PROLOGUE – COFFEE
Disclaimer: ide, plot cerita sepenuhnya milik saya. Casts milik Tuhan YME. Jika ada kesamaan dalam plot, ide, judul, dsb itu merupakan kesamaan yang tidak disengaja.
COFFEE
dyossi
Mulutnya terkatup rapat, alisnya tertaut, dan matanya menatap sebuah ponsel yang disodorkan oleh sahabatnya itu.
"Cepat kau hubungi ayahmu," ujar sahabatnya sedikit tak sabar.
Anak laki-laki berpostur mungil dengan tubuh yang lumayan berisi tersebut menatap ponsel tersebut ragu sebelum akhirnya mengambil benda pintar berwarna hitam tersebut dan mulai memencet nomor nomor. Nomor ayahnya.
Beep beep beep
"Ia tidak menjawab," ucapnya sambil memutuskan sambungan. Tersirat sedikit kekecewaan dari kilat mata bulatnya.
Sahabatnya mengambil ponselnya lalu memasukkannya ke dalam saku celananya sebelum ia menggandeng tangan laki-laki mungil yang sedang menggigit bibir bawahnya karena tidak yakin atas ide sahabatnya ini.
"Jongdae," ucapnya sedikit bergetar karena dinginnya malam. "Kau yakin ayahku akan mengijinkanku keluar? Ini sudah jam tujuh malam dan –"
"– Oh, diamlah!" Jongdae, sahabatnya itu, memutar bola matanya malas. "Ayahmu pernah muda, Kyungsoo. Ia pasti mengerti."
Kyungsoo, lelaki kecil itu, terdiam. Ia sebenarnya sangat ingin untuk menerima ajakan Jongdae keluar pada malam Minggu. Kyungsoo ingin bebas sejenak. Namun pemuda itu anak laki-laki yang patuh. Tidak seperti kebanyakan anak laki-laki yang pemberontak, Kyungsoo adalah anak baik-baik. Sangat sopan dalam tutur bahasa dan bicara. Namun juga sangat naïf.
"Menurutku, tidakkah seharusnya aku meminta izin ayahku dulu sebelum keluar meninggalkan rumah?" Tanya Kyungsoo, sedikit cemas dengan tanggapan ayahnya setelah ayahnya tahu bahwa anak semata wayangnya itu pergi keluar rumah tanpa seizinnya.
Jongdae menarik Kyungsoo memasuki sebuah kafe yang memang cukup terkenal untuk sekedar ngopi-ngopi dan berbasa-basi. Seketika aroma kopi menguap, memasuki lubang hidung Kyungsoo, menggelitik setiap saraf-saraf olfaktori dalam hidungnya, dan membuat Kyungsoo mengeluarkan desahan menikmati.
Jongdae tertawa kecil, "Kau menikmatinya."
"Aku selalu suka dengan wangi kopi, Jongdae," bibir Kyungsoo menarik sebuah simpul untuk membentuk senyuman.
"Tapi kau tidak menyukai kopi," alis sahabatnya naik sebelah dan tertawa kecil.
Kyungsoo ikut tertawa dan mengangguk. Jongdae mengeluarkan suatu fakta yang benar. Kyungsoo membenci kopi. Ia membenci rasa kopi yang sangat pahit saat cairan itu menyentuh indra-indra perasa pada lidahnya. Rasanya seperti menelan kepahitan yang kau punya terhadap seseorang yang kau benci.
Kyungsoo membenci kopi, namun ia menikmati wanginya. Dia mengatakan bahwa kopi itu seperti sebuah kepahitan yang kau benci tapi yang kau nikmati pula keberadaannya.
"Nah, perkenalkan!" Seru Jongdae saat mereka berdua memasuki sebuah ruangan khusus yang dipesan untuk beberapa orang. "Ini sahabatku yang sering kuceritakan pada kalian. Namanya Kyungsoo."
Kyungsoo, selayaknya putra dengan didikan sopan santun terbaik, menunduk sopan dan memasang senyum manisnya saat ia memperkenalkan dirinya. Mata bulatnya memindai satu per satu teman-teman Jongdae yang sedang duduk pada sofa-sofa yang tertata melingkari sebuah meja bundar beralaskan gelas-gelas yang berisi beraneka macam kopi pesanan mereka.
Baru saja kedua sejoli itu akan mengambil tempat untuk duduk, pintu yang mereka masuki tadi tiba-tiba terbuka cukup keras, menampilkan sesosok pria berpostur tegap dengan tinggi menjulang. Pria itu secara tidak sengaja menabrak bahu Kyungsoo saat masuk, membuat pemuda kecil itu terdorong sedikit ke depan.
Kyungsoo dengan segera berpegang pada sofa di depannya agar tidak jatuh, namun ia merasa bukan hanya sofa yang merupakan topangannya pada saat itu.
Karena sebuah lengan kekar juga ikut melingkar pada pinggangnya.
Damn apa ini:') Maaf ya gaaiiss aku lagi galau gitu dee HAHAHA jadi aku buat fict CHANSOO gitu gajelas hehe. Anyway ini baru awal banget sih jadi review yaaa mau lanjut apa ngga. HEHE
Dan aku masih amateur banget sooo im so sorry kalo freak bgt hehe
dyossi
