Disclaimer: Masashi Kishimoto
Rated: M
Warning: Tema dewasa,OOC,typos,EYD berantakan, SasuSaku slight SasuHina
.
.
.
.
Netra hitam itu memandang sebuah potret di depannya dengan tatapan yang sulit diartikan. Sasuke pernah membaca dalam sebuah buku dongeng bahwa kisah cinta selalu berakhir bahagia. Tapi dia sendiri tidak yakin, apakah sekarang dirinya telah merengkuh kebahagiaannya?
Ditatapnya lagi fotonya bersama seorang gadis berhelai merah muda di atas meja kerjanya. Di samping foto itu, terdapat foto yang lain. Foto pernikahannya. Entah apa yang membuatnya selalu uring-uringan seperti ini. Pernikahannya sudah berjalan sebulan, dan dalam kurun waktu itu semuanya berjalan baik-baik saja. Mungkin lebih terkesan biasa saja—datar. Tak ada pertengkaran diantara mereka, yang ada hanya romansa. Bukankah itulah yang diinginkan kebanyakan orang?
Layaknya sepasang suami istri, sudah pasti dirinya dengan Hinata melakukan hubungan suami istri di malam pertama mereka. Namun setelah malam itu, tak ada lagi. Hanya sekedar kecupan,pelukan dan ciuman di pagi hari. Akhir-akhir ini beberapa pertanyaan muncul dalam benaknya dan terus menghantuinya. Mungkin orang lain beranggapan bahwa ini pertanyaan yang begitu mudah untuk dijawab. Tapi tidak untuk Sasuke, hatinya gamang.
Apa kau bahagia dengan pernikahanmu Sasuke? Orang lain akan berpikir dirinya akan menjawab ya, tapi ada sesuatu entah apa itu yang seperti membebaninya, menahannya dalam sebuah rasa yang ambigu.
Apa kau mencitai Hinata, Sasuke? Mungkin jika pertanyaan ini terlontar sebelum pernikahannya, yaitu pada saat dirinya masih berpacaran dengan Hinata, dengan tegas dirinya akan menjawab ya. Tapi lagi-lagi sesuatu yang tak kasat mata menggantungkan hatinya dalam sebuah rasa yang begitu membingungkan.
Di sudut hatinya, ada sebuah nama yang terus bergema. Rindu begitu kuat mencengkeram hatinya, sugesti yang selalu ia kirimkan bahwa dirnya telah memiliki Hinata lah alasan Sasuke bertahan sampai sekarang.
Jujur, sesekali ia memikirkan sahabat merah mudanya itu. Apa lagi dengan pengakuan sahabatnya saat lampau. Dan setiap Sasuke memikirkannya, tanpa sadar ada sesuatu yang bergetar dalam hatinya. Hanya getaran kecil, namun mampu membuat Sasuke terjerat dalam kenangannya.
Atensi gadis itu yang selalu berada di sisinya, tanpa sadar menjadi bagian dalam hidupnya. Maka ketika gadis itu pergi, seperti burung yang patah salah satu sayapnya, hidupnya tidak stabil. Dirinya sadar bahwa kehidupannya telah berubah.
Belum juga pertanyaan sebelumnya dapat ia jawab, pertanyaan lain muncul dari sisi lain hatinya. Masih samar memang, namun seiring berjalannya waktu pertanyaan itu bersuara semakin jelas.
Pertanyaan yang timbul karena rindu
Pertanyaan yang timbul karena resah
Dan pertanyaan yang timbul karena dirinya yang selalu memikirkan sosok itu diam-diam
Apakah kini kau mulai jatuh cinta kepadanya?
Katakan dia gila, bajingan, lelaki brengsek yang sudah memiliki istri namun mempunyai rasa kepada wanita lain. Sepertinya umpatan-umpatan itu masih belum dapat mewakilinya. Sasuke sadar, bahwa ini sebuah kesalahan. Pergulatan antara hati dan pikirannya sudah berkali-kali terjadi, ketika hatinya akan menyeuarakan sebuah kebenaran pikirannya pasti akan mendesaknya dengan kenyataan. Begitu menyedihkan bukan.
Namun setidaknya ada satu hal yang perlu kita pahami.
Ini rasanya, rasa yang timbul bukan karena kehendaknya. Jadi, siapa yang bisa menyalahkan hati?
.
.
Di suatu tempat, terlihat sosok wanita berhelai muda yang sedang duduk termenung di bawah rindangnya pohon sakura. Helai rambutnya berterbangan ditiup angin, menggelitik wajahnya yang ayu. Jarinya yang lentik mulai menggoreskan tinta dari pena yang digenggamnya pada sebuah buku bersampul biru. Salah satu benda yang ia dapat dari sahabatnya sebagai hadiah saat ulang tahunnya.
Jika kalian penasaran apa yang sedang ditulisnya, itu hanya sebuah puisi. Dulu, puisi yang ditulisnya biasanya dibuat lagu oleh sahabatnya dan akan mereka nyanyikan bersama.
Tes
Tanpa dia sadari, setetes air jatuh dari pelupuk matanya. Selalu seperti ini, setiap kenangan itu muncul air mata tak pernah bisa ia bendung. Entahlah, akhir-akhir ini dirinya juga sangat sensitif, mungkin ini juga karena pengaruh kehamilannya.
Bukunya ia taruh di samping tubuhnya. Sakura mengusap perutnya lembut, perutnya memang belum begitu besar mengingat usia kandungannya yang baru memasuki dua bulan.
"Apa kabarmu, Sasuke-kun?" hanya sebuah gumaman, berharap angin akan menyampaikan pesannya. Kalian pasti berpikir bahwa Sakura adalah wanita bodoh, egois, tidak tau diri atau bahkan rendahan. Sekali lagi Sakura tak peduli. Dia tau apa yang dia perbuat adalah salah, dari segi manapun pasti salah. Namun jika Eros sudah melepaskan anak panah untuknya, dia tak bisa menghindar. Kenyataannya dia jatuh cinta pada Sasuke, sebuah rasa yang tak seharusnya ada diantara mereka.
Mengenai kehamilannya, dia sendiri tidak menyangka. Tepatnya satu hari sebelum hari pernikahan Sasuke dan Hinata, Sakura pergi ke dokter dan dokter mengatakan bahwa dirinya sedang mengandung dengan usia kandungan tiga minggu. Saat itu pula dirinya menangis, antara sedih dan bahagia. Sedih karena memikirkan anaknya akan lahir tanpa seorang ayah. Dan selayaknya seorang ibu, dia bahagia memiliki anak, apalagi dari seorang yang sangat berarti untuknya. Seperti Sakura yang mencintai Sasuke, Sakura juga mencintai anak ini dengan sepenuh hatinya. Sakura pun sudah mempersiapkan diri untuk segala resiko yang akan dihadapinya.
"Sakura! Kemari, Nak!" panggilan dari ibunya menyadarkan lamunannya. Segera dia berdiri, bergegas pergi menuju ibunya. Meninggalkan buku birunya yang lembarannya terbuka ditiup angin, hingga lembaran itu terbuka pada sebuah halaman yang masih terdapat pena di atasnya.
Saat aku melihatmu, semuanya berhenti
Aku tidak tau sejak kapan
Kau datang mengguncang hatiku
Datang seperti mimpi, dan aku sadar sepertinya ini takdir
Aku mencintaimu
Apa kau dengar?
Hanya kamu..
Tutup matamu, dan dengarkan pengakuan air mataku
Cintaku kan tersebar dengan angin
Kapanpun, dimanapun kau berada
Aku mencintaimu
Aku mencoba menjauhimu tapi hatiku menjerit menerimamu
Bahkan jika aku mengambil sedikit waktu untuk kembali
Dengarkan, aku yang akan terlebih dulu jatuh cinta kepadamu
Dan jika kau tak mencintaiku pun tak apa
Asal izinkan aku, tuk tetap mencintaimu
TBC
A/N:
Sesuai dengan permintaan para reader, akhirnya saya memutuskan untuk buat sequel dari All I Ask. Ini baru semacam prolog, jadi maaf kalau masih pendek ya.
Dan terima kasih saya ucapkan sebanyak-banyak untuk kalian yang sudah menyempatkan diri untuk membaca All I Ask apa lagi meninggalkan review saya tidak menyangka responnya kan sebanyak itu. Sebenernya agak sedih waktu liat kotak review dan ada yang bicara seenaknya. Jadi saya mau menegaskan bahwa saya masih seorang pelajar, dan saya juga orang baik-baik, pergaulan saya pun pergaulan yang sehat. Jadi tolong jangan menjudge saya sembarangan.
Oke, Our Lesson In Love ini saya persembahkan buat para reader semua yang minta kalau All I Ask dibuatkan sequel, semoga ngga mengecewakan ya. Dan juga saya ngucapin terima kasih banyak buat sahabat saya—Hana,yang udah support saya :*:*
Oh ya, satu lagi. Minggu depan saya akan UAS, jadi mungkin ngga bisa update sampai UASnya selesai :3
RnR?
Salam hangat
Flow ;)
