Note sebentar ya: Sebenarnya ini ff udah aku publish sebelumnya. Nama usernameku juga dulunya Ditatara, terus aku ganti, terus ini ff udah sampek chapter 3, tapi aku hapus aja. Terus aku publish lagi, tapi judulnya sama, konsepnya juga. Mungkin yang udah baca udah ngerti, soalnya ini chapter 1 itu gabungan chapter 1-3 dulu tapi ada yang aku ganti beberapa wkwkwk. Soalnya banyak yang absurd. Maklum masih anak ayam.
.
.
Suasana pagi cerah diiringi suara merdu pak tukang sayur keliling. Di sebuah rumah sederhana namun terlihat asri, disekelilingnya ada tanaman lidah mertua, tumbuh mengitari halaman rumah. Sepertinya menantu sang mertua sangat menyayangi sang mertua sehingga menanam tanaman mertuanya di depan rumah(?)
Bremmm bremm
"Mamihh sayang, papih mau berangkat!" Terlihat sosok jangkung seorang lelaki yang sedang memakai helmnya dan mengelap-ngelap spion motor bebeknya.
"Ihh papih si Taeh-taeh sama Perr-perr diantar dulu dong" Terdengar suara tergopoh-gopoh dari dalam rumah. Dan munculah sosok imut-imut amit-amit yang memakai apron bergambar boboi boy.
"Aduhh ini papih udah dikongkalikong sama pelanggan mih"
"Ihh papih tungguin Jespell" teriakan cempreng berasal dari bocah kecil berusia 6 tahun yang memakai seragam Sekolah Dasar.
"Cepetan nak aduhh. Taeh-taeh mana?" ucapnya sambil mengangkat Jesper ke tempat dibelakang setir.
"Aku datangggg. Jangan panggil taeh-taeh dong pih. Kok nggak sekalian aja itu huruf h diganti k" ketus Taehyung.
"Taek-taek (tek-tek bacanya) ayooo cepetaan" teriak Chanyeol dengan polosnya.
Taehyung menepuk jidatnya, "Ahh konyol amat papih gue"
"Anak durhaka, cepetan naik! Papih nanti kesiangan!" cerocos Baekhyun pada Taehyung.
Taehyung menaiki motor Chanyeol dengan bersungut-sungut. Namun saat Chanyeol akan berangkat ia merasa jaketnya tertarik oleh sesuatu. Ia menghentikan motornya dan melihat ke belakang. Dan yang terlihat adalah tangan Taehyung yang menarik jaketnya dan tangan Baekhyun yang menarik tali tas Taehyung.
Chanyeol berdecak, "Apaan sih mihh yassalam"
Baekhyun merengut, "Salim (cium tangan) dong" ujarnya sambil menyodorkan tangan ke arah Chanyeol.
Chanyeol menepuk dahinya, "Mamih yang cium tangan papih, nggak sopan amat sama suami. Sini"
Baekhyun mengambil tangan Chanyeol dan menempelkannya di dahi. "Dicium mamih bukan ditemplokin ke jidat" cerocos Taehyung. Baekhyun merengut lalu mencium tangan Chanyeol.
"Oke papih berangkat!"
Dan berangkatlah Bang Chanyeol dengan kedua dayang-dayang yang menemaninya.
.
.
Sehun berkaca di depan kaca besar di dalam kost mewahnya. Mewah, karena ada kamar mandi di dalam, dapur mini, kamar ada tipinya, rooftop. Sehun mendapat itu semua karena wajah tampannya. Dan beruntungnya lagi si Mama kost kepincut Sehun saat ia mendatangi rumahnya untuk menyewa sebuah kost. Dan sialnya si Papa kost sebal karena si Mama kost memberikan fasilitas cuma-cuma pada Sehun.
"Aaaa~ syalalaaa dududu~" Sehun bernyanyi sambil mengelap motor Satria putihnya.
"Woii! Berisik bocah! Diem kagak! Gua golok luu!" teriak si Papa kost dari dalam rumahnya.
"Jangan berhenti Sehuun! Suaranya enak kooook. Lanjutin ajaa"
Lalu terdengar suara gaduh dari sana dan munculah sosok Papa dengan rambut tipis-tipis di kepalanya, si Papa kost dengan wajah sangar yang dibuat-buat.
"Berangkat nggak lu! Nggak kuliah lu hah?!" ketusnya sambil menunjuk-nunjuk ke arah Sehun yang melongo melihat wajah merah si Papa kost.
"Iya Sehun mau berangkat Pa, doain yaa Sehun mau menuntut ilmu"
"Hidih apaan lu panggil gue Papa. Anak gue darimana luu?"
Sehun menaiki motor berkilaunya, dan menyisir rambutnya lalu memakai helmnya. Ugh, si Papa kost sempat terpana, sempat terpanaa.
"Sehun berangkat ya Papa, bilangin sama Mama kalau jemuran kolornya udah kering, tadi pagi jemurannya terbang ke atap Sehun. Kolor yang warna ungu, masih ada di atap. Belum Sehun ambil" Dan Sehun pun berangkat meninggalkan Si Papa kost yang sibuk mengomeli si Mama kost karena seenaknya menerbangkan kolornya menggunakan kipas angin.
.
.
Luhan menyisir rambut hitam berkilau, lembut, wangi, lebat mengembang dengan sisir warna biru bergambar Iron Man. Merapikan bajunya kemudian memakai jaket abu-abu miliknya. Cant- ehh tampan sudah dirinya saat ini. Tinggal berangkat capcuss. Luhan keluar dari rumahnya sambil menempelkan handphone di telinganya.
Tutt tutt
"Ha-"
"Halo? Adek Luhan belum berangkat kan? Ini saya lagi nganter Taeh-taeh sama Perr-perr dulu ya?"
"Ahh kalo gitu aku cari ojek lain aja ya?"
"Ehhh jangaaaaaaan"
"Aduh gapapa deh ya"
"Ehh Lu-"
Luhan merengut kemudian ingin menelpon salah satu ojek langganannya. Namun sebelum ia melakukan itu, ada sepeda motor Satria baja putih berhenti dihadapannya.
"Neng Luuuhaan~"
"Nang neng nang neng"
"Neng nang neng neng nong nengg neng neng nengg"
"Aduh apaan siii"
"Neng Luhan mau berangkat ya? Abang Sehun anterin hayuk" Sehun menyengir.
Luhan mengangkat alisnya, "Kamu alih profesi jadi ojek?"
"Aku ojek hanya untukmu neng~"
"Ahh–"
"Ayo neng, kelamaan inii, keburu maghrib"
"Dhuhur aja belum, udah maghrib"
"Ayoo nengg, ngomel muluuu. Abang Sehun udah wangi ini"
"Gratis yaa?"
"Aduh iya. Hayuuk neng cepet. Abang udah gak sabar"
"Diem kagak lu, bawel amat. Nggak jadi naik nih"
"Ehh jangan neng, sini sini ayo, helmnya dipakek dulu yaa" ujar Sehun seraya memberikan helm berwarna pink. Sebelumnya memang Sehun sudah menyiapkannya untuk neng Luhan tersayang ahehahehee.
Luhan menaiki motor Sehun sambil memakai helm pink bergambar Elsa di atasnya. "Ayo berangkat cepetan"
"Sabar atuh neng, pegangan dulu dong"
Luhan memukul punggung tegap Sehun, "GAK"
"Aduh galak amat sih, cantik. Ayo baca do'a dulu neng, biar selamat sampai tujuan"
"CEPETANN!"
.
.
"Aaaaaa kesayangaaaaan selamat pagiiii!"
"Aku bukan kesayangaaan punyaaa luuu Jongtosss!"
Jongin berhenti, "Eh emangnya aku manggil kamu?"
Kyungsoo memerah, malu dan menahan marah. "TAU AH!"
"Ehh jangan gituuu. Aku cuma becandaaa huaaaa"
Kyungsoo berjalan menjauhi Jongin yang masih mengejarnya dengan meneriakkan namanya. Ugh, malu sekali dia. Apa Jongin tidak menyadari kalau mereka sedang berada di lapangan parkir yang tentunya lokasinya sangat strategis dan ada banyak murid disana.
"Ayang Ucuu abang Ongi cuma becandaa hueee. Jangan marah dong bebeb"
"Pergi kagak lu! Gue mules!"
"Kalo mules pergi ke wc atuh bebb. Sini abang anterin ahehehee" Jongin masih berlari sambil membayangkan yang 'enggak-enggak' sampaii...
BRUKK
"WADOO JANGAN PASANG BADAN DISINI NAPAH?! INI JALAN UMUM COEG" Jongin memegang hidungnya sambil memaki-maki badan yang telah menghalangi antara dirinya dan ayang bebeb Kyungsoo.
Kyungsoo yang mendengar rutukan Jongin berbalik, "Jongin lu bisa kagak gak ter-" Kyungsoo membulatkan matanya, "riakk- Jongin lu kok polos amat orangnya"
Jongin mengangkat kepalanya menatap tersangka penabrakan, "Ooo- selamat pagi, Sir. Wahh badan Sir Alex semakin bagus yaa, gagah sekalii. Keren Sir, sungguh sungguh sungguh keren. Oh maaf ya Sir, saya mau ke kopsis, nge-print poster Seni Budaya. Permisi Sir."
Jongin melewati Sir Alex, guru tata tertib tertertib, terdisiplin, tergagah, tergarang, ter terrrr (?). Namun, ia berhenti saat merasakan bulu kuduknya merinding hebat, dan Jongin pun memberanikan diri untuk membalik badannya. Dan disana ada Sir Alex yang menatapnya dengan hawa-hawa ungu disekitarnya. Jongin bergidik.
"Jongin, kamu ke ruangan saya pas istirahat pertama. HARI INI! SAMBIL MEMBAWA FOLIO BERGARIS SEBANYAK 20 LEMBAR! CARI SEMUA HAL TENTANG KESENIAN DI SELURUH DUNIA! LENGKAP BESERTA GAMBARNYA!. Sekian. Terima kasih."
Kyungsoo hanya bisa menatap prihatin Jongin yang saat ini sudah tergeletak lemas di samping mobil merah Sir Alex.
.
.
Ada yang aneh dengan kediaman juragan kerupuk hari ini. Rumah yang biasanya ramai kini sepi seperti tak ada penghuni. Sepertinya ada perang dingin antar penghuni rumah.
"Kamu itu jadi istri seharusnya nurut sama suami. Jadi istri kudu bisa memenuhi kebutuhan suaminya. Kalau udah punya suami itu harusnya gak lirik-lirik sana-sini. Jaga hati, jaga mata, jaga pikiran–"
"Selamat menjalankan ibadah puasa" celetuk sang istri.
"Mama ini kalo dinasehatin sama suami sukanya 'nylimur'. Gak sopan! Jadi istri itu harus nurut sama suami supaya bisa masuk surga!"
"Papa sih kalo nasehatin kayak gitu." ucap sang Mama kost pada Papa kost.
"Kayak gitu gimana sih? Udah ah pokoknya Mama gak boleh manjain itu Nehun-"
"Sehun, papa. Nama ganteng-ganteng kok diganti."
"Tuh kan, Mama kalo dibil–"
TENG TONG ADA TAMU WOII CEPET BUKA PINTUNYA
Sungguh, itu adalah bel rumah Papa kost dan Mama kost.
"Engkong Kris! Mami Tao! Ziyu ngasih hantaraan dari Mama Ziyuu!"
"Ehh, dedek Ziyu, aduh aduh lucunya anak siapa sihh?" canda Tao saat ia membukakan pintu untuk Ziyu.
"Anaknya Mama sama Baba Ziyu dong. Oh sama adeknya Mbak Luhan ganteng abal-abal."
"Hahahaa. Aduh makasih ya hantarannya. Sini Mami Tao cium."
"Gak mau, Mami bau duren, Ziyu gak suka duren. Udah ya Mami, Ziyu mau pulang dulu. Dadahhh"
Dan Ziyu pergi meninggalkan kediaman Kris dan Tao dengan senang bahagia hati gembira. Sedangkan Tao tetap berada di posisinya, yaitu membungkuk sambil memonyongkan bibirnya.
.
.
"Ati-ati neng turunnya. Iya gitu, sini abang pegangin."
Plokk
Luhan memukul helm hitam berkilau milik Sehun, "Lu pikir gua bocah 5 tahun apahh?!"
"Santai atuh neng, kan wajar kalo abang khawatir." Jawab Sehun sambil menatap Luhan dengan wajah modus-modus gimanaaa gitu.
Luhan yang moodnya sedang bergejolak layaknya api kompor di kost-kostannya akibat ojek langganan seblengnya itu, hanya melengos meninggalkan Sehun yang melongo melihat kelakuan absurd Luhan.
"NENG!" Luhan melanjutkan acara berjalannya.
"NENG LUHAN! NENG! NENG LUHAN! LUHAN HOOIII" Luhan sedikit berasap saudara-saudara.
"NENG LUHAN YASSALAAAAM! ITU HELM DILEPAS DULU DONG NENG!"
Luhan membeku, sontak memegang kepalanya, 'Loh kok licin amat ya ini kepala?'. Luhan lalu membalikkan badannya, menatap Sehun yang masih berdiri di samping motornya sambil menunjuk-nunjuk kepala Luhan beserta cengiran di wajahnya.
"SEHUN JAHAAATT! KENAPA NGGAK INGETIN AKU SIH!" Luhan berlari menuju Sehun lalu-
Brukk
Memeluk Sehun dengan helm yang masih terpasang di kepalanya-
"AKU MALU HUEEEE" -yang tentu saja otomatis benda bulat keras itu menghantam dagu membahana si Sehun.
'Sakit atuhh neengg. Aduhh' ringis Sehun di dalam hatinya tentunya, takut membuat neng Luhan marah lagii, hahaaa
.
.
Chanyeol sudah bersiap akan membalikkan motornya sebelum- "Pih uang jajan mana?"
Chanyeol menatap heran anak sulungnya, "Kan udah dikasih mamih tadi?"
Taehyung menatap malas papihnya, "Kayak gak tau mamih aja, Taehyung cuma dikasih sepuluh rebu papih. Bayangin! Sepuluh rebu! Masa Taehyung udah SMA gini cuma dikasih sepuluh rebu? Cuma bisa beli bakso satu porsi di kantin pih, itupun dapet kembalian empat rebu lima ratus. Nah minumnya dua rebu lima ratus, tinggal dua rebu buat apaan pih? Beli kentang krispi depan sekolah aja kagak cukuup atuhh. Terus nanti pulangnya gimana? Iya kalo papih mau jemput. Biasanya juga Taehyung pulang sendiri. Itupun nebeng temen. Iya kalo ada tebengan, kalo nggak ya naik angkot. Naik angkot dua rebu mah cuma 5 menit doang duduknya pih, boro-boro nyampe, yang ada malah diusir"
Chanyeol menoyor kepala anaknya, "Papih kan gak megang jatah kasih uang jajan anak-anak papih. Emangnya papih apaan kamu kasih rincian daftar harga kayak gitu hah?"
Taehyung memberengut, Chanyeol menarik napas, "Gini yaaa nak, kalo mau banyak uang, bawa bekal gitu loo ke sekolah atau sekali-kali puasa atuh, kan itung-itung diet. Kayak mamih kamu itu loh, rajin puasa. Sekarang langsing kan? Aduhh jadi kangen mamihhh"
Chanyeol menatap langit dengan pandangan berbinar-binar. Taehyung hanya menatap malas papih seblengnya itu, "Udah ah, bete sama papih."
"Ehh sini-sini papih kasih. Bentar yaaa" Chanyeol mengeluarkan dompetnya, "Nihh yaudah papih mau berangkat kerja dadaaaah"
Krikk krikk krukk
Taehyung menatap nanar uang ditangannya, "Lima rebuuuu?! Emang gua anak sd dikasih uang jajan lima rebuuu?!"
.
.
Jongin berlari penuh semangat menuju koperasi siswa. Berhenti sejenak untuk menstabilkan napasnya. Lalu berjalan penuh keyakinan menuju koperasi siswa.
"Mas beli folio bergaris sepuluh buah." Ujar Jongin seraya mengeluarkan uang dari saku bajunya.
"Abis dek folio bergarisnya-"
Jderr Jderr Jderr berjeder-jeder deh jantung Jongin. Bersiap pingsan sebelum suara manis-manis pahit milik mas penjaga kopsis menyadarkannya.
"Eh tapi liat dulu sih disitu ada apa nggak"
Sontak Jongin mengacak-acak tumpukan kertas hvs yang ada di atas etalase dan matanya berbinar saat menemukan seonggok kertas bewarna putih nggak putih coklat nggak coklat yang ada di bawah kertas hvs berwarna-warni.
Jongin mengambil semua kertas folio bergaris itu dan menghitungnya, "Mas kok Cuma tujuuhh sihh?"
"Ohh masih ada ya, gak tau dek" Mas Minseok-penjaga koperasi- beranjak dari kursi nyamannya menghampiri Jongin yang kini menempel lesu di etalase.
"Ohh iya mas inget. Tadi pak Alex beli folio bergaris, banyak banget. Berapa ya? Ohh beli 8 rebu tadi. Katanya sih mau buat essay murid-muridnya, baik banget kan yah? Beliin muridnya kertas folio. Ehh dek kamu kan muridnya pak Alex ya? Gak perlu beli folio, bilangin sama temenmu juga, kan udah dibeliin sama pak Alex. Kamu mau beli folio berapa sih emang?"
Jongin hanya menatap kosong mas Minseok di depannya.
"Dek? Mau beli apa nggak? Butuh berapa sih?"
"Sepuluh mas" jawab Jongin lesu dan masih menatap kosong Minseok.
"Itu ada tujuh, kurang tiga ya dek? Beli aja di pak Alex dek! Itu folio, lima ratus rupiah dapet tiga buah. Kan itu tujuh, bayar serebu doang kok, satunya gratis deh. Kurangnya beli aja ke pak Alex, cuma lima ratus rupiah aja masa gak bisa, ya kan?"
Jongin menatap malas mas Minseok, "Masa beli di pak Alex"
Mas Minseok menyengir, "Gak ada salahnya ya kan? Coba aja dulu hehehe"
.
.
Sehun berjalan patah-patah di sepanjang koridor, agak kesusahan membawa tubuhnya sendiri. 'Hahh beratnya bebankuu' batin Sehun.
"Sehuun cepetan jalannya. Aku bentar lagi ada kelasnya pak Ken tauuu"
Oh ternyata si Luhan masih menempel di tubuh Sehun pemirsa. Dengan wajah yang terbenam di lengan berotot minimalis milik Sehun. Helmnya udah dilepas dong tentunya.
"Lah neng Luhan rapet mulu sama abang. Mana jalannya nyeret-nyeret gitu. Makin berat aja beban hidupku nengg"
Luhan menyentak tangan Sehun, "Oh jadi sekarang gitu ya kamu ke aku? Iya?! Okeh, fine. Aku sama kamu berakhir sampai disini huhh" Luhan mengibaskan rambut hitam berkilau, lembut, wangi, lebat mengembangnya dan berjalan melewati Sehun.
"Apanya yang berakhir neng? Mulai aja belum, mau berakhir segala. Nembak gak diterima-terima, dimodusin marah-marah, dimanis-manisin sewot, heran abang" Sehun menggerutu melewati Luhan yang membeku mendengar perkataan Sehun.
Sedikit nylekit rasanya, Luhan hanya menatap sendu punggung Sehun yang semakin menjauh.
"Maaf bang" lirih Luhan. Dan dimulailah adegan nangis bombay Luhan disepanjang koridor menuju kelasnya.
.
.
Jongin berdiri di samping meja hijau dengan bergetar. Iyalah bergetar, folio kurang tiga buah udah nyelonong aja menghadap Yang Mulia Sir Alex. Meja pak Alex dengan aksen dedaunan dimana-mana. Biasalah orang adiwiyata, maklum kalau banyak unsur kehijauan disana.
"Sir Alex, anu- itu-"
"Ada apa?!"
Jongin mengelus pelan dadanya, "Aduh pak, kaget saya pak serius"
Pak Alex melotot sangar ke Jongin, "Mau apa kamu?"
"Loh gimana sih pak Alex, katanya saya disuruh nulis kesenian di seluruh dunia. Ini saya udah print gambarnya pak"
Pak Alex menyeruput kopinya, "Ohh yasudah kerjakan"
"Oke pak" Jongin memposisikan dirinya di samping kursi pak Alex, bertumpu pada lutut di lantai dan siku di atas meja.
"Naamaa-"
"Hoiii kamu ngapain?"
"Ngerjain tugas lah pak. Ini saya lagi nulis nama saya"
"Maksudnya, KAMU NGAPAIN NGLEMPOH DI PINGGIR SAYA JONG?! ITU LAGI APAAN KETIAK KAMU ITU NUTUPIN DAUN-DAUN SAYA?! SONO NULIS DI LAPANGAN PARKIR! JANGAN DISINI!"
"Oke pak, permisi" Jongin beranjak dari duduk sementaranya.
Pak Alex tergelak melihat kepolosgoblokan muridnya, "Aduh terserah deh mau kamu apa?"
Jongin berbalik menatap pak Alex, "Yang bener pak?"
Pak Alex memijat pangkal hidungnya, "Iya, saya pusing deket kamu"
"Yess, saya mau tugas saya dibatalin pak. Capeek pak kalau nulis sampe 20 lembar, iya kalo ngetik pak, rada enteng. Bisa ya pak?"
"Jong"
"Iya pak?"
"TULIS KESENIAAN DI SELURUH DUNIA 20 LEMBAR DI FOLIO BERGARIS PAKEK GAMBAR!"
"Loh?"
"PAKEK GAMBAR. GAMBARNYA GAK BOLEH DI PRINT, KAMU GAMBAR SENDIRI DI KERTAS A4, FULL COLOR. Kumpulkan ke saya besok di jam istirahat kedua"
Dan seketika Jongin pingsan di samping dispenser dengan kedua tangannya yang masih memegang bolpoint dan folio bergaris.
.
.
Jongin menghela napas lega, akhirnya selesai juga tugas dari Pak Alex. Setelah berlari kesana-kemari mencai folio bergaris, akhirnya Jongin nemu juga di temennya yang emang sukanya jualan, entah kok jualan folio segala tuh anak. Jongin memutuskan untuk nyicil ngerjain tugasnya, lumayan. Nggambarnya di sekolah, essainya di rumah. Hoho. Jongin menatap kagum hasil gambarnya. Benar-benar mahakarya, pikirnya. Lalu meletakkan lembaran itu di sampingnya dan menatap tumpukan kertas kosong di depannya.
"Satu udah selesai, tinggal 19 lagi"
Jongin bersiap menggoreskan penanya dengan semangat sebelum–
"Jonggh~"
"Bebekk luu! Kagak usah bisik-bisik gitu napa?!"
"Maapin Ucu Jong huks"
Jongin menoleh ke arah suara, "Ehh beb Ucuu kok nangis? Maafin abang yaa? Aduh tadi abang Cuma kaget. Sini abang puk-puk"
Jongin bersiap akan memeluk Kyungsoo, namun seketika Kyungsoo meledak-ledak, "Gua kagak mau dipuk-puk ama lu! Idihhh belum mandi gitu mau meluk-meluk gua lu"
Jongin membaui dirinya, "Abang udah mandi beb tadi pagi serius deh"
"Tapi lu bau apel Jong, parfum apaan sih yang lu pakek?"
"Aaa –parfumnya adek sepupu aku beb hehehehehe"
Kyungsoo mendengus kesal, "Udah belajar kamu?"
Jongin menatap Kyungsoo berbinar-binar, "Bebebb perhatian amat sama abang~ aduh jadi makin sayang dehh"
Kyungsoo menatap sinis muka bersinar-sinar petang Jongin, "Siapa juga yang perhatian sama lu? Kalo lu belajar kan bagus, gua kagak perlu ngasih contekan ke lu ya kan?"
Kyungsoo meninggalkan Jongin yang terbengong-bengong sementara di depan kelas sudah ada Bu Kinanti yang duduk cantik mengingatkan anak didiknya tentang ulangan Matematika yang akan dilaksanakan.
.
.
Luhan berjalan lemas di sepanjang parkiran, dia mau menunggu Sehun disana. Berniat ingin meminta maaf dan memberi penjelasan atas perilakunya selama ini.
"Sehun kok gitu ya? Padahal aku kan udah kode-kode. Aku marah-marah juga niatnya mau becanda. Huh gak peka deh Sehun"
Kode-kode mulu kapan jalannya, haha.
Luhan termenung di samping motor Sehun, menunggu kepulangan si gebetan, ecieee. Namun, Luhan tersentak saat melihat Sehun berjalan bersama seorang perempuan. Luhan menyipitkan matanya. Uhh itu siii-
"Itu tetangga gueee, ampuuun itu ngapain sihh aduhhh"
Luhan melihat ke arah suara, "Eh Suh lu ngapain disini?"
"Ini parkiran kali. Lu gak liat itu mobil gue?" Suho menunjuk mobil Audi hitamnya.
"Terus lu ngapain tiba-tiba –"
"Eh neng Luhan ngapain? Mau pulang bareng neng? Ayuk abang anterin" tanya si Sehun yang baru saja datang, bersama si perempuan anonim.
Melihat Sehun yang berdiri berdampingan dengan si anonim membuat tangan Luhan nylekit-nylekit gimanaa gituu. Dan seketika mood PMSnya muncul.
"Lagi mau kencan sama Suho, iya kan Suh?"
Suho yang sedang menatap si anonim di samping Sehun sontak menatap heran Luhan, "Lu sejak kapan kencan sama gue?"
Luhan menggandeng tangan Suho, "Sejak kita jadian barusan. Ayo Suh berangkat, keburu malem. Nanti aku gak berani pulangnya, oh anterin aja deh nanti yaaa. Kita beli cireng di depan kampus dulu yaaa. Yuk yaa Sehun sama mbak anonim. Duluaan yaa"
Luhan mendorong-dorong Suho masuk ke mobilnya. Meninggalkan Sehun dengan perasaan perih di hatinya.
"Neng Luhaaaa-"
"Eh Sehun kita jadi kerja kelompok gak?"
"Gak deh. Luna pulangnya sendiri aja ya, Sehun lagi galau"
"Yang sabar yaa Hun" Luna menatap prihatin Sehun yang menyalakan motornya kemudian beralih menatap mobil Suho yang menjauh.
"Hahh si Suho udah mainan cewek, gua aduin ke tante biar tau rasa" ujar Luna sambil melambai kepada Sehun yang baru saja pergi.
.
.
Note lagi (curhat): Makasih buat yang udah review di chapter yang dulu, ini ff udah nganggur setahun hehehe. Soalnya dulu lagi males mikir kelanjutannya gitu. Udah gitu juga aku udah kelas 3 SMA waktu itu. Jadi sibuk segala macem. Terus aku juga lagi 'healing time' wesset bahasa gua sok-sokan. Biasa lah ya, namanya kelas 3. Jadi udah mikir kemana nanti nerusinnya. SNMPTN, PMDK PN, sampek tes STAN aku cobain, kagak ada yang tembus wahaha. Sakit sih, tapi mau gimanaa lagii. Curhat bentar ya, kali aja ada yang baca kkk~. Jadi akhirnya, aku memutuskan untuk mensyukurinya aja. Liat temen-temenku pada sibuk ngurusi biaya kuliah (serius kuliah itu butuh biaya gede loh, kalo emang belum bener-bener siap finansialnya, aku saranin gausah maksain diri, kasian orang tua juga) aku sibuk nyiapin diri buat tahun depan. Semoga aja dapet jurusan yang bener-bener emang mantep. Nggak sekedar daftar, peluang masuknya gede, kuliah, tapi ntar lulusnya mau jadi apa, nggak jelas.
Jadi saran sih, buat adek kelas, mungkin ada yang masih SMP atau udah SMA kelas 3 atau berapa. Disiapin mulai dari sekarang. Jangan jagain yang jalur rapot, soalnya dari survei, kebanyakan yang berhasil di dunia perkuliahan itu anak-anak yang masuk lewat jalur tes tulis, soalnya emang bener-bener mampu dan siap. Nggak bermaksud meremehkan yang ketrima lewat jalur rapot loh ya. Kalau belum rejekinya ya gapapa, masih ada tahun depan. Banyak kok yang nunda setahun kuliahnya. Soalnya (kebanyakan soalnya) kalau mau sukses itu kudu gagal dulu, biar lebih hati-hati. Enakan ngerasain pahitnya dulu baru manisnya. Sekian curhatan saya, wehehee. Review ya review.
