TITLE

Cinta Seorang Anbu

DISCLAIMER

Masashi Kishimoto ©

A/N:

Salam kenal, ini adalah fic perdana Yuna setelah sekian lama hanya menjadi reader sejati, heheheee… semoga menarik, RnR please??? Baik pujian maupun kritik membangun dari anda akan menjadi motivasi untuk Yuna berkarya lebih baik...


CHAPTER 1

Di sebuah kelas yang sepi, terlihat dua gadis manis sedang duduk di bangku yang berada di sudut belakang kelas. Kedua gadis itu adalah mahasiswi Perguruan Tinggi Konoha Gakure. Salah satu gadis manis tersebut duduk termangu dengan membuang pandangannya ke luar jendela. Matanya yang berwarna hijau zamrud, terlihat cerah namun memancarkan tatapan kosong. Angin yang berhembus sayup-sayup dari luar jendela menyapu wajahnya yang putih bersih dan membuat rambutnya yang berwarna merah muda melambai lembut.

"Kau kenapa Sakura?" tanya satu gadis manis lagi yang asik membaca buku di samping Sakura. Gadis itu terlihat lembut, warna bola matanya yang kosong-indigo, mendukung parasnya yang berkesan dingin namun lembut, namanya Hinata.

"Hufff…" Sakura menghela nafas panjang setelah berhenti menatap keluar jendela.

"Ada apa Sakura?" tanya Hinata lagi.

"Hinata, dimana yaa aku bisa numpang hidup?" gumam Sakura hampir tak terdengar.

"App..appaaa, Sakura?" Hinata mengerutkan dahinya.

"Dimana yaa aku bisa tinggal gratis, yaa capek aku kos melulu, biaya banyak nih!"

"Apa tinggal dirumahku aja?"

"Nggak ah, aku malas sama Neji, dia kan diam-diam naksir aku kan?"

"Ja... Ja... Jadi kamu tahu yaa Sakura?!!!!! Padahal aku tidak membocorkan!" sergap Hinata histeris menutup mulutnya.

"Memang benaran yaa???" Sakura lebih histeris lagi, melongo kaku.

"Lho? Sakura tahu atau tidak sih?" Hinata gelagapan.

"Aku kan bercanda bicara begitu, ternyata benaran..." batin Sakura.

"Sakura benar-benar ingin numpang hidup?" Hinata mengalihkan pembicaraan.

"Iya, terserah deh jadi pembantu juga nggak apa-apa, asal gratis!"

"Nanti aku coba tanyakan Kak Neji yaa?"

Di kediaman keluarga Hyuga, seorang lelaki dengan paras yang sangat dingin, dengan mata indigo yang menatap lurus ke arah sasaran tembak di jarak beberapa meter dari dia berdiri sedang berkonsentrasi serius sebelum melesatkan senjatanya, entah mengapa sasaran tembak tersebut mirip dengan wajah seseorang, warnanya orange menyala dan senyum menyeringai lebar seolah mengejek membuat laki-laki tersebut semakin ganas melemparkan shuriken-nya. Laki-laki tersebut adalah Neji, kakak sepupu Hinata, matanya kosong, wajahnya dingin, rambutnya yang panjang berwarna cokelat tetap rapih walau angin sibuk bermain-main disekitarnya. Dari balik tiang rumah, Hinata sedikit ragu-ragu mendekati kakaknya, sebenarnya hatinya agak miris melihat sosok wajah yang dijadikan sasaran tembak oleh kakaknya sendiri.

"Kak, bisa kita bicara sebentar?" Hinata menarik lengan baju kakaknya dengan lembut.

"Ada apa? Bisa bicara disini saja?" Neji masih sibuk dengan sasarannya.

"Kak..." Hinata menunduk disampingnya.

"Aku masih tidak setuju kau dengan Naruto!" ucap Neji pelan tapi tegas.

"...." Hinata terdiam dengan wajah sedih.

"Sudah jelaskan... Hina..." Neji terdiam ketika menoleh dan mendapatkan wajah Hinata telah berhiaskan air mata.

"Hei, Hina, kakak, bukan, maaf, anu, kakak..." Neji gelagapan.

"Kak, aku ingin bicara yang lain, tapi kakak sudah membuatku,..." Hina terisak.

"Maaf Hina, mari kita kedalam..." Neji merangkul adiknya menuju ruang tengah.

Wajah Neji terlihat agak panik karena Hinata terus terisak menangis, Neji segera memberikan tissue yang ada di tengah meja. Hinata mulai menenangkan dirinya.

"Kak, Hina mau bicara tentang Sakura..." Hina masih menunduk lemas.

"A..addaa..app..ppaa de...de...ngan... Sakura?" Neji tergagap antara perasaan bersalah terhadap Hinata dan perasaan menggelitik mendengar nama Sakura, yang akhir-akhir ini mulai membuatnya sedikit tidak fokus.

"Begini Kak, Sakura ingin numpang hidup, apa kakak punya teman sesama anbu yang tinggal sendirian dan mau menerimanya?" Hinata sudah tak menangis lagi.

Neji berfikir sejenak, ia meraba-raba dalam otaknya, mencari sosok-sosok teman sesama anbu yang tinggal sendirian. Apakah naruto, sasuke, shikamaru, sai, atau siapa?

"Hemm, kalau Naruto, aku tidak sudi, dan pastinya Hinata juga tidak mau. Hemm, Sai? Shikamaru? Sasuke?" batin Neji sambil mengernyitkan dahinya.

"Bagaimana Kak?" Hinata membuyarkan kebingungan Neji.

"Aku masih bingung..." ucap Neji memelas.

"Sakura mau kok membantu apapun, begitu sih dia bilang tadi di kampus."

Tiba-tiba Neji teringat kejadian antara dirinya, dan beberapa teman sesama anbu di Markas beberapa hari yang lalu.


flashback: ON

Di Markas Besar Anbu Konoha Gakure, sedang mati lampu. Neji terlihat menggemeretakkan giginya melihat tingkah Naruto yang seperti rubah kepanasan, dengan menggandakan dirinya, sosok dirinya yang cerah dengan baju orange seolah memancarkan udara panas, apalagi dengan suaranya yang cempreng, menambah nuansa membosankan akibat mati lampu di markas tersebut semakin sangat,sangat,sangat PANAS. Neji bertanya-tanya dalam dirinya, kenapa adik tersayangnya menyukai lelaki yang lebih mirip rubah cacingan ini??? Daripada Neji terbakar emosi dengan memperhatikan tingkah Naruto, Neji mengedarkan pandangannya kesegala penjuru ruang. Akhirnya Neji memusatkan pandanganya pada satu titik fokus, Sasuke, yang tepat berada disebelahnya. Laki-laki berambut lebih mirip pantat ayam itu tertunduk terpekur di meja kerjanya. Neji hanya memperhatikan Sasuke dari meja kerjanya. Neji yang tidak terlalu banyak bicara, tidak tertarik untuk bercanda ria dengan Sasuke yang hampir serupa dengan dirinya.

Neji melihat dari sudut ekor matanya, aura suram begitu terasa disekeliling Sasuke. Neji tahu kalau semalam Sasuke harus siaga di gerbang Konoha akibat ulah teror Orochimaru semalam. Tiba-tiba Sasuke mengangkat kepalanya dan menguap tanpa menutup mulutnya.

"Kena!!!" Naruto menghampiri mulut sasuke dengan tangannya.

Neji segera pergi karena baginya satu meter saja di dekat Naruto membuatnya mual, dan dia tidak mungkin mengusir Naruto dari hadapannya, karena Naruto dan Sasuke pasti akan memulai tengkar konyol si Teme dan si Dobe. Karena itulah Neji memilih pergi, benar saja Sasuke mulai mengeluarkan kata-kata kasar menusuk dan Naruto mulai berteriak sana-sini dengan suara cemprengnya. Namun Neji sempat menangkap perbincangan Sasuke dan Naruto yang memang menggelegar seisi ruang kerja.

"DOBE! Aku capek, kau sialan!"

"Ahahahahaaa, siapa suruh kau angop kagak ditutup, ahahahaaaa"

"SIAL! AKU BENARAN CAPEK!!!!"

"cari pembantu dong, hahahahaaaa..."

"bagus juga, kau carikanlah aku pembantu..."

"ahahahaaaa...."

flashback: OFF



Kembali di nuansa ruang tengah kediaman Hyuga yang sangat teduh, Hinata masih duduk manis dengan wajah lugu memperhatikan kakaknya yang sedari tadi tenggelam dalam ingatan peristiwa beberapa hari lalu di markas.

"Hina, sepertinya aku tahu tempat yang tepat untuk Sakura.." ucap Neji datar tapi tegas.

"Be...benarkah kak?" Hina memasang wajah semu memerahnya yang riang.

"Ya, beritahu saja padanya, dia akan kuperkenalkan dengan Sasuke..."

"SASUKE???" Hina tersentak.

"Kenapa? Apa perlu dengan naruto-MU??!" Neji menegaskan kata MU-nya.

"Ti...ti...ti...tidak perlu Kak..." Hina terdiam.

Hinata diam di ruang tengah meski Neji sudah beranjak pergi menuju lapangan tempat ia latihan. Hinata meragukan usulan kakaknya, tapi mungkin itu pilihan terakhir. Hina tahu persis sikap Sasuke yang dingin, matanya yang sadis melebihi mata indigo miliknya dan Neji. Belum lagi kebiasaannya yang terlalu fokus dengan urusan anbu, ia lebih parah dari Neji dalam keseriusan bekerja. Sasuke selalu terlihat tidak peduli ketika bertandang kerumah bersama anggota anbu yang lain. Juga bagi Hinata, dia tidak sehangat naruto, sasuke berkesan sangat tidak ramah, apa mungkin Sakura akan betah???

"Pagi Hina..." Sakura menyambut Hina dengan riang di kelas.

"Pagi Sakura, hari ini kau riang sekali?" Hinata tersenyum manis.

Sakura segera menarik Hinata ke bangku mereka, Sakura sudah tidak sabar mendengar kabar tentang tempat tinggal gratis atas usulan Neji, kebetulan akhir bulan, jadi Sakura bisa langsung keluar dari rumah kos milik Bunda Karin yang sangat cerewet, tanpa membayar bulanan kos.

"Bagaimana?" Sakura menatap Hinata dengan matanya yang membulat.

"Mungkin, kau bisa tinggal dirumah Sasuke, Kak Neji sedang mencoba membicarakannya di markas hari ini, mungkin kita akan segera mendengar kabarnya." Ucap Hina agak ragu-ragu.

"Baguslah, semoga aku diterima..." Sakura bersemangat sekali.

"Aku harap Sakura tahan tinggal disana..." batin Hina.

Tiba-tiba handphone Hinata berdering, Hinata menatap layar hp-nya, ternyata dari Neji. Hinata menatap penuh tanda tanya kepada Sakura, sedangkan Sakura bicara lewat wajahnya agar Hinata segera menjawab telepon Neji. Hinata sergap menjawab dan Sakura menunggu kabar dari Neji dengan wajah berbinar-binar.

"Halo..., Iya... Apa? Benarkah... Hari ini... Baiklah..." Hina mengakhiri telpon.

"Dia bilang apa? Apa? Apa?" Sakura mengejar jawaban Hina.

"Iya, hari ini segera pindah..." Hinata menjawab dengan semangat juga.

"Yeeesss!!! Cepatnya, baguslah!!!! Selamat tinggal Ibu Karin yang CE-RE-WET!!!" Teriak Sakura dengan semangat 45.

"Selamat yaa Sakura..." Hinata tersenyum lembut kepada Sakura.

*TBC*



A/N (lagi):

Terimakasih sudah mau membaca, mohon riviewnya mampir yaa? Untuk tokoh yang sudah nongol dengan karakter ataupun status sosial yang tidak sesuai dengan kesenangan anda, Yuna mohon maaf yaa? Yuna kan adalah THE QUEEN di fic ini, so suka-suka Yuna dong... heheheee, maaf yaa??? Silahkan....