Tittle : squirell and duck

Summary : kisah tentang seorang namja yang membenci bebek dan seorang namja yang membenci tupai ?. Keduanya bertemu, dan apa yang terjadi ?

NEW FF BADEUL COUPLE FROM B1A4 !

Desclaimer : fic punya author tentunya ^.^

Main Cast :

Cha Baro

Lee sandeul

^w^

"dasar bodoh !" pekik salah satu anak bertubuh besar itu. Ia menghentakkan bahu seseorang di depannya.

"lebih baik cepat kau berikan dompetmu ! Walau aku yakin itu hanya untuk membeli 2 botol minuman ! Hahaaha !" ucap anak bertubuh besar lagi, diiringi teman temannya yang tertawa keras.

Sandeul bergumam pelan, tetapi tangannya mulai memasuki saku celananya. Mengeluarkan dompet hitam lusuhnya. Anak bertubuh besar itu pun merampas dompet itu kasar. Kemudian membuka dompet lusuh itu, mengeluarkan dua lembar uang 1000 won dari dalamnya.

"benar kan ? Hahahaaa ! Ayo kita pergi ! Percuma berharap lebih pada orang sepertimu !" sekelompok anak nakal itu pun pergi. Meninggalkan sandeul yang masih berdiri diam di koridor yang agak gelap.

Namja bermarga lee itu memandang langit. Menatap gumpalan gumpalan awan hitam yang sudah terpampang begitu menyeramkan dari jendela besar di depannya. Dan tak lama rintikan hujan jatuh. Membuat suara yang terdengar begitu indah di telinga sandeul.

Senyuman terukir di wajah manisnya. Ia pun bergegas, mengambil tasnya yang terjatuh tak berdaya di lantai koridor dan berlari turun ke bawah. Ia tak mau melewatkan kesempatan berharga ini.

^w^

Namja itu berdecak kesal. Menatap jendela yang memperlihatkan derasnya hujan di luar itu tak suka. Ia melirik ke sampingnya. Sang ibu yang masih berbincang bincang dengan seorang pria berumur 40 tahunan-sepertinya. Dan tak ada tanda tanda akan mengakhiri perbincangan panjang itu.

Ia tak mau memotong pembicaraan kedua orang tua itu tentunya. Karna ia sudah cukup menghargai usaha sang ibu yang sibuk mendiskusikan kepindahannya ke sekolah ini. Di tambah lagi ia akan di loncat kelaskan karna kepintarannya yang dahulu bersekolah di london.

"kau bisa jalan keluar jika bosan, baro .." ucap sang ibu. Sepertinya ia telah menangkap gerak gerik gelisah sang anak.

"ya, mungkin kau bisa berkeliling di sekitar sini. Dan jika beruntung, kau bisa menemukan beberapa siswa yang masih belum pulang" timpal kepala sekolah, tak lupa mengeluarkan senyuman ramahnya.

Baro pun mengangguk. Ide bagus.

^w^

Baro POV

Aku pun keluar dari ruangan bernuansa lembut itu. Dan berjalan perlahan di koridor yang terlihat sepi. Ralat, sangat sepi. Tak ada seorangpun yang ku temukan di sini.

Ku alihkan pandanganku ke luar jendela. Hujan mengguyur makin lebat. Membuat mood ku bertambah buruk.

Bagus sekali, hari ini semuanya membuatku muak.

Kesal ?

Sangaaat !

Tapi sekali lagi aku hanya bisa memaki dalam hati.

Membiarkan appa mengantarku dan eomma ke bandara efpagi buta untuk penerbangan ke seoul. Tanpa sepatah katapun diucapkan dari mulutnya.

Sampai di seoul di sambut cuaca mendung-nyaris hujan yang sukses membuat bajuku lembap. Aku benci itu.

Lalu pergi ke sebuah apartement yang cukup besar -walau tak terlalu mewah- dengan debu yang bertaburan di mana mana. Membuatku ingin pingsan di tempat.

Dan sekarang, berada di sekolah yang nyaris kosong. Dengan hujan deras yang menguapkan aroma tanah yang basah. Tercium begitu menjijikkan di hidungku.

Aku benci seoul.

Aku benci sekolah ini.

Dan aku benci hujan.

Di tengah kegiatan makianku-dalam hati. Tiba tiba pandanganku tertarik pada sesuatu di tengah lapangan. Terlihat seperti seorang namja menurutku. Untuk apa dia hujan hujanan di sana ? Bodoh ..

Tapi tanpa sadar, aku melangkahkan kakiku turun ke lantai paling bawah. Kemudian berdiri di depan lapangan. Memandangi ada seorang namja berambut kecoklatan yang -dengan-anehnya- merentangkan kedua tangannya. Kemudian mendongakan kepalanya ke atas.

Mungkin seperti pose wanita di film titanic ? Entahlah .. Kesan pertamaku bertemu dengan namja itu, yang entah siapa namanya...

Orang aneh.

JDAAAARRR !

Sontak aku menutup mata dan kedua telingaku dengan tangan. Gerakan reflek saat mendengar suara petir yang begitu mengagetkan.

Setelah suara besar itu menghilang, bergantikan suara hujan yang semakin lebat. Aku membuka mataku perlahan. Ku lihat namja berambut kecoklatan itu meringkuk. Sama sepertiku tadi, ia menutup kedua telinganya dengan tangan putih pucatnya.

"heeeii ! Apa yang kau lakukaan ?" pekikku keras. Mencoba menyaingi suara hujan. Aku menajamkan penglihatanku, takut takut ternyata ia sudah tak bernyawa lagi.

"apa dia masih hidup ?" tanyaku entah pada siapa. Sampai aku tahu jawabannya ketika ia menoleh ke arahku. Ia menatapku bingung.

Bagus. Sekarang kami saling bertatapan tanpa melakukan apapun. Bahkan sampai hujan perlahan berhenti. Dan sinar matahari mulai menerobos gumpalan awan hitam itu.

Akhirnya ia tersenyum padaku. Senyuman yang bahkan lebih menyilaukan dari pada sinar matahari.

Tbc

Annyeong, para readers … saya author baru di sini, kekekekekekkeee~

Setelah sekian lama, akhirnya saya berani juga mempublish fanfict B1A4 ini.. maaf jika banyak kekurangan, maklum masih newbie #ngeles =.="

Kritik dan saran sangat di harapkan, demi kelanjutan FF ini(?)

/^.^/