Summary: Ketika mereka merasa lelah, mereka menangis dan berharap Tuhan mendengar harapan mereka. /ChanBaek/KaiSoo/DLDR!
.
.
.
Disclaimer: Cast own themselves. I'm own this fiction.
Pair: ChanBaek& KaiSoo
Genre: Drama, Supernatural, Romance, Humor, lil Hurt/Comfort (maybe?).
Warning: Yaoi. Alternate Universe. Complicated-plot. OOC. Miss-Typo. Weirdo.
Length: Multi-Chapter
.
.
.
God Must Be Kidding Us!
[Prologue]
.
.
.
—.—
.
.
.
Baekhyun melangkahkan kakinya mendaki satu per satu anak tangga menuju kamar apartment-nya. Dengan sebuah kantong plastik di tangan kanannya, pemuda kelahiran 6 Mei 1992 itu menghela nafas lelah. Hampir tengah malam dan dirinya baru saja pulang dari bekerja. Belum lagi dirinya harus menempuh perjalanan yang cukup memakan waktu dari kantor ke apartment-nya meskipun naik bus sekalipun. Sedikit iri dengan beberapa temannya yang pulang bersama kekasihnya yang memang kerja satu kantor atau pada mereka yang dijemput oleh pasangan masing-masing. Irinya~ Mungkin, seorang Byun Baekhyun tidak akan merasa semenderita ini kalau saja dia mempunyai kekasih yang sedikit peka. Sayangnya, Baekhyun tahu betul bahwa kekasihnya yang tengah bergelung nyaman di lantai beralaskan karpet bulu bukanlah orang yang peka dan jangan harap Baekhyun mau terus-terusan 'meminta' pada pemuda ini, gengsi juga kalau dirinya yang terus-terusan meminta sesuatu secara terang-terangan.
Sekali lagi Baekhyun menghela nafas dalam. Melihat pemandangan seorang pria dewasa bergelung di karpet ruang tengah bersama seekor anjing di sampingnya. Mengurut sebentar pelipisnya sebelum menggerakkan diri untuk melepas sepatunya dan melangkah memasuki apartment-nya.
"Chanyeol, bangun!"
Baekhyun menggoyang-goyangkan tubuh kekasihnya yang masih nyenyak dalam tidurnya. Merasa tidak ada reaksi. Dengan kekuatan yang lebih kuat, Baekhyun kembali menggoyang-goyangkan tubuh Chanyeol. Sedikit memakan waktu sampai akhirnya Chanyeol melenguh, tanda-tanda tidurnya mulai terganggu.
"Nggh~"
Baekhyun menghentikan aksinya ketika melihat Chanyeol mulai bangun, terduduk. Masih setengah bangun, pemuda itu tersenyum sambil mengkedip-kedipkan matanya.
"Kau sudah pulang, Baek-ie?" Chanyeol bertanya dengan suara seraknya disertai senyum 1000 watt di wajahnya.
"Hm, kalau mau tidur. Tidur di sana di kamar, biar aku simpan saja stew-nya di freezer." Baekhyun berujar. Melangkahkan kakinya menuju dapur mereka yang tepat berada di sebelah ruang tengah. Hendak, melakukan hal yang baru saja ia ucapkan, menyimpan makanan di dalam kantong plastik yang berada di tangan kanannya sekarang.
"Stew?" mata Chanyeol langsung terbuka lebar. Tiba-tiba nyawanya yang masih tertidur kembali ke raganya. Dengan semangat tak biasa pemuda itu menoleh pada tubuh Baekhyun yang terus melangkah menuju dapur.
"Aku akan cuci mukaku, dan kita makan bersama, ya?" setelah mengucapkan kalimatnya Chanyeol segera melompat menuju kamar mandi untuk membasuh wajahnya. Sementara, Baekhyun yang mendengar kalimat kekasihnya itu menghela nafas kecewa. Sungguh, kenapa dia harus mengatakan kalau dirinya membawa stew pada Chanyeol? Seharusnya, dia diam saja agar keduanya dapat tidur nyaman di ranjang keduanya. Dan salah Chanyeol juga, kenapa masih bisa memikirkan makanan di saat seperti ini. Oh, malangnya kau Baekhyun~
.
"Wah! Aku tidak tahu kalau satu minggu tidak makan stew, membuat rasa stew ini seribu kali lebih enak dari biasanya." Baekhyun mendengus melihat ekspresi childish yang seperti sudah terpahat permanen di wajah kekasihnya. Dengan sedikit tidak semangat menyuapkan kuah stew ke dalam mulutnya.
"Bisakah besok kau menjemputku?" tanpa memandang wajah Chanyeol, Baekhyun mengeluarkan suaranya. Sedikit demi sedikit memasukkan stew ke dalam mulutnya.
Chanyeol mengernyit dan bertanya dengan polosnya; "Kenapa memangnya?"
Tek!
Sumpit di sela jari tangan Baekhyun putus. Chanyeol melebarkan matanya tak percaya. Di depannya terduduk sosok Baekhyun yang menundukkan wajahnya dalam. "Kenapa memangnya?" Baekhyun mengulangi pertanyaan Chanyeol dengan nada mengerikan. Chanyeol yang masih tidak mengerti keadaan mereka. Menganggukkan kepalanya perlahan—sedikit takut. Baekhyun mendengus kasar. Mengangkat kepalanya—menatap lurus wajah kekasihnya—dan menyeringai sinis.
"Lupakan permintaan bodohku tadi, Tuan tidak peka!"
Baekhyun beranjak dari duduknya setelah menggebrak meja makan mereka. Reflek Chanyeol mencengkram tangan Baekhyun.
"Tunggu! Kenapa tiba-tiba marah, Baek-ie?"
Hening sejenak. Baekhyun menarik nafas dalam. Sebelum akhirnya menghembuskannya dengan kasar. Sabar, Byun Baekhyun!
"Aku tidak marah, kok." Bohong Baekhyun.
Baekhyun menghentakkan tangan Chanyeol dan beranjak dari ruang makan. Perkiraan Baekhyun, setelah dirinya mengatakan hal tadi. Chanyeol tetap akan mengejarnya dan meminta penjelasan kemudian meminta maaf dan keduanya bisa tidur. Tapi, perkiraan itu hanyalah sebuah perkiraan. Kenyataannya Baekhyun kini melangkahkan kaki-kakinya yang terasa berat sendirian menyusuri ruang tengah apartment mereka yang teras sangat lebar. Tidak, ada sosok yang mengejarnya. Sungguh, sangat kekanakan. Mengharapkan sebuah scene drama cheesy akan diperagakan Chanyeol. Sebenarnya kalau diminta Chanyeol memang akan melakukannya. Namun, justru karena Baekhyun ingin mengetahui sejauh mana perkembangan ketidakpekaan Chanyeol. Dirinya melakukan hal bodoh ini—berharap. Tidak akan berhasil. Baekhyun menghentikan langkahnya di samping sofa. Chanyeol masih di dapur bersama stew. Menutup matanya dengan punggung tangannya. Baekhyun tidak menangis. Berusaha, tidak menangis.
"Baekhyun, kau tidak apa-apa?" Chanyeol muncul dari bilik dapur. Khawatir melihat Baekhyun yang bersandar pada dinding sebelah sofa.
'Tentu saja, aku tidak baik-baik saja.' Baekhyun menjawab dalam hati.
"Hei, Park Chanyeol! Apa yang akan kau lakukan kalau kau bukanlah orang yang aku inginkan?" Baekhyun melebarkan matanya, mendengar perkataannya sendiri. Bukan, ini bukan Baekhyun. Bukan itu yang ingin Baekhyun katakan! Chanyeol terperanjat di tempat, tidak tahu juga harus menjawab apa. Selain itu… Benarkah Baekhyun tidak menginginkan dirinya yang sekarang?
Baekhyun melangkahkan kakinya menuju kamar mereka. Berbalik sejenak untuk menatap Chanyeol. Chanyeol dapat melihat di sana, di mata itu tidak ada lagi sosoknya. Mata itu kosong dan tidak hidup.
"Kau…" Baekhyun menggantungkan kalimatnya.
'Berhenti!' jerit batin Beakhyun.
"…pikirkan perkataanku baik-baik."
'Tidak! Hentikan! Apa yang sebenarnya merasukiku.'
"Karena, jujur saja aku berharap tidak mempunyai kekasih sepertimu."
Cklek!
Pintu kamar tertutup. Baekhyun masuk meninggalkan Chanyeol yang masih terpaku di tempatnya. Memikirkan seluruh perkataan Baekhyun.
"Ti…dak."
Dan, Baekhyun menangisi perkataannya dalam keheningan malam. Dia lelah.
.
.
.
Pukul 11 malam. Kyungsoo meringkuk di ranjang king size apartment-nya sendirian. Matanya tidak mau terpejam. Memandang lesu pada layar ponselnya. Menghela nafas panjang ketika sebuah panggilan tidak juga ia terima. Menunggu dan menunggu. Dengan sabar 30 menit Kyungsoo lalui dalam penantiannya pada panggilan tersebut. Dan, ketika kantuk mulai mendera. Ponsel Kyungsoo bergetar. Dengan kecepatan yang tidak biasa. Kyungsoo bangun dari tidurnya. Menyibak selimut yang masih membalutnya. Tersenyum melihat nama yang terpampang di layar ponselnya. Dengan segera pemuda bermarga Do itu menekan tombol terima sebelum menjawab; 'Hallo.' Dengan lembut.
"Kyungsoo-yah!" Kyungsoo tersenyum dapat mendengar suara sosok ini.
"Ne?" jawab Kyungsoo manis.
"Bukankan pintunya!" Kyungsoo sedikit mengernyit mendengar perintah dari sosok di seberang. "Eh? Bukannya kau membawa kunci satunya?" tanyanya masih keheranan.
"Tadi, aku memberikannya pada Taemin-hyung!" Kyungsoo menundukkan wajahnya. 'Apa? Dia memberikan kunci apartment mereka pada pemuda itu?'
"Kenapa?" Kyungsoo menggumam lirih.
"Hah, kau mengatakan sesuatu, hyung?"
"Kenapa kau memberikan kunci apartment kita padanya?" Kyungsoo mulai melangkahkan kakinya menuruni tangga. Menuju pintu depan. 'Jelas-jelas kau tahu dia menyukaimu.' Lanjut Kyungsoo dalam hati.
"Oh, itu. Kami akan membintangi drama perdana kami mulai bulan depan. PD-nim bilang kami harus mengakrabkan diri serta yah, dunia seorang idol tidak mudah."
Kyungsoo memasukkan kunci dan memutarnya. Pengunci pintu terbuka.
"Masukkan kodenya sendiri. Aku mengantuk, hari ini aku tidur di kamar bawah saja." Jawab Kyungsoo dingin. Membalikkan tubuhnya dan dengan langkah cepat memasuki kamar tamu di lantai bawah apartment mereka.
"Hei—"
Pip!
Mengabaikan apapun protes yang ingin kekasihnya lontarkan. Kyungsoo menutup pintu kamar tamu. Bertepatan dengan Jongin—nama kekasih Kyungsoo—yang berhasil membuka pintu apartment mewah mereka.
"Kyungsoo! Biar aku jelaskan—" kalimat Jongin dipotong cepat oleh Kyungsoo.
"Jelaskan apa? Memangnya kau membuat kesalahan, ya?" Kyungsoo masih menggunakan nada lemah lembutnya.
"Aku tahu, kalau kau sedang marah padaku—" sekali lagi Kyungsoo memotong cepat kalimat yang hendak Jongin lontarkan.
"Sudahlah! Aku mau tidur!"
"Tidak. Dengarkan aku dulu!" Kali ini Kyungsoo membiarkan Jongin menyelesaikan kalimatnya.
"SUDAH KUBILANG, TIDAK USAH! TERKADANG AKU BERHARAP KALAU SAJA KAU BUKANLAH DIRIMU. KURASA TAEMIN, KEY, KRYSTAL, DAN SEBAGAINYA TIDAK AKAN MENGEJARMU." Dan sebuah bentakkan menjadi balasan kalimat Jongin. Jongin terkejut. Ini bukan Kyungsoo-nya. Kyungsoo terkejut. Ini bukan dirinya. Kenapa dia berteriak-teriak seperti ini? Secemburu, apapun Kyungsoo pada sosok-sosok yang hadir dalam bentakkannya tadi. Kyungsoo hanya akan diam dan menunggu penjelasan Jongin. Namun, selalu dan selalu penjelasan yang ia terima terdengar tidak nyata. Seperti dibuat-buat. Dan Kyungsoo sudah pada batasnya. Memberikan kunci apartment pada lawan mainmu di drama. Cih, bilang saja dia ingin membuat scandal panas lagi dengan pemuda itu.
"Kyungsoo, kau tidak bersungguh-sungguh dengan ucapanmu, 'kan?" Jongin bertanya ragu. Kyungsoo dalam hati menjawab iya pertanyaan Jongin. Iya, dia tidak bersungguh-sungguh. Namun, akal Kyungsoo menolak secara keras. Kyungsoo harus mengucapkan. Setidaknya agar pemuda ini sadar. Apapun, resiko setelah dia mengucapkan kalimatnya ini.
Setetes air mata meluncur dari mata kiri Kyungsoo.
"Terkadang— Ah! Tidak. Selalu aku berharap begitu."
Tubuh Kyungsoo merosot dibalik pintu. Meninggalkan Jongin yang masih meletakkan tangan, kepala, dan harapannya di sisi lain pintu itu. Berharap pintu itu akan terbuka oleh tangan-tangan Kyungsoo. Kemudian, pemuda itu akan memeluknya dan mengatakan bahwa semuanya hanya lelucon belaka. Namun, harapan tinggalah harapan. Kyungsoo tidak pernah membukakan pintu itu untuknya. Ini 'kan akhirnya? Akhir dari kisah mereka?
.
.
.
—.—
.
.
.
[Prologue]
—END—
.
.
.
a/n : Argh! /jambakrambutLis /dibunuh
'Benda' apa lagi ini? Saya, gak bisa nemuin feel-nya. Juga, kenapa kesannya maksa banget? /jedukinkepalakebantal
Ini file emang udah ada sejak 2012 lalu. Dan, sudah saya rombak abis-abisan. Tapi, tetep aja kesan kakunya gak mau ilang.
Saya benci sama diri saya yang membuat saya jadi gak suka karakter mereka semua di prologue ini. /aneh/ Duh, kesannya saya fans kurang ajar yang bikin Baekhyun childish banget, udah gitu Chanyeol kenapa dirimu jadi seperti itu? Jongin juga, kenapa gak ada seksi-seksinya? Kyungsoo OOC parah! Ada apa dengan kalian wahai ChanBaekKaiSoo /dikeroyokfans /nyadarwoiloeyangsalah. Ukh, reader sekalian mohon maafkan author nista ini. Saya gak tahu kenapa jadinya malah kayak gini. /loh?/ Saya labile! Saya labile! Dan, saya berjanji akan membuat karakter mereka kembali normal di chapter-chapter depan. Duh, bikin MC emang sulit, ya~? /sempetngeles
Ok, silahkan hantamkan ketidakmengertian kalian, hatred, bash atau apapun pada kotak review. Ini emang salah saya. Jadi, saya gak akan marah kalau kalian flame ini cerita. Saya butuh nasehat~! /nangis /tutupmuka /malu
Ok, sekian saja dari saya. Saya tunggu kritikan dan sarannya untuk cerita abalan ini.
.
.
.
So, mind to review? /gaktaudiri/
Voting; Keep or Delete?
