Cinta itu buta.

Aku tidak mempercayainya, karena bagiku cinta itu dapat melihat hingga aku bisa memandang wanita yang kucintai dengan tatapan cinta.

Cinta itu terkadang menyakitkan.

Itupun aku tidak mempercayainya, karena meskipun aku mengalami hal yang menyakitkan namun setiap aku mengingat kenangan manisku bersamanya semua menjadi menyenangkan.

Cinta itu bisu..

Apakah aku mempercayainya?

Jawabanku adalah iya.

Karena sampai saat ini aku tidak bisa berkata kepadanya bahwa aku mencintainya. Dan sampai saat ini dia tidak dapat mengetahui bahwa aku mencintainya sejak dulu.


Love is silent.

Genre: Romance & General

Disclaimer : Masashi Kishimoto

By: AkinaYuki Nyo

SasuSaku pair

Warning AU, OC & OOC


"Sial" kata seorang laki-laki tampan dengan rambut hitamnya yang mencuat sambil menggerutu berkali-kali mengetahui rencananya gagal pagi ini. Padahal dia sengaja bangun pagi-pagi agar dapat bersiap-siap untuk tampil semaksimal mungkin untuk mempesona seseorang yang mampu menghangatkan hatinya yang dingin. Namun sepertinya Dewi Fortuna tidak berpihak kepadanya hari ini, buktinya saja mobil sport merah kebangaannya yang sudah dipersiapkannya dari kemarin-kemarin hingga dia sendiri yang mencuci mobil itu lima kali agar dia yakin mobilnya telah sempurna, tiba-tiba dipakai kakaknya untuk dinas keluar kota akibat mobil kakaknya rusak secara abnormal bagi Sasuke.

'Rencana gagal, harus jalan kaki ke sekolah juga, lengkap sudah' batin Sasuke memasang wajah kesalnya sambil membuka gerbang rumahnya dengan malas.

"Ohayou Sasuke-kun!" teriak seorang gadis berambut pink yang sudah menunggu di depan gerbang rumah Sasuke dengan sepeda kayuhnya yang setiap hari menemaninya ke sekolah.

"Sakura?" kata Sasuke kaget namun tidak menunjukan ekspresi kagetnya secara terang-terangan di depan Sakura. "Kenapa kau bisa disini?"

"Hei, kau belum membalas salamku. Itu sangat tidak sopan tuan Uchiha Sasuke" kata Sakura memasang gaya menasehati sambil menggoyang-goyangkan jari telunjuknya di depan Sasuke.

"Hn.. Ohayou" sahut Sasuke dengan pelan. "Ada apa kau ke rumahku?"

"Oh.. tadi aku bertemu dengan Itachi-san di pertigaan depan perumahanmu. Katanya kau mau bareng ke sekolah! Tumben?" tanya Sakura dengan sedikit mengejek Sasuke. "Mana mobil mewahmu yang selalu mencipratkan lumpur dan debu kepadaku itu hah?"

"Itu bukan urusanmu" kata Sasuke sinis, padahal sebenarnya dia sangat malu mendengar perkataan dari Sakura. Gadis yang dikenalnya saat Upacara penerimaan murid baru di sekolah mereka.

Saat itu Sasuke melarikan diri dari ceramah panjang kepala sekolah dan memilih untuk tidur di bawah pohon. Namun tiba-tiba muncul seorang gadis berambut pink dari balik tembok pembatas sekolah yang lumayan tinggi, gadis itu meloncat dengan mudahnya melewati tembok pembatas itu.

Sasuke sempat mengira bahwa gadis itu mempunyai sayap yang dapat membuatnya meloncati tembok itu dengan mudahnya. Tapi gadis itu hanya seorang manusia, tak ada sayap yang membentang di punggungnya. Sasuke hanya mentatapnya dengan pandangan heran, namun gadis itu tersenyum manis kearah Sasuke dan berkata "Ohayou, namaku Haruno Sakura! Salam kenal!"

Sejak saat itulah Sasuke merasakan suatu perasaan yang timbul di dadanya. Sesuatu yang membuat dadanya sesak bahkan membuat paru-parunya sulit melakukan pertukaran CO2 dan O2 dengan lancar. Perasaan yang membuat ekor matanya tidak bisa lepas dari sosok gadis berambut pink yang bernama Haruno Sakura hingga ia mengetahui semua kegiatan yang Sakura lakukan dari pagi sampai malam kecuali hal-hal yang pribadi tentunya.

Dan.. perasaan itu sudah tersimpan selama 5 tahun lebih 10 bulan, mungkin sudah melewati batas kadaluarsa dari makanan-makanan ringan bahkan produk kosmetik yang dijual di pasaran. Tapi.. perasaan yang ada di hati Sasuke tidak pernah kadaluarsa, entah Sasuke memakai pengawet seperti apa untuk perasaannya itu, tapi.. Sasuke tahu.. bahwa dia benar-benar menyukai Sakura.

"Hei Sasuke!" sahut Sakura membuyarkan lamunan masa lalu yang teringat kembali di benak Sasuke. "Sebaiknya kita bergegas pergi ke sekolah!"

"Hn.. aku tahu itu" jawab Sasuke singkat namun dia hanya berdiri menatap Sakura dan sepeda kayuhnya yang sudah terparkir di depannya.

"Lalu? Kenapa kau masih berdiri di situ?"

"Hn?" Sasuke menaikkan satu alisnya, dia tidak mengerti dengan maksud pertanyaan Sakura.

"Hei! Jangan bilang bahwa aku yang akan mengoncengmu sampai ke sekolah!" kata Sakura cemberut sambil memasang ekspresi kesal dengan menggembungkan kedua pipinya yang membuat Sasuke gemas dan ingin mencubit kedua pipi Sakura yang bersemu merah itu, namun hal itu tidak mungkin dilakukannya. Mana mungkin seorang Uchiha seperti dirinya melakukan hal seperti itu di depan umum? Sasuke tidak ingin menghancurkan image pangeran es dan manusia pelit kata yang disandangnya hanya karena ingin mengikuti nafsu semata.

"Diamlah, aku yang akan menggoncengmu" kata Sasuke sambil menaiki sepeda itu kemudian Sakura menyusulnya dan duduk manis di belakang.

"Ayo kita berangkat!" kata Sakura menepuk-nepuk punggung Sasuke.

"Hn.." Sasuke mulai mengayuh sepeda itu melewati rumah-rumah mewah yang menjadi pemandangan normal di kawasan yang terkenal sebagai hunian para jutawan di Konoha city. Dia tidak pernah membayangkan akan melewati jalan ini dengan sepeda kayuh yang sangat jarang dikendarainya. Namun dia tidak peduli, meski orang-orang di kawasan itu melihat dirinya dengan pandangan histeris atau apalah, Dewi fortuna masih berpihak padanya.

Meski dia tidak dapat menjemput Sakura dengan mobilnya, dia dapat berduaan bersama Sakura menuju sekolah dengan sepeda kayuh ini. Sepertinya dia harus menarik kata-kata umpatan yang diberikannya secara khusus kepada Itachi.

"Sakura.." kata Sasuke pelan sambil memperlambat tempo kayuhannya.

"Ya? Kenapa kau malah melambat?" tanya Sakura heran.

"Sepertinya kau harus memelukku dengan kuat" kata Sasuke dengan seringai licik terukir di wajahnya yang tampan.

"Apa? Buat apa aku memelukmu! Enak saja!" teriak Sakura gelalapan, timbul semburat merah di kedua pipinya, namun sayang Sasuke tidak dapat melihatnya.

"Untuk ini" tiba- tiba dengan cepat Sasuke mengayuh sepeda itu melewati kerumunan mobil dan bahkan dia melewati trotoar yang dipenuhi oleh pejalan kaki yang tak terhitung.

"Sasuke!! Apa yang kau lakukan! Berhenti! Kyaaa!!" teriak Sakura kemudian dia memeluk pinggang Sasuke dengan erat sambil menutup kedua matanya. Sasuke hanya tersenyum dan menambah kecepatan sepeda itu tanpa menghiraukan teriakan- teriakan dan umpatan yang dilontarkan kepadanya akibat tindakan menyalipnya yang sangat mengganggu aktivitas orang lain. Bahkan Sasuke sempat menabrak tempat sampah tanpa meminta maaf kepada pemiliknya.

Sasuke merasa senang karena dia berhasil membuat dirinya dan Sakura bisa sedekat ini, bahkan Sakura memeluk punggungnya dengan erat. Selama ini dia tidak bisa memeluk Sakura, menggenggam tangannya, atau bahkan hanya mengacak-ngacak rambut Sakura seperti halnya Naruto yang sering melakukannya kepada Sakura yang tentunya membuat kepala Sasuke menjadi seperti gunung Krakatau yang akan meletus.

Kenapa?

Tentu saja karena dia begitu gengsi dan malu melakukan itu di depan umum, dan lagipula.. bila dia akan melakukan hal itu kepada Sakura dengan reflek tubuhnya akan gemetar dan kaku mengikuti degup jantungnya yang tidak karuan, untung saja tidak sampai tahap terburuk, pingsan atau bahkan kencing celana, yah.. setidaknya sampai sekarang itu tidak terjadi padanya.

"Sudah sampai" kata Sasuke memberhentikan sepeda itu di tempat parkir sepeda sekolah.

"Ng? sudah sampai?" tanya Sakura membuka matanya sambil melepas pelukannya dari pinggang Sasuke. Dia memang sudah berada di parking area sekolahnya. Sakura kemudian turun dari sepeda itu dan memukul punggung Sasuke dengan keras, "Kau ini bodoh atau sangat bodoh sih! Kenapa kau melakukan hal seperti itu! Kau membuatku takut! Apa kau tahu?!" teriak Sakura sambil berkacak pinggang di depan Sasuke yang masih berada di atas sepeda.

"Diamlah, biarkan aku turun dari sepeda bututmu ini dulu" kata Sasuke mendengus kesal kemudian turun dan memarkirkan sepeda itu dengan rapi. Namun tanpa sepatah kata apapun dia berjalan meninggalkan Sakura yang menunggu jawaban darinya.

"Sasuke! Kenapa kau malah pergi!" teriak Sakura kesal.

"Dasar gadis menyebalkan" kata Sasuke sambil menoleh kearah Sakura sejenak kemudian berjalan kembali menuju ke dalam sekolah.

"Harusnya kau itu yang menyebalkan! Dasar! Dari dulu kau tidak pernah berubah!" teriak Sakura lagi kemudian berlari menyusul Sasuke.

Sasuke tersenyum sepintas mendengar teriakan Sakura. Dirinya dari dulu memang tidak pernah berubah. Itu karena cinta di hatinya tidak pernah berubah sedikitpun untuk Sakura.

"Seharusnya kau itu bersikap lebih ramah sedikit padaku! Seperti halnya Naruto!" kata Sakura lagi, kemudian dia melihat keberadaan Naruto yang akan memasuki kelas. "Ah, rupanya Naruto panjang umur! Naruto-kun! Ohayou!" sapa Sakura sambil berlari menyusul Naruto. Sasuke hanya melihatnya dengan tatapan dingin. Dari dulu dia tidak suka keakraban Sakura dengan Naruto meski mereka berdua adalah teman masa kecil.

'Apakah perlu untuk mengatakan aku mencintaimu agar kau mengetahui perasaanku?'

Sasuke melangkahkan kakinya menuju ke dalam kelas melewati Sakura dan Naruto yang berdiri sambil menyapanya di depan pintu kelas. Saat ini dia sedang kesal melihat Sakura bersama dengan Naruto dalam tawa bahagia, bukan maksudnya dia tidak ingin melihat teman-temannya tertawa bahagia seperti itu.. hanya saja.. dia sedang cemburu.

"Selalu saja bersikap seperti itu, dasar teme!" kata Naruto mencibirkan mulutnya sambil melihat Sasuke yang telah duduk di bangkunya.

"Yah.., kurasa kalau tidak bersikap seperti itu bukan Sasuke namanya" sahut Sakura sambil menaikkan bahunnya.

"Hahahaha.. kau benar Sakura-chan! Ayo kita susul dia! Kasihan dia hanya duduk sendiri seperti itu!" kata Naruto berjalan masuk ke dalam kelas menyusul Sasuke diikuti Sakura. "Hoi teme! Ohayou!" sapa Naruto lagi sambil menaruh tasnya di bangku sebelah Sasuke sementara Sakura menaruh tasnya di depan bangku Sasuke.

"Hn.. ohayou" balas Sasuke singkat.

"Tadi kau berangkat bersama dengan Sakura-chan ya? Aku jadi iri!" kata Naruto memasang cengiran khasnya membuat Sasuke heran, baru kali ini ada orang yang tersenyum begitu lebar ketika dia iri.

"Hn.." jawab Sasuke singkat.

"Dasar tuan pelit kata" kata Sakura mendengus kesal melihat kepelitan Sasuke dalam mengeluarkan suaranya.

"Aku heran, kenapa orang yang pelit bicara seperti dirimu ini bisa jadi siswa terpopuler mengalahkan Gaara, Neji, bahkan Sai."

"Itu namanya pria 'cool' !" jawab seorang gadis yang tiba-tiba muncul di antara Sasuke, Sakura dan Naruto.

"Ino?" kata Sakura dan Naruto kompak ketika melihat kehadiran seorang gadis yang merupakan saingan Sakura dalam merebutkan tempat sebagai gadis populer di sekolahnya. Gadis berambut pirang yang dikuncir kuda dengan poninya yang menjuntai menutupi sebelah matanya serta badannya yang proposional ditutupi dengan jas sekolah berwana putih dengan rok merah yang hanya menutupi beberapa centi dari total panjang kakinya yang jenjang.

Yah.. bagi Sakura, Ino tergolong saingan kelas berat. Namun saat ini, posisi yang dinginkan oleh Sakura adalah sebagai murid berprestasi. Beasiswa yang ditawarkan oleh sekolah benar-benar membuatnya bersemangat untuk selalu belajar mengingat kondisi keluarganya yang sangat pas-pasan.

Tapi.. mengalahkan murid-murid jenius lainnya sungguh melelahkan, apalagi mengalahkan seorang siswa bernama Shikamaru dengan IQ yang spektakuler. Sakura sempat tidak menyangka dibalik rambut nanasnya dan sifatnya yang pemalas tersimpan harta karun yang tidak ternilai.

"Hei.. apakah Sai bukan termasuk dalam golongan pria yang kau sebut 'cool'? kenapa harus Sasuke saja yang populer?" kata Sakura dengan sambil melirik kearah Sasuke. Sebenarnya Sakura tidak suka Sasuke menjadi siswa popular di sekolah.

Kenapa?

Karena Sakura menyukai Sasuke. Dia tidak ingin para siswi berada dekat di sampingnya dan berusaha mencari perhatiannya. Karena di saat dia melihat Sasuke bersama gadis lain, hatinya terasa sakit dan perih. Bahkan rasa sakit itu tidak bisa mengalahkan rasa sakit ketika terkena luka iris yang dalam.

Namun, Sakura sadar akan dirinya. Dia bukan siswi populer, bukan seorang jutawan seperti halnya Sasuke, Naruto dan Ino. Dan bahkan.. Sasuke sendiri tidak pernah menunjukkan kalau dia akan membalas perasaannya. Apa yang bisa dibanggakan dari seorang gadis bernama Haruno Sakura?

Kepandaiannya?

Tidak. Shikamaru lebih pintar darinya.

Kecantikannya?

Tidak. Masih banyak siswi yang jauh lebih cantik dari dirinya, contohnya saja Ino dan Hinata.

Kepribadiannya?

Sakura menghela nafas panjang. Mana mungkin sikapnya yang suka membentak dan bersikap kasar kepada Sasuke bisa menjadi hal yang dibanggakan. Sasuke begitu jauh untuk dijangkau.

Tapi Sakura melupakan sesuatu, bahwa mencintai tidak membutuhkan alasan. Cinta bukan mengenai hal yang dibanggakan dan membanggakan. Cinta itu mengenai urusan merasakan dan dirasakan. Hal yang tidak dapat dilihat oleh mata, dan hal yang tak mungkin dapat dibanggakan.

"Sasuke-kun! Minggu depan aku akan mengadakan pesta perpisahan untuk anak kelas tiga! Aku sangat mengharapkan kau datang ke pesta itu" kata Ino sambil menyerahkan sebuah undangan berwarna putih dengan hiasan kupu-kupu merah sebagai pengikat. "Oh.. Naruto-kun dan Sakura-chan juga!" kata Ino lagi sambil memberikan undangan yang sama kepada Naruto dan Sakura.

"Arigatou.." kata Naruto dan Sakura bersamaan.

"Baiklah kalau begitu, aku pergi dulu! Dah!" kata Ino tersenyum sangat manis kemudian pergi meninggalkan kelas Sasuke, Sakura dan Naruto.

"Hum… pesta kebun!" kata Sakura tiba-tiba setelah membaca undangan yang diberikan oleh Ino dengan seksama.

"Wah.. pasti ada BBQ-nya nih!" sahut Naruto semangat.

"Hn.. aku tidak akan datang" kata Sasuke singkat.

"Hah? Kenapa?" tanya Naruto dan Sakura bersamaan.

"Kurasa itu bukan urusan kalian" jawab Sasuke dingin. Sasuke tidak suka dengan tempat yang ramai atau pergi ke pesta-pesta yang hanya menghabiskan waktu secara sia-sia seperti itu, dia lebih menyukai duduk di bawah pohon yang rindang dengan suasana tenang sambil membaca buku klasik yang menurut Naruto tidak dapat dicerna oleh manusia normal.

"Kalau begitu Sakura-chan akan pergi berduaan denganku saja? Horeeee!!" teriak Naruto senang. Menyadari hal yang diucapkan Naruto itu memang akan terjadi, Sasuke dengan cepat melemparkan pandangan menusuk kepada Naruto.

"Sepertinya begitu, yah.. apa boleh buat" kata Sakura menghela nafas panjang, dia pasrah kalau dia akan menghabiskan pesta perpisahannya sebagai seorang pelajar bukan dengan orang yang disukainya, melainkan dengan Naruto. "Kau harus menjemputku di rumah, mengerti?"

"Siap! Bahkan aku akan menyiapkan kereta kuda paling bagus untuk menjemput Sakura-chan" gombal Naruto dengan cengiran khasnya.

'Menjijikkan' batin Sasuke yang saat ini sebetulnya sedang panik mengetahui Naruto dan Sakura akan berduaan tanpa dirinya. Sasuke tahu bahwa Naruto juga menyukai Sakura, bahkan sejak mereka masih di bangku SD.

"Benarkah? Wah, aku dari dulu ingin sekali dijemput kereta kuda seperti di dongeng Cinderella!" sahut Sakura semangat.

"Dasar bodoh" kata Sasuke pelan mendengar jawaban Sakura.

"Hei! Setidaknya kereta kuda tidak mencipratkan lumpur dan debu padaku dan kereta kuda tidak akan menabrak tempat sampah!" jawab Sakura sambil melirik tajam kearah Sasuke. Sasuke hanya mengalihkan pandangannya dan berpura-pura tidak mendengar perkataan Sakura.

Kreeek..

Pintu kelas tiba-tiba terbuka, menghadirkan seorang guru wanita yang sangat cantik. Rambut hitamnya tergerai bebas dan matanya berwarna merah seperti merahnya bunga mawar. Dia adalah Kurenai Yuhi, guru bimbingan konseling yang mengajar di kelas Naruto, Sasuke dan Sakura berada.

"Minna, Ohayou gozaimasu" sapa Kurenai sensei tersenyum lembut.

"Kurenai Sensei, Ohayou gozaimasu" balas anak-anak dengan kompak.

"Hm… tak terasa sebentar lagi kalian akan meninggalkan sekolah ini ya?" kata Kurenai sensei sambil menaruh berkas-berkasnya di atas meja guru yang terletak di pojok depan sebelah kiri di kelas itu. "Tinggal 1 minggu lagi bukan?"

"Iya" jawab murid-murid dengan ekspresi berbeda, ada yang menunjukkan ekspresi bahagia namun ada juga yang menunjukkan ekspresi sedih mengingat mereka akan berpisah dengan teman-teman mereka.

"Apa kalian sudah menentukan akan melanjutkan ke Universitas mana?" Tanya Kurenai sensei lagi, namun kali ini tidak ada yang menjawab pertanyaannya. Hanya terdengar suara bisikkan yang tidak jelas di telinga Kurenai sensei.

"Hm.. bagaimana denganmu Naruto?"

"Saya akan masuk Universitas Tokyo!" jawab Naruto dengan semangat sambil menunjukkan cengirannya.

"Tidak mungkin" sahut Sasuke dengan nada sinisnya.

"Apa katamu teme? Jangan meremehkan aku! Aku akan mengambil fakultas Hubungan Internasional di Universitas Tokyo! Dan aku pasti bisa!" kata Naruto berapi-api, semua murid hanya menatapnya dengan pandangan kaget. Seorang Naruto yang lemah dalam pelajaran yang berhubungan dengan politik dan peraturan Negara akan masuk hubungan internasional di Universitas Tokyo?

"Wah.. sepertinya kau akan mengikuti jejak ayahmu sebagai diplomat" kata Kurenai sensei tersenyum lembut mengetahui bahwa Naruto begitu semangat melanjutkan pendidikannya. "Lalu.. Sasuke, apa kau juga akan mengikuti jejak mendiang ayahmu?"

"Tidak" jawab Sasuke singkat, dia tidak mau mengikuti profesi mendiang ayahnya yang sangat merepotkan baginya.

Ayah Sasuke adalah seorang perdana menteri yang sangat terkenal pada masanya. Namun, 6 tahun yang lalu dia beserta ibu Sasuke mengalami kecelakaan mobil yang diduga sebagai pembunuhan karena polisi menemukan beberapa keganjilan di TKP. Tapi Sasuke tidak peduli apakah itu kecelakaan atau pembunuhan, baginya mati ya mati. Kematian itu absolut. Tidak dapat diubah dan dihindari.

"Aku akan masuk kedokteran" jawab Sasuke lagi. Semua murid hanya diam mendengar jawaban Sasuke. Bagi mereka itu adalah suatu yang normal bila murid pintar, kaya dan berbakat seperti Sasuke memilih akan menjadi seorang dokter.

"Wah.. pilihan yang sangat bagus! Ibu rasa kau memang pantas menjadi seorang dokter" kata Kurenai sensei tersenyum puas. Kemudian dia melihat kearah Sakura. Murid cantik yang dianggapnya juga sangat berbakat di bidang medis.

"Sakura, apa kau juga akan masuk ke fakultas kedokteran?"

" ……" Sakura hanya diam, dia sebenarnya bingung akan melanjutkan pendidikannya ke fakultas mana meskipun sebenarnya cita-cita yang diidamkannya adalah menjadi seorang dokter apalagi setelah mengetahui Sasuke akan masuk kedokteran juga. Tapi, jaman sekarang menjadi seorang dokter membutuhkan biaya yang sangat besar. Setidaknya dia harus menempuh sampai jenjang S2 baru bisa sukses. "Entahlah.." jawab Sakura pasrah.

"Hm.. kau bisa konsultasi ke Ibu kalau kau mau.." kata Kurenai sensei memasang wajah ramahnya, Dia tidak ingin murid yang berbakat seperti Sakura akan mendapatkan masa depan yang suram.

"Hai, Arigatou" jawab Sakura tersenyum.

"You are welcome, lalu bagaimana dengan murid dengan gelar ranking 1 sekolah, Nara Shikamaru?"

"Ya?" jawab Shikamaru dengan nada malas.

"Bagaimana denganmu?"

"Yah.. melanjutkan ke Universitas itu sangat merepotkan, tapi bekerja juga merepotkan" kata Shikamaru sambil menguap. Semua murid hanya menggeleng-gelengkan kepala mereka melihat sikap Shikamaru.

"Jadi??"

"Kurasa aku akan tidur saja.." jawab Shikamaru lagi kemudian disusul tawa anak-anak sekelas kecuali Sasuke tentunya

"Hum.. tapi ibu rasa orang tuamu tidak akan menyetujuinya" kata Kurenai sensei tersenyum. "Jika kalian membutuhkan pengarahan atau ingin berkonsultasi, jangan malu-malu. Datang saja ke ruangan ibu. ibu akan berusaha membantu kalian. Kalian harus menentukan masa depan kalian, mengerti?"

"Mengerti!" jawab murid-murid kompak.

"Oh iya, besok kalian akan diliburkan karena guru-guru akan mengadakan rapat Komite. Jadi.. selamat bersenang-senang."

"Horeeee!!!" teriak semua anak di kelas dan selalu tanpa Sasuke. Sasuke hanya diam, dia sedang berpikir dan menyusun rencana agar sebelum dia lulus dia bisa membuat Sakura mengetahui bahwa dia mencintainya.

***

"Sasuke.." sahut Sakura pelan sambil menyandarkan kepalanya di punggung Sasuke yang sedang mengoncengnya dengan sepeda kayuh Sakura.

"Hn.." jawab Sasuke yang terus memandang ke depan.

"Kau akan menjadi dokter bukan?"

"Hn.." Sebenarnya alasan mengapa Sasuke memilih masuk ke fakultas kedokteran karena dia ingin bersama dengan Sakura, namun dia tidak menyangka bahwa Sakura akan menjawab entahlah saat Kurenai sensei bertanya padanya.

"Oh…" kata Sakura singkat, saat ini pandangan matanya meredup dan hanya menatap kosong pemandangan padang ilalang yang dilewatinya. Sasuke memang memilih rute yang lebih memakan waktu lama daripada saat mereka berangkat ke sekolah. Meski memakan waktu yang lama, rute ini menyajikan pemandangan padang ilalang yang luas dan angin sore yang berhembus.

"Ada apa?" tanya Sasuke tiba-tiba.

"…… " Sakura hanya diam dan tidak menjawab pertanyaan Sasuke, dia hanya terus menatap padang ilalang yang dilewatinya dengan tatapan kosong. Sasuke mengerti kalau Sakura sedang memikirkan sesuatu yang membuat mulutnya terkunci dengan rapat.

Sakura adalah gadis yang suka berbicara, mulai dari hal yang penting maupun hal yang tidak penting. Sepertinya semua hal yanga ada di dunia menarik baginya. Namun, Sakura akan menjadi orang yang pelit kata bila akan berbicara mengenai masalah yang menimpa dirinya. Dia tidak suka membiarkan orang lain mengetahui masalahnya. Dia merasa kesedihan yang dirasakannya tidak boleh dirasakan oleh orang lain. Dan Sasuke tahu hal itu.

Sasuke masih mengingat ketika Ayah Sakura meninggal 3 tahun yang lalu, Sakura menjadi anak pendiam selama seminggu di kelas. Dia hanya berbicara bila dia disuruh berbicara atau menjawab pertanyaan yang dilontarkan guru-guru kepadanya. Namun, setelah 1 minggu berlalu Sakura kembali menjadi orang yang banyak bicara seolah dia tidak pernah menjadi seorang murid pendiam selama 1 minggu.

'Apa yang dipikirkan oleh Sakura saat ini?' batin Sasuke penasaran, namun dia tidak dapat mengeluarkan sepatah katapun untuk menanyakannya langsung kepada Sakura. 'Benar-benar menyedihkan' Sasuke menghela nafas panjang mengetahui dia tidak dapat melakukan apapun untuk gadis yang dicintainya.

"Sudah sampai" kata Sasuke memberhentikan sepeda itu didepan pintu gerbang rumahnya.

"Iya.." kata Sakura turun dari sepedanya disusul Sasuke.

"Kau sudah pulang Sasuke?" tanya Itachi dari balik gerbang.

"Hn.." sahut Sasuke, kemudian gerbang itu terbuka dan memunculkan sesosok pria yang merupakan kakak Sasuke, Uchiha Itachi.

"Wah.. Terima kasih ya Sakura, sudah mau mengantar adikku yang nakal ini" kata Itachi tersenyum sambil mengacak-ngacak rambut Sasuke.

"Apa maksudmu?" tanya Sasuke sinis sambil menepis tangan Itachi yang mengacak-ngacak rambutnya.

"Hahaha.. Tidak apa-apa Itachi-san! Lagipula Sasuke juga mau menggoncengku! Yah… kurasa aku yang harus berterima kasih kepada anak nakal itu" kata Sakura tertawa kecil yang dibalas tatapan tajam oleh Sasuke. "Sudah sore, lebih baik aku pulang"

"Hm.. tunggu Sakura! Besok kalian libur kan?" tanya Itachi tiba-tiba.

"Iya, kenapa Itachi-san?"

"Begini.. besok aku ada kencan dengan Hana, yah.. dan itu memakan waktu seharian. Aku takut meninggalkan adikku sendirian di rumah mengingat kami tidak memakai pembantu dan dia tidak bisa melakukan pekerjaan rumah tangga, jadi.. apa besok kau mau menemani Sasuke seharian di rumah?"

"APA?" tanya Sasuke dengan nada ditinggikan.

"Hum.. apa tidak apa-apa bila aku menemani Sasuke? Aku takut akan timbul komentar tidak enak dari tetangga Itachi-san."

"Yah.. kalau ada gosip aneh-aneh atau terjadi sesuatu di antara kalian, kurasa aku akan menikahkan kalian berdua."

"APA?" kata Sakura dan Sasuke serentak dengan wajah yang memerah.

"Lagipula kalian akan lulus sebentar lagi bukan? Kurasa itu bukan hal yang mustahil.. apalagi masa-masa remaja itu masa-masa yang dipenuhi oleh gairah dan hasrat.. hahaha" kata Itachi tanpa dosa mengucapkan kata gairah dan hasrat.

"Memalukan!" kata Sasuke kemudian berjalan masuk ke dalam rumahnya karena dia sudah tidak dapat menyembunyikan pipinya yang semerah tomat itu.

"Hahaha sepertinya dia malu, baiklah.. aku minta tolong ya Sakura. Sampai jumpa besok" kata Itachi yang langsung masuk ke dalam rumah dan menutup gerbang rumahnya tanpa menunggu jawaban dari Sakura.

"Seharian di rumah bersama Sasuke? Berduaan saja?" kata Sakura pelan, saat ini wajahnya memerah dan hatinya dipenuhi bunga-bunga yang bermekaran. Kemudian dia menaiki sepeda kayuhnya dan mengayuhnya menuju rumahnya dengan perasaan senang.

***

Sasuke sedang terdiam dan terus menatap televisi dengan tatapan kosong tanpa tahu bahwa dia sedang membiarkan sebuah opera sabun yang sangat dibencinya menghiasi layer televisinya. Saat ini pikirannya sedang terbang entah kemana karena kejadian tadi sore. Perasaannya tidak karuan dan dia sangat panik memikirkan apa yang harus dilakukannya dengan Sakura besok.

"Sasuke?" tanya Itachi dengan tatapan heran melihat kejadian luar biasa baginya dari jauh. Seorang Sasuke menonton sinetron?

" …… " Sasuke hanya terus diam tanpa menjawab panggilan kakaknya.

"Sasuke!" teriak Itachi sambil berjalan mendekati Sasuke yang sedang duduk di sofa panjang sambil terus melancarkan tatapan kosong ke layar televisinya. "Sa-Su-ke~" Itachi tidak menyerah membuat adiknya sadar, dia berbisik ke telinga Sasuke dengan nada mesra dan genit hingga Sasuke tersadar dan reflek menjauh dari kakaknya.

"Hei, aku bukan seorang yaoi hahaha" kata Itachi memasang wajah tanpa dosanya kemudian duduk di sebelah Sasuke.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Sasuke sinis melihat kakaknya yang selalu menggodanya tanpa beban.

"Aku hanya membisikkan namamu saja, yah dengan sedikit tambahan nada plus-plus."

"Bukan itu, maksudku kenapa kau menyuruh Sakura menemaniku?"

"Hum.. sebelum aku mejawab pertanyaanmu itu, aku mau tahu sejak kapan kau menonton drama opera sabun yang dipenuhi artis-artis yang sering membuatmu muntah?" tanya Itachi sambil menunjuk-nunjuk layar televisi yang sekarang menampilkan adegan pemeran utama menangis karena ditinggal oleh kekasihnya.

"I-itu bukan urusanmu!" jawab Sasuke dengan terbata-bata sambil mengganti channel hingga televisi itu menampilkan seorang lelaki tua yang membicarakan masalah politik yang tak kunjung selesai.

"Kau panik kan Sasuke?" goda Itachi sambil mengacak-ngacak rambut Sasuke.

"Cih.." Sasuke menepis tangan Itachi kemudian merapikan rambutnya yang sudah tidak berbentuk pantat ayam itu. (Author digampar Sasuke)

"AKu tahu kalau kau menyukai Sakura! 5 tahun 10 bulan kan?"

"Kau ini sepertinya kurang kerjaan sampai menghitung berapa lama aku menyukainya" kata Sasuke mendengus kesal.

"Aku tidak menghitungnya, aku hanya melihat kalender yang penuh coretan 'cinta' di kamarmu" jawab Itachi tersenyum jahil.

"Kenapa kau masuk kamarku tanpa ijin!" teriak Sasuke panik.

"Hei! Aku kakakmu, untuk apa aku harus meminta ijin untuk memasuki kamar adikku?" balas Itachi tanpa merasa bersalah.

"Harusnya kau tahu apa itu privasi! Dasar kakak!"

"Hahaha.. sudahlah Sasuke. Aku sebagai kakakmu merestui kalau Sakura menjadi adik iparku! Dia cantik dan sangat manis~ aku saja jadi ingin mencium pipinya" kata Itachi dengan wajah tanpa dosanya lagi kearah Sasuke, namun Sasuke membalasnya dengan tatapan membunuh.

"Tenang saja, aku kan sudah mempunyai Hana. Yah.. pokoknya besok akan menjadi hari yang paling menyenangkan bagiku dan bagimu, lebih baik aku cepat tidur supaya bisa tampil maksimal di depan Hana-chan ku tersayang" kata Itachi bangkit dari duduknya. "Kau juga cepat tidur Sasuke.. atau.. kau justru tidak bisa tidur karena memikirkan besok?"

"Cepat tidur sana, mengganggu saja!" kata Sasuke menyembunyikan perasaan malunya mendengar perkataan Itachi.

"Iya iya, Oyasumi!" kata Itachi berjalan menuju kamarnya.

"Tunggu, kau tidak merencanakan sesuatu kan?" tanya Sasuke tanpa berbalik memandang Itachi.

"Tentu saja tidak."

"Hn.." balas Sasuke singkat sambil terus menatap televisi di depannya. Dia tidak mengetahui bahwa saat Itachi menjawab pertanyaannya tadi, Itachi sedang tersenyum licik. Senyum yang terukir di wajah Itachi mengetahui dia telah merencanakan sesuatu untuk adiknya besok.

TBC

A/N: Nyooooo!!! Akina mau ngucapin terima kasih sebesar-besarnya kepada Akira-chan yang minta dibuatkan ffn ini!^^ gomen ne kalau Nee-san jarang bales sms! Biz pulsa sekarat nyo! T_T

Buat yang sudah membaca, melihat, meneliti, dan akan mereview (Maksa amat) ARIGATOU nyo!! ^w^

Dan Selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang beragama Islam ya!!

Ganbatte!