Haii...

Setelah lama meninggalkan akun ini aku kembali dan berharap bisa mulai kembali di dunia tulis menulis. Setelah terkena WB. hoho...

Kali ini Niko mau kasih cerita baru lagi ya, untuk cerita yang masih berlanjut lainnya. Tunggu saja kelanjutannya okee?

Baikkk...

Yosh!

.

.

.

Rintikan hujan itu membuat embun di kaca jendela bus. Aku memainkan jemariku disana. Tersenyum setipis mungkin seraya menghela napas.

Sebuah nama tertuliskan disana.

Naruto-kun.

.

.

.

Disclaimer: Masashi Kishimoto

This story by me

Pairing:

Uzumaki Naruto

Hyuuga Hinata

Sakura Haruno

Uchiha Sasuke

Sabaku Gaara

Genre: romance

WARNING:

Typo, alur gaje, jika tidak suka saya tidak masalah asal jangan berkata kasar di kolom review

Baiklah selamat membacaa

Jaa!

.

.

"Kepada seluruh penumpang pemberhentian terakhir. Stasiun Tokyo. Sekali lagi kepada seluruh penumpang pemberhentian terakhir. Stasiun Tokyo."

Aku membuka kedua bola mataku perlahan. Akhirnya setelah lama menunggu aku sampai di tujuannku. Sedikit merenggangkan badan. Aku beranjak berdiri saat pintu kereta terbuka. Perlahan aku menarik koperku dan berjalan keluar.

Hari ini stasiun terlihat sangat ramai dari hari-hari biasanya. Beberapa orang menyenggol bahuku dan berlalu begitu saja tanpa sebuah kata maaf.

Aku menghela napas.

"Hinata."

Aku menoleh kebelakang saat aku mendengar suara seseorang yang memanggilku. Disana dia tersenyum, dengan tangan yang melambai padaku.

Aku mengangguk dan mendekatinya "Lama menunggu Gaara-kun?" Tanyaku hati-hati.

Dia menggeleng dan mengambil alih koperku, lalu berjalan di depanku. Aku hanya bisa tersenyum melihatnya. 'Kau tidak berubah Gaara-kun'

.

.

.

.

Aku kembali menginjakkan kakiku dirumah yang dulu pernah aku tempati beberapa tahun silam. Suasana nya sangat sepi dan damai. Perlahan Gaara membukakan pintu utama dan melebarkannya lalu mengangguk menyuruhku masuk.

Suara ketukan sepatuku terdengar menggema diruangan itu, hampir semua perabot masih bertutupkan kain putih. Tapi tidak ada satupun debu yang tertinggal disini.

Gaara pasti merawatnya dengan baik.

Aku kembali menelusuri rumah itu hingga retinaku menatap pada sebuah lukisan indah yang tergantung manis diruang tamu.

Lukisan keluarga besarku.

Lukisan yang penuh luka.

Lukisan yang membuatku melarikan diri, jauh ke negeri sebrang. Paris.

Lukisan yang seketika mampu mendobrak seluruh pertahanan hatiku.

Lukisan yang tersimpan senyum dari seluruh keluarga yang aku sayang.

Yang telah tiada...

"Hinata." Gaara menepuk bahuku dan seketika mengembalikanku pada dunia nyata, aku mendongak kepadanya, dia tepat dibelakangku.

Kemudia dengan sikap yang sangat lembut Gaara memeluk tubuhku juga mengelus rambut indigoku. Menghilangkan getaran kesedihan dalam diriku.

Kami menatap lukisan itu bersama "Semoga mereka merestui pernikahan kita nanti ya Hime." Bisik Gaara ditelingaku. Dan aku hanya mengangguk perlahan.

.

.

.

.

"Gaara-kun aku sudah siapkan makanan kita." Ujarku dari arah dapur.

Setelah beres-beres rumah ini. Gaara merengek minta makan padaku dan aku hanya terkekeh geli. Dia terkadang bisa menjadi ayah dan bayiku sekaligus.

Setelah berdiskusi dengan tunanganku itu. Kami sepakat meninggalkan kota paris dan kembali ke Tokyo. Namun saat itu Gaara terbang duluan ke Jepang karena ada sebuah urusan beberapa hari setelahnya aku menyusul.

Merasa Gaara tidak menyauti ucapanku aku berjalan mendekatinya. Ternyata dia tertidur kelelahan di atas sofa. Aku terkikik geli. Berjongkok dihadapannya. Dan mengelus surai merah itu.

Sampai ketika senyumku hilang saat Gaara membisikkan sebuah nama dalam tidurnya

"Sakura..."

.

.

.

"Harusnya kau membangunkanku Sakura! Aku jadi tidak sempat makan siang, mana habis ini ada rapat. Bagaimana nanti aku mengikutinya dengan perut kopong." Gerutu Naruto. Sedang Sakura yang duduk manis di sofa ruangan itu seolah tidak mendengarkannya.

Salahkan Naruto sendiri, kenapa jadi orang susah untuk dibangunkan. Huh merepotkan saja.

Tok tok

Pintu perlahan terbuka dan seorang lelaki berambut raven dengan gaya cool memasuki ruangan itu. Tersenyum remeh saat oniksnya bertatapan dengan safir dihadapannya.

"Kau memang baka!"

Kata singkat yang mampu membuat emosi Naruto sampai ke ubun-ubun. Dia mendengus kesal dan kembali meraih laptopnya.

Sedangkan Sasuke berjalan mendekati Sakura yang sedari tadi menatapnya lembut. Dia mengelus surai merah muda Sakura lalu duduk disampingnya. Mengabaikan tatapan tajam dari si empu ruangan.

"Baiklah aku pergi rapat dulu." Pamit Naruto meninggalkan dua sejoli itu dan mengambil beberapa berkas dan berjalan keluar. Menutup pintu dengan sedikit hentakan

"Dasar Naruto bodoh!"

.

.

.

Lelaki bermata safir itu menggeram dalam hati. Bagaimana bisa mereka begitu menyebalkan? Menggampangkan urusannya. Benar-benar kali ini keterlaluan. Naruto kembali memeriksa jadwalnya. Bertemu seorang desainer dari Paris yang akan bekerja sama dengannya.

Dan ini tidak boleh gagal! Ujar lelaki itu.

Hingga kakinya berhenti tepat di ruang rapat satu bagian timur. Pintu itu sedikit terbuka lebar disana dia dapat melihat seorang gadis yang sedang memunggunginya. Menatap lalu lintas dibawah sana melalui kaca besar diruangan itu. Naruto menghela napas. Dia telah membuat tamunya menunggu.

.

.

.

Aku menghela napas. Melirik kembali arloji ditanganku. Jam menunjuk pukul 15.00. Yang berarti si pemilik telat selama 15 menit. Aku tidak bisa begitu saja membiarkan orang ini.

Dia tidak menghargai waktu.

"Ano-suimasen?"

Aku membulatkan kedua bola mataku saat mendengar seseorang yang mengucap maaf padaku. Tubuhku menegang. Suara ini.

Suara yang amat aku rindukan.

Dengan gerakan perlahan aku menoleh kebelakang. Tepat. Mata kami bertemu dan dia pun sama terkejutnya denganku.

"Kau?"

BERSAMBUNG.

Yeeaahh hello...

Bawain cerita baru lagi ya... sempatin buat review biar aku semangat update yaa... makasih semua

Bye mmuuahh

Watanabe Niko