ANGST pertama Noel!
ZOMG!!!! Siapa yang nyangka Noella Ardath yang pikirannya selalu ngaco (makanya fic-nya biasanya humor semua) bisa buat angst?
Pertama-tama Noel ucapkan makasih buat Rully-san yang telah memberi Noel solusi, lalu Noel juga berterima kasih kepada mbak Dewi yang ngarang 'Marionette' karena novel itulah yang Noel jadikan panutan buat nulis angst.
Baiklah, sebenernya fic ini ada sejarahnya.... Tapi ya udahlah.
Disclaimer : Kalo Naruto punya Noel, wajahnya Tobi nggak bakal banyak kerutannya gitu!
"Maaf....".
Seorang pemuda tampan bermata hitam dan berkulit pucat menatap kesal kepada gadis mungil di sampingnya. Mata lavendernya terus tertunduk dan memancarkan penyesalan yang luar biasa. Cowok itu menatap gelas yang baru saja dijatuhkannya.
Ya, dijatuhkannya.
Bukan, bukan gadis levender yang menjatuhkannya, ialah yang menjatuhkannya.
Dan tetap saja si gadis meminta maaf.
Uchiha Sasuke, mantan buronan Konoha yang membuat sebuah kelompok bernama 'Taka' telah dibawa kembali dengan sukses ke Konoha, lengkap dengan Itachi Uchiha yang tergeletak hanya beralaskan papan tipis dihadapannya.
Ironinya, bukan benci yang ia rasakan. Ia telah mengetahui segala kebohongan dalam kebenciannya. Tentang dendam yang ditanamkan kakaknya kepada dirinya. Dan diantara perasaan yang campur aduk, ia dapat mendengar sayup-sayup perasaan dominan yang kerap muncul di dengung kepalanya...
Benci,
Kesal,
Bingung,
Lega,
Namun diantara hal itu hanya satu yang benar-benar ia rasakan. Hanya satu yang menancap seperti duri di dalam hatinya. Perasaan yang persis gadis lavender ini pancarkan dari mata yang hampir sepucat kulit gadis itu.
"Hyuuga Hinata". Nama itu seperti duri keluar dari bibirnya. Aneh dan dingin, seolah itu tidak sepantasnya keluar dari bibirnya. Hinata melirik Sasuke yang daritadi menatap dirinya. "Y-ya?". Sasuke menggeram, ia tak suka gadis ini. Ia tak suka Hyuuga. Ia tak suka Hinata.
Pada dasarnya ia tak suka hampir setiap orang yang ia temui di dalam hidupnya. Ia bahkan tak menyukai dirinya sendiri.
"Berhenti mengatakan maaf". Katanya berusaha tidak terdengar dingin, tapi sepertinya apapun yang ia katakan selalu terdengar dingin. "Kenapa?". Tanya Hinata gemetar. "Karena itu mengganggu". Sasuke menatap Hinata, yang membuat Sasuke langsung menyesali perbuatannya itu, karena ia memutuskan ia tidak suka mata itu. Sasuke Uchiha tidak suka warna lavender lembut yang memantulkan mata hitam kelam miliknya.
"K-kenapa?".
Sasuke menggeram, "karena aku tidak menyukainya". Sekarang kalimat itu terdengar dingin, koreksi, sangat dingin. Hinata menunduk dan melanjutkan pemeriksaan rutinnya, ia menyesal harus merawat Sasuke Uchiha. Karena Sakura tidak ingin merawat Sasuke dan memilih merawat Itachi, jadi ia terpaksa harus merawat Sasuke Uchiha.
Sebenarnya Hinata bahkan menyesal telah mempelajari Medic Nin dari awal.
Setelah pemeriksaan dalam bisu dan membersihkan gelas yang jatuh tadi Hinata membungkuk dan pergi dari ruangan itu. Ruangan yang diisi kegelapan dan kesedihan. Ruangan yang membuat Hinata sulit bernafas karena banyaknya emosi campur aduk yang menyelimuti ruangan itu. Namun lebih dari itu...
Ruangan itu diisi kekosongan yang hampa....
"Maaf".
Sudah seminggu sejak pertama kali Hinata Hyuuga menjadi perawatnya, dan sudah 31 kali ia mengucapkan kata maaf kepadanya.
Bukannya Sasuke tidak punya pekerjaan yang lebih berarti dari pada menghitung kata maaf yang keluar dari bibir Hyuuga, tapi ia sendiri tak bisa mengontrolnya, setiap kata maaf dari Hinata Hyuuga membuat darahnya berdesir keras di dalam pembuluh nadinya dan membuat dengung di dalam kepalanya semakin jelas.
Sasuke menatap mata Hinata, dan seperti hari-hari yang lalu, menyesali perbuatannya. Ia dapat melihat mata hitamnya menatap balik kepada dirinya dari cermin lavender itu. "Sudah kubilang jangan ucapkan kata sampah itu lagi!". Sasuke menatap Hinata lebih tajam, mengatur nada bicaranya agar terdengar lebih mengintimidasi.
"M-maaf".
Sasuke menggeram, ia benci. Ia benci Hinata Hyuuga. Lebih dari apapun di dunia ini. Ia benci mata lavendernya, ia benci suara lembutnya, ia benci rambut panjangnya, ia benci kulit pucatnya, ia benci tubuh kecilnya, ia benci semburat merah muda yang ada di pipinya, ia benci Hinata Hyuuga.
Garis bawahi kata benci.
"Aku sudah bilang padamu, Jangan katakan kata itu! Apa kau tuli? Apa kau sengaja? Apa kau bodoh?". Hinata menatap kosong Sasuke. "Maaf, maaf, maaf! Memangnya kata-kata seperti itu bisa membuat air yang tumpah kembali seperti semua? Memangnya kata itu bisa membuat kecerobohanmu berkurang? Memangnya kata itu bisa membuat rasa sakit dari jarum yang suntikkan itu menghilang? Memangnya kata maaf bisa membuatmu berguna?".
Hinata menatap Sasuke, menatap kedua bola mata hitam pekatnya, Hinata melihat semburat emosi. Emosi yang tidak kosong dan hampa. Yang membuat Hinata serasa menemukan benda yang ia cari selama ini. Ini adalah benda yang hilang dari mata Sasuke yang dulu. Inilah yang membuat ruangan ini menyesakkan.
Dan dari segala hal yang dapat Sasuke Uchiha pikirkan, yang dapat ia terka, dari segala kemungkinan yang akan terjadi. Tidak sekalipun ia berpikir atau bahkan terlintas bahwa Hinata Hyuuga akan memeluknya. Tapi pada kenyataannya, Hinata Hyuuga memeluknya.
Hinata Hyuuga memeluknya, Sasuke Uchiha.
Hinata terdiam, Sasuke terdiam.
Tidak sekalipun mereka memprediksi akan terjadi hal seperti ini. Baik Hyuuga atau Uchiha. Mereka tidak melihat ini akan datang. Mereka tidak menyangka Hinata akan memeluk Sasuke. Karena label yang ada tadi masih, mereka berdua saling membenci.
"Kenapa kau memelukku?".
Suara Sasuke, sepeti biasa dingin. Tapi anehnya Hinata tidak ingin melepaskan Sasuke dan Sasuke sendiri tidak ingin dilepaskan oleh Hinata. "Uchiha-san". Suara itu lagi, dengung di dalam kepala Sasuke semakin jelas, semakin besar.
"Uchiha-san...".
Hinata bersumpah, ia melihat dua emosi terpancar dari mata Sasuke. Dan kalau ia tak salah, emosi itu adalah.
Penyesalan dan...
Iri?
Hinata bingung, seorang Sasuke Uchiha iri kepadanya, iri kepada Hinata Hyuuga. Memangnya apa yang membuat seorang Uchiha iri kepada Hyuuga? Mereka memilik mata hitam yang penuh emosi, tidak seperti Hyuuga yang memiliki warna pucat yang dingin. Mereka memiliki kekuatan hebat yang diakui di seluruh Konoha, bahkan di luar Konoha, bukannya mengatakan keluarga Hyuuga lemah, tapi ia lemah.
Hinata Hyuuga lemah.
Maka dari itu ayahnya ingin menukarkan posisi Neji dan dirinya. Maka dari itu ia akan dipindahkan menjadi bagian keluarga bawah. Maka dari itu tiga hari lagi segel Neji akan dihapus dan dipindahkan kepada dirinya.
Dan saat itu ia tidak diizinkan memanggil ayahnya 'ayah', Neji 'kakak' dan Hanabi 'Hanabi'. Mulai saat itu ia harus memanggil mereka 'tuan'. Dan hal itu mengiris-iris hatinya.
Karena ia lemah.
Ia menatap Sasuke yang tertidur diranjangnya, tambahan lagi Sasuke Uchiha memiliki wajah yang tampan. Mudah sekali bagi Sasuke untuk mendapatkan gadis yang ia sukai, tapi untuk Hinata, untuk mendapatkan Naruto yang dicintainya hal itu seperti, mustahil?
Bukannya Hinata tidak menghargai Sasuke sebagai makhluk kesepian yang kehilangan seluruh keluarganya. Ia juga akan sangat depresi kalau-kalau ia harus menyaksikan kakaknya membunuh semua anggota klan di depan mata kepalanya sendiri. Tapi, bukankah ia punya Naruto? Bukankah ia punya Sakura? Bukankah ia punya guru Kakashi? Bukankah Sasuke Uchiha dicintai banyak orang?
Bukankah Hinata, yang memiliki keluarga, tidak pernah seumur hidupnya dicintai sebegitu besarnya oleh sebegitu banyak orang?
Naruto yang hampir mati demi mengembalikan Sasuke ke Konoha.
Sakura yang terus belajar keras untuk mencari tahu cara menghilangkan segel Orochimaru.
Guru Kakashi yang, ya, menolong?
Ino, Chouji, Shikamaru, Neji, Tenten, Gaara, Lee, nona Tsunade, Shizune, hampir seluruh Konoha dan teman-teman barunya yang kemarin ikut bertarung bersama Sasuke.
Dan Sai....
Sai yang meninggal demi membawa pulang Sasuke. Sai yang tidak tahu apa-apa tentang Sasuke tapi berkorban begitu besar untuk Sasuke. Bahkan orang yang tak mengenalnya seperti Sai mau mencintainya.
Memangnya apa lagi yang Sasuke Uchiha inginkan?
Semua klannya bangkit dari kubur dan hidup bahagia bersama selamanya?
Hinata akan menangis karena iri yang amat sangat karena kesempurnaan hidup Sasuke kalau begitu.
Sasuke membuka matanya, dengung di dalam kepalanya telah menghilang. Ia mecoba mengingat apa yang terjadi. Ia tertidur di dalam pelukan seorang Hyuuga. Bukan, bukan hanya Hyuuga tapi Hinata Hyuuga. Tiba-tiba dengung dikepalanya kembali muncul, dengung yang mengganggu. Kalau dipikir-pikir, dengung ini mulai muncul semenjak ia bertemu Hinata.
Itulah kenapa ia benci Hinata.
Sasuke mencoba duduk dan mendapati dirinya langsung berhadapan dengan pembatas tipis antara ruangannya dan ruangan Itachi.
Hanya papan tipis. Dan disebelah sana terbaring Itachi Uchiha. Kakak kandungnya, yang membunuh keluarga mereka untuk melindungi Konoha dari perang. Itachi Uchiha, yang telah mengarang dendam dalam dirinya.
Bukan,
Itachi tidak mengarang apapun. Ialah yang mengarang hal itu sendiri. Sasukelah yang mengarangnya sendiri.
"Itachi Uchiha kan?".
Sasuke terkejut dan mendapati Hinata yang ada di depan pintu kamarnya, segelas air putih di tangan kanannya. Ia tersenyum dan berjalan mendekati Sasuke. Sesampainya di samping Sasuke ia meletakkan air putih itu lalu duduk di bangku didekatnya.
"K-kau menyebutnya di dalam m-mimpimu". Hinata memberanikan diri menatap Sasuke yang sedang menatap dinding putih di depannya. Sasuke diam, tak bergerak, tak bersuara. Ruangan pun hening. Hinata bahkan bisa mendengar suara nafas Sasuke dan dirinya.
Nafas yang tidak seirama dan terdengar tidak cocok.
Lama mereka terdiam, Hinata mengambil sebuah benda bulat dan merah dari sakunya.
"Kata Naruto kau suka tomat".
Sasuke terkejut menatap Hinata, tapi dalam hitungan detik mimik wajahnya kembali berubah tenang. 'Jadi tidak ada lagi 'Naruto-kun', huh?' , batin Sasuke.
"Berapa lama aku tertidur?".
Sasuke mencoba terdengar tenang dan biasa. "Se-sekitar 5 jam Uchiha-san. Kau terlihat sangat lelah, apa kau tidak bisa tidur tadi malam?". Sasuke kembali menatap dinding putih di hadapannya. Tidak bisa tidur tadi malam? Sasuke tidak pernah bisa tidur selama dibalik dinding itu terbaring Itachi Uchiha.
Itu menghantui Sasuke, makhluk senama iblis...
'Penyesalan' ?
Hinata mengambil pisau buah yang lama teronggok di atas nampan kosong yang sebelumnya berisi buah-buahan. Hinata dengan hati-hati mengiris tomat itu menjadi beberapa bagian lalu menawarkannya kepada Sasuke. "Makanlah".
Sasuke menatap potongan tomat dihadapannya lalu mengambil sepotong. Ia memakannya dan segera ketagihan. Ia mengambil sepotong lagi hingga potongan terakhir. "Kenapa hanya satu?". Tanya Sasuke ketika potongan terakhir telah dilahapnya. "A-aku tidak yakin kau akan memakannya. Maaf, aku akan membawakannya lagi besok".
Mendengar kata maaf membuat Sasuke muak.
"Aku sudah bilang jangan sebut kata itu!". Sasuke kehilangan kontrol. "Ma-maaf". Hanya kata itu yang dapat terlontar dari bibir Hinata. Hinata merasa ia telah mengacaukan mood baik Sasuke dan segera berdiri untuk permisi dan keluar dari ruangan itu. Tapi tiba-tiba ia tak bisa bergerak.
Sasuke menggenggam lengannya.
"U-uchiha-san". Hinata memandang Sasuke dengan takut. "Kenapa kau bisa dengan mudah mengatakannya?". Hinata tertegun, "mengatakan apa?". Sasuke menatap Hinata dengan penuh emosi.
Penyesalan dan iri.
"Maaf". Katanya dingin, "kata maaf".
Hinata balas menatap Sasuke. Lengannya masih digenggam Sasuke dengan kuat. Tapi ia tersedot ke dalam mata Sasuke yang memantulkan emosi-emosi itu. Mata yang hidup, tidak seperti matanya ketika bangun tidur tadi.
"Uchiha-san, kata maaf muncul dari penyesalan". Kata Hinata. Sasuke menggelengkan kepalanya, "kau bohong, kau bohong Hinata". Hinata bergidik, ini pertama kalinya, setelah seminggu, Sasuke mengucapkan namanya tanpa 'Hyuuga'.
Dan jujur saja, hal itu terasa salah.
"Aku tidak berbohong Uchiha-san, itu benar, kau harus memiliki rasa bersalah untuk mengatakan maaf". Sasuke melepaskan lengan Hinata dan memegang kepalanya. Ia menggeleng lalu membenamkan kepalanya ke dalam lututnya. "A, aku tidak. Aku tetap tidak bisa walau aku...".
"Kalau begitu buktikan". Hinata memberanikan diri untuk bicara, "buktikan Uchiha-san, apa kau benar-benar merasa bersalah dengan meminta maaf".
Lalu Hinata pergi, meninggalkan Sasuke yang sekarang sedang termenung.
Dengung dikepalanya tak mau berhenti.......
Oke!!!
Karena Noel tergolong sangat baru dalam nulis angst, jadi mungkin fic ini rada aneh. Maklum biasanya nulis humor yang bahasanya nyante banget, sekarang nulis angst yang bahasanya baku! Maap ya!
Review pliss!
