebut Naruto pun jatuh.
"Akh..." rintih Naruto yang merasakan sakit dibagian rektumnya saat terjatuh.
"Naruto!"
"Jangan sentuh putraku." Ucap Minato mencegah Sasuke untuk mendekati Naruto. "-cepat berdiri dan kita pulang." Perintah Minato pada Naruto.
"Sakit~" rengek Naruto.
"Aku tidak peduli. Ini semua salahmu. Sekarang berdiri dan kita pulang." Ucap dingin Minato.
"Paman aku bisa menjelaskan semua-"
"MENJELASKAN APA, HAH!? MENJELASKAN BAWAH PUTRAKU ADALAH GAY!? ATAU MENJELASKAN KENAPA KAU MENYETUBUHINYA!?" Bentak Minato kepada Sasuke.
Fugaku selaku ayah dari Sasuke hanya diam dan memandang ke arah Minato dan Sasuke yang mulai memasuki babak pertengkaran. Sedangkan Mikoto dan Kushina (yang kini sudah sadar) memilih untuk tidak mengeluarkan komentar atau pun pembelaan terhadap anak-anak mereka.
"Itu karena aku mencintai Naruto."
"Cinta!?... kau bilang cinta!. Kau sadar siapa dirimu. Kau laki-laki begitu juga dengan Naruto. Kalian tidak pantas-"
"Apa salahnya bila sesama jenis saling mencintai." Ucap Sasuke memotong ucapan Minato. "-kami berdua sama-sama manusia dan berhak untuk merasakan bagaimana rasanya dicintai dan mencintai."
"Heh, pemikiran bodoh." Ejek Minato saat mendengar ucapan Sasuke. "-kalau kau ingin merasakan bagaimana rasanya dicintai dan mencintai seseorang lebih baik kau cari perempuan lain di luar sana dan jangan kau bawa anakku. Ah... atau memang tidak ada seorang perempuan pun yang menginginkanmu."
"Ayah jangan berbicara seperti itu pada Sasuke. Bila ayah mau menyalakan siapa yang salah ayah bisa menyalahkan aku tapi jangan Sasuke." Ucap Naruto sambil bersujud.
"Sudah. Lebih baik kita pulang." Ucap Minato dan memaksa Naruto untuk berdiri.
"Aku tidak mau pulang hiks... aku ingin bersama Sasuke hiks..." Ucap Naruto yang mulai menangis layaknya seorang perempuan.
"Tidak. Kau harus pulang, besok kau harus menemui calon istrimu segera." Ucap Minato membuat Sasuke dan Naruto menatapnya tidak percaya.
"Calon... istri?" Gumah Sasuke dan Naruto bersamaan.
"Iya. Ini demi kebaikkanmu juga." Kata Minato.
"Paman tidak bisa memaksa Naruto seperti itu. Kami saling mencintai, seharusnya paman sebagai orang tua mendukung anaknya. Bukannya memisahkan cinta anaknya." Ucap Sasuke.
"Lebih baik kau bicarakan itu pada ayahmu juga Sasuke. Ayahmu sendiri pun berniat untuk menjodohkanmu dengan salah satu rekan bisnisnya." Ucap Minato membuat Sasuke menatap Fugaku. Sedangkan Fugaku hanya memasang wajah datar saat sang anak menatapnya.
"Ayo kita pulang Kushina!" Ajak Minato dan juga menarik tangan Naruto yang berjalan dengan susah payah karena rasa sakitnya.
Melihat Naruto dan keluarganya telah pergi Sasuke pun kembali menatap ayahnya meminta penjelasan tentang perjodohan yang diucapkan oleh Minato tadi.
"Ayah apa yang di-"
"Iya, benar. Dan besok kau sudah harus siap saat menemui calon istrimu." Potong Fugaku yang sudah mengetahui apa isi pertanyaan Sasuke.
"Tapi kenapa?"
"Sudah jelaskan apa alasanku menjodohkanmu. Aku menjodohkanmu agar kau bisa kembali normal, mempunyai keturunan dan dapat memiliki penerus keluarga Uchiha."
"Tapi kenapa mendadak?"
"Perjodohan ini bukan rencana yang dilakukan secara mendadak atau pun terburu-buru, melainkan sudah sejak lama. Begitu pula dengan perjodohan Naruto yang sudah lama direncanakan jauh-jauh hari. Jadi kau tidak bisa menolaknya Sasuke." Ucap datar Fugaku.
"Kenapa ayah tidak membicarakan hal ini padaku, hah? Aku kecewa pada ayah!" Ucap Sasuke dan mulai meninggalkan ruang keluarga. Namun langkahnya terhenti saat Fugaku bersuara lagi.
"Lebih mengecewakan mana ayahnya yang menjodohkan putranya untuk kebaikkannya sendiri atau seorang anak yang bercinta dengan sesama jenis." Mendengar ucapan ayahnya, Sasuke pun langsung berlari menuju kamarnya dan menggeram kesal atas apa yang dialaminya hari ini.
BUAGG...
"Sial!" Umpat Sasuke di dalam kamar.
.
.
Pagi menjelang menampakkan sinar matahari yang mulai menampakkan cahayanya yang cerah tanpa adanya awan hitam yang menutupi cerahnya cahaya matahari. Namun cerahnya pagi hari tidak tampak dari wajah kedua pemuda yang tidak lain adalah Naruto Namikaze dan Sasuke Uchiha dikediaman mereka masing-masing.
Wajah mereka kini menampakkan kesedihan atas apa yang telah ayah mereka putuskan untuk memisahkan kisah cinta mereka walaupun dengan alasan demi kebaikkan masa depan mereka.
TOK... TOK... TOK...
"NARUTO CEPAT KELUAR! CALON ISTRIMU SUDAH DATANG." Teriak Kushina di depan pintu kamar anaknya.
"AKU TIDAK MAU KELUAR!"
"Sasuke jangan begitu dong sayang. Ayah bisa marah kalau kau tidak segera menemui calon istrimu." Ucap Mikoto membujuk anaknya agar segera keluar kamar.
"BIARKAN SAJA. AKU TIDAK PEDULI SURUH SAJA MEREKA PULANG."
"Ada apa dengannya?" Tanya Minato dan Fugaku di saat yang sama dan waktu yang sama tetapi di kediaman yang berbeda.
"Naruto [Sasuke] tidak mau keluar dari kamarnya." Ucap Kushina dan Mikoto bersamaan dikediamannya masing-masing.
Mendengar ucapan sang istrinya kepala rumah tangga itu pun bersiap-siap untuk mendobrak pintu kamar sang anak.
BRAAK...
Mendengar dobrakkan pintu kamarnya, Naruto dan Sasuke (yang berada di kamar masing-masing) pun tersentak kaget dan memandang horor ke arah sang ayah yang kini memasang wajah kesal.
"Cepat keluar dan temui mereka atau kau akan tau apa yang akan ayah lakukan padamu Sasuke [Naruto]." Ucap kedua kepala keluarga tersebut sambil menahan emosinya.
"Ba-baik ayah." Ucap Sasuke dan Naruto yang menatap ayahnya dengan takut-takut.
.
Di ruang tamu kediaman keluarga Uchiha dan Namikaze secara bersamaan dan waktu yang sama.
"Maaf menunggu lama Hiashi." Ucap Fugaku pada sosok di depannya yang sedang meminum kopi di kediaman Uchiha.
"Tidak masalah Minato, aku senang akhirnya putriku bisa menikah dengan putramu. Oh iya dimana Naruto?" Ucap pria dewasa yang kini duduk di ruang tamu Namikaze.
"Dia sedang bersama ibunya. Nanti juga dia turun." Ucap Minato pada tamunya. "-oh iya. Apa ini anakmu?"
"Iya. Dia anakku namanya Hinata." Ucap Hiashi pada Fugaku.
"Nama yang cantik sama seperti orangnya. Sakura Haruno, bunga sakura dimusim semi." Puji Minato saat melihat calon menantunya.
Tidak lama setelah ucapan pujian itu terlontarkan dari mulut sang kepala keluarga masing-masing akhirnya sang anak pun datang menghampirinya.
Sasuke dan Naruto yang melihat ada gadis lain di rumah mereka (masing-masing) hanya menatap perempuan tersebut dengan raut wajah datar.
Sang perempuan yang merasa ditatap pun akhirnya menatap balik orang yang menatapnya dengan tatapan dingin ke arahnya. Onyx bertemu amethyst dan blue sapphire bertemu dengan emerald.
'Lumayan.' Batin kedua perempuan tersebut saat melihat calon suami mereka masing-masing.
"Nah, Naruto [Sasuke] cepat kemari dan berkenalan lah dengan calon istrimu." Ucap sang kepala keluarga.
"Perkenalkan namaku Sakura Haruno [Hinata Hyuuga]." Ucap calon istri mereka (Sakura dengan semangat dan Hinata dengan lembut).
"Naruto Namikaze [Sasuke Uchiha]." Ucap kedua pemuda tersebut dengan datar dan dingin tanpa minat saat melihat sosok perempuan cantik di depan mereka.
Melihat anaknya (masing-masing) yang memasang wajah datar tanpa minat pada perempuan membuat Minato dan Fugaku menghela nafas berat sambil mengusap wajahnya.
'Kenapa putraku tidak tertarik dengan seorang perempuan sih?.' Batin kedua ayah tersebut.
"Baiklah, bagaimana kalau kita mulai pembicaraan tentang perjodohan ini." Ucap kepala keluarga tersebut bersamaan lagi.
"Baik." Ucap Hiashi dan Kizashi.
"Hinata kapan kau ingin pernikahanmu dan Sasuke diadakan?" Tanya Fugaku pada calon menantunya.
"Aku terserah pada Sasuke saja paman." Ucap Hinata malu-malu.
"Bagaimana Sasuke? Kapan kau mau mengadakan pesta pernikahannya." Tanya Fugaku pada Sasuke.
"Aku tidak tertarik dengannya." Ucap Naruto sambil membuang muka ke arah lain. "-dan ayah sendiri tahu kalau aku tidak tertarik dengan perempuan." Ucap angkuh Naruto membuat sang ayah menggeram kesal.
Para calon istri yang mendengar ucapan aneh calon suaminya pun kembali menatap serius ke arah calon suaminya (masing-masing).
'Dia tidak tertarik pada perempuan? Apa dia gay?' Batin para calon istri.
"Tidak tertarik dengan perempuan? Maksudnya?" Tanya Hiashi bingung mendengar ucapan Sasuke.
"Iya. Aku tidak tertarik dengan perempuan kare-"
BUAAAG...
Tidak mau aib putranya terbongkar kepala keluarga itu pun menonjok wajah putranya dengan cukup keras membuat tamu undangan mereka terdiam karena kaget atas tindakkan sang pemilik rumah.
"Jangan pernah kau bicara seperti itu lagi." Ancam sang ayah dengan menahan emosi.
Mendapat perlakuan dari sang ayah kedua keturunan keluarga Uchiha dan Namikaze pun meninggalkan ruang tamu dengan decak kesal dalam dirinya.
Melihat calon suaminya telah dipukul baik Sakura atau pun Hinata segera berdiri dari duduknya dan meminta izin untuk menemui calon suami mereka dan tentu saja diberi izin oleh kedua orang tuanya dan calon mertuanya.
"Sasuke tunggu." Panggil Hinata mencegah Sasuke untuk meninggalkan rumahnya.
"Ada apa?" Tanya Naruto pada sosok Sakura.
"Bisa kita bicara sebentar?" Ujar Sakura.
"Yasudah bicara saja." Ucap Sasuke.
"Tapi tidak di sini." Kata Hinata.
"Baiklah. Ayo ke kamar." Ucap Naruto dengan enteng.
"Kamar?" Gumah Sakura bingung. 'Kenapa harus di kamar?' Batinnya.
"Ayo. Cepat aku tidak mau lama-lama. Lagi pula aku tidak tertarik dengan vagina." Ucap Sasuke dan Naruto tanpa menyadari raut wajah calon istrinya.
.
Dikamar Naruto dan Sasuke di kediaman masing-masing.
"Bicara apa?" Ucap Sasuke ketus pada Hinata saat baru sampai di dalam kamarnya.
Mendengar nada ketus Naruto membuat dahi Sakura berkedut kesal. 'Tidak bisakah pemuda ini sopan terhadap perempuan?'
"Aku penasaran saat kau bilang kalau 'aku tidak tertarik dengan perempuan' dan juga 'aku tidak tertarik dengan vagina', apa kau gay?" Tanya Sakura yang sudah menutup pintu kamar Naruto.
"Iya. Aku gay. Lalu? Apa kau sudi untuk menikah dengan gay, heh?" Ucap Sasuke dengan nada sinis.
"Aku bersedia bila kau mau menikah denganku untuk menutupi bahwa kau adalah gay."
Mendengar ucapan tersebut membuat Naruto dan Sasuke tidak percaya dengan apa yang mereka dengar barusan.
'Aku bersedia bila kau mau menikah denganku untuk menutupi bahwa kau adalah gay?' Batin Sasuke dan Naruto bersamaan.
"Maksudmu?" Tanya Naruto.
"Aku bersedia menikah denganmu walau kau adalah gay." Ucap Sakura.
"Kau pikir aku sudi." Ucap Sasuke.
"Ayolah Sasuke. Kau harus menikah denganku. Ini demi kebaikkan kita." Ucap Hinata.
"Kebaikkan apa? Sudah aku bilang aku gay. Aku tidak tertarik dengan perempuan, vagina dan dada perempuan." Ucap vulgar Naruto.
"Iya aku tahu. Tapi hanya dengan pernikahan ini kita bisa bahagia tanpa orang tua kita sadari." Ucap Sakura.
"Bagaimana aku bisa bahagia hidup dengan seorang perempuan? Aku mencintai pemuda lain kau paham Hinata." Ucap Sasuke.
"Aku yakin kita bisa bahagia Sasuke. Dan aku tahu kau mencintai laki-laki lain begitu pula denganku." Ucap Hinata yang diakhiri dengan lirih.
Mendengar nada bicara yang berubah Naruto pun berusaha melembutkan suaranya.
"Maksudmu kau mencintai lelaki lain. Tapi karena tidak disetujuhi akhirnya orang tuamu memaksamu untuk menikah denganku dan kau bebas berselingkuh dengan lelaki tersebut? Kau menjadikanku tamengmu!" Ucap Sasuke.
"Tidak." Hinata menggeleng cepat. "-sama halnya denganmu aku sebenarnya..." jeda Hinata sesaat.
"-adalah seorang lesbian." Lanjut Sakura. "-dan aku juga tidak tertarik dengan lelaki lain terutama dengan penisnya yang kecil atau pun besar." Ucap vulgar Sakura sambil menatap jijik gundukkan yang berada di tengah-tengah celana Naruto.
Menyadari tatapan Sakura, Naruto pun menutupi selangkangannya sambil berteriak "JANGAN MENATAPNYA BODOH!"
"Loh kenapa? Kurasa tidak ada yang menarik dari penis itu." Ucap Hinata.
"Kau belum lihat makanya kau tidak akan tertarik." Ujar Sasuke. "Justru vaginamu yang tidak menarik." Tambahnya datar.
"Jangan menghina." Ucap Sakura sambil mendekat ke arah Naruto.
"Loh memang benar. Wanita punya lubang aku juga punya bahkan lebih sempit dari lubangmu." Ejek Naruto.
"Kau sendiri. Penismu saja kondoy." Ucap Hinata sambil menyentuh penis Sasuke dan membuat Sasuke tersentak kaget. "Lembek." Ejek Hinata.
"Tentu saja karena aku tidak akan mengeras di depan perempuan." Ucap Sasuke yang menahan kedua tangan Hinata.
"Wah, ternyata kau gay sejati ya." Ejek Sakura. "Tapi aku penasaran bagaimana kalau kau ku berikan sesuatu yang kau anggap menjijikkan." Ucap Sakura berbarengan dengan Sasuke.
"Apa maksudmu?" Tanya heran Naruto dan Hinata.
"Kau tahu dalam hubunganku dengan sesama jenis aku adalah orang yang memegang kendali atas permainan kami dan tugas ku adalah sebagai 'penyerang'. Dan ku beritahu bahwa aku adalah semenya." Ucap Sasuke dan Sakura bersamaan sambil mendorong Hinata dan Naruto ke atas ranjang.
"KYAAA.../GYAAA... APA YANG KAU LAKUKAN?" Ucap Naruto dan Hinata yang menyadari bahwa Sakura dan Sasuke duduk di atas perutnya.
"Kau itu uke ya?" Tanya Sakura.
"Ya. Masalah buatmu!?" Ucap Naruto.
"Kalau begitu aku dapet uke lagi." Ujar Sasuke.
"Maksudmu?" Tanya Hinata.
"Sudah ku beritahu bahwa dalam hubunganku dengan sesama jenis aku ini adalah seme itu artinya pasanganku sebelumnya adalah uke. Dan ternyata kau adalah uke juga ya." Ujar Sakura.
"Lalu apa yang mau kau lakukan?" Ucap Naruto yang berusaha mendorong Sakura. Tapi gerakkannya terhenti saat melihat Sakura yang membuka kancing bajunya dan mengeluarkan sesuatu yang tadinya bersembunyi di dalam bra berwarna hitam, itu payudara milik Sakura.
Dengan gerakkan menggoda Sakura pun menyodorkan payudaranya di depan wajah Naruto namun Naruto mengalihkan pandangannya, menolak payudara tersebut.
"Ayolah. Buka mulutmu penisku tidak buruk kok. Lihat punya ku masih layu. Coba kau hisap apakah penisku akan mengeras seperti saat aku bersama kekasihku." Ucap Sasuke menyeringai.
"Tidak mau. Penismu bau. Itu sebabnya aku tidak suka benda menjijikkan ini." Ucap Hinata mengejek penis Sasuke.
Perempatan siku-siku kini bertengger manis didahi kedua seme tersebut. 'Apa yang dia ucapkan!? Seenaknya saja menghina milikku.' Batin kedua seme itu.
"Ayolah. Kau tidak akan mati kalau kau menghisap putingku. Lagi pula aku tidak menyimpan susu basi kok. Ayo coba hisap."
"Tidak mau. Sudah kubilang dadamu kecil dan aku tidak suka dengan dada perempuan. Mau besar atau pun kecil aku tidak suka. Aku lebih suka dada yang bidang."
'Bocah ini.' Geram kedua seme itu karena mendapat penolakkan sekaligus ejekkan dari masing-masing uke baru mereka.
KLAAA...
"NARU- [SASU-]" Ucapan Kushina dan Mikoto terpotong saat melihat anak mereka yang berada diranjang dengan seorang gadis yang dia kenal sebagai calon menantunya.
Melihat ada yang membuka pintu Sasuke, Hinata dan Sakura, Naruto pun menatap ke arah pintu kamar.
"Mikoto [Kushina] apa ada Sasuke [Naruto]?" Tanya kepala keluarga.
"Mereka di dalam." Ucap sang istri dengan senang sambil terus menatap anak dan menantu mereka yang berada di dalam kamar sang putra.
Minato dan Fugaku yang merasa aneh dengan senyum tiba-tiba sang istri pun memcoba untuk melihat isi kamar sang anak. Dan betapa senangnya mereka saat melihat putra mereka sedang berusaha untuk bercinta dengan wanita.
Fugaku yang melihat Sasuke yang menduduki perut Hinata sambil menyodorkan penisnya di depan mulut Hinata (tanpa tahu bahwa penis tersebut masih layu).
Dan Minato yang senang melihat Naruto yang berada dibawah Sakura sedang menengelamkan wajahnya di belahan kedua dada Sakura (tanpa tahu bahwa Naruto kehabisan nafas gara-gara dada Sakura, yang sengaja Sakura dempetkan dengan wajah Naruto agar puting payudaranya tidak terlihat oleh orang yang berada di depan pintu kamar).
"Sepertinya kita harus menikahkan mereka secepat mungkin." Usul para istri yang dijawab anggukkan oleh sang kepala rumah tangga.
"Ya, kau benar. Minggu depan adalah pernikahan mereka." Ucap kepala rumah tangga. "-ayo kita tinggalkan mereka. Dan tutup pintunya."
"Sasuke [Naruto] selamat bersenang-senang. Anggap saja ibu tidak melihatnya." Ucap Mikoto dan Kushina lalu menutup pintu kamar sang anak. Melihat mereka sudah pergi Hinata dan Naruto pun mencubit pinggang sang seme.
"Ouch, sakit." Rintih SasuSaku dan langsung membenarkan pakaian mereka kembali setelah bangun dari perut sang [uke].
"Oh bagus, minggu depan kita akan menikah dan ini adalah ulahmu pink!" Ucap Naruto.
"Eh, jangan memanggilku seperti itu. Bukannya bagus akhirnya mereka tahu bahwa kau bukan lagi gay." Ucap Sakura.
"Akh... kenapa harus secepat ini." Keluh Sasuke sambil mengacak-ngacak rambutnya.
"Sudahlah. Kau sendiri yang mencari perkaranya dengan menyerangku." Ucap Hinata yang sudah duduk rapi di pinggir ranjang.
"Sudah jangan murung begitu. Bagaimana kalau kita buat perjanjian sebelum menikah?" Ucap Sakura.
"Perjanjian?" Gumah Naruto.
"Iya perjanjian apa saja yang boleh dan tidak boleh kita lakukan di dalam rumah tangga kita." Ucap Sakura membuat calon suami merasa tertarik.
"Boleh. Ide bagus. Lagi pula kau itu lesbian jadi tidak masalah kalau aku menikah denganmu." Ucap Sasuke.
"Baiklah. Malam ini kau buat daftar apa saja yang boleh dan tidak boleh aku lakukan kepadamu, dan aku akan membuat daftar apa yang boleh dan tidak boleh kau lakukan padaku. Dan besok kita ketemuan di suatu tempat. Apa kau mengerti maksudku?"
"Iya. Aku mengerti."
"Kalau begitu sampai jumpa besok calon suamiku." Ucap SakuHina pada calon suaminya.
"Iya/Hm." respon SasuNaru.
.
.
.
.
.
Tbc.
.
Nrt : wah aku bispak cewek cowok.
Hnt : bispak apa?
Nrt : bisa pake cewek dan cowok.
Hnt : oh...
Ssk : akhirnya aku yang jadi semenya.
Skr : aku juga jadi semenya.
Ssk : kau mengikuti.
Skr : tidak.
Ssk : iya.
Skr : tidak
Ssk : iya
Nrt : Hinata dari pada mendengarkan mereka lebih baik kita tutup fic ini.
Hnt : Naruto benar. Dan untuk para raeders terimakasih karena sudah membaca fic kami. Apa kah anda tertarik?
Nrt : kalau tertarik jangan lupa reviews ya. Soalnya ini fic pertama author kami. apa ada pertanyaan?
NH : jadi kami ucapkan terimakasih karena sudah membaca cerita kami yang satu ini. Sampai jumpa next chap.
