MENANGISLAH UNTUK TERSENYUM

A Fanfiction By Kohan44

Naruto and all the characters belong to Masashi Kishimoto


Kepalanya mendongak memperlihatkan kepada Sasuke kilauan pantulan langit dibingkai kaca. Sasuke bersumpah, dia tidak sedang melebih-lebihkan, karena itu pertama kalinya Sasuke melihat mata secerah langit biru. Jika Sasuke memperhatikannya lebih dalam, mata itu malah nampak seperti laut di musim panas. Airnya biru dan Sasuke tak sabar menyelaminya.

Setengah wajah anak itu tertelan buntalan syal yang ujungnya menjuntai sampai kaki. Petal bunga sakura jatuh dari kepalanya, merosot tergelincir di rambut yang berkilau. Sasuke juga bertanya-tanya soal warna rambut anak itu. Tidak, ini bukan pertama kalinya Sasuke melihat warna serupa.

"Anak baru?" tanya Sasuke.

Gadis itu mengangguk lalu membungkuk. "Salam kenal. Aku murid pindahan. Kelas 2. Semoga kita bisa berteman baik, ya, Uchiha-san."

Sasuke tersenyum kecil mendengar nama belakangnya disebut. Sejujurnya, bukan hal mengejutkan jika orang yang tak dikenal Sasuke mengetahui nama belakang Sasuke. Tapi entah mengapa itu membuat Sasuke kegiarangan, rasa nya ingin berlari ke lapang, mengambil tongkat kasti dan memukul bola sejauh mungkin.

"Oh, semua orang yang kutemui mengenalmu dan Minami-san." Anak itu menyahut cepat. "Itu… kenapa aku bisa tahu namamu." Katanya menjelaskan. Sasuke mengangguk, tidak benar-benar menanggapi.

"Kau mewarnai rambutmu?"

Tangan gadis itu berlari ke rambutnya. Nampak jari jemarinya menggaruk-garuk kepala sebelum turun ke bagian ujung, bergerak-gerak gusar memainkan ujungnya, seperti menyembunyikan kekhawatiran. Dia menggelengkan kepala pelan, terlihat tidak yakin. Kelopak bunga lain meluncur halus mengikuti alur helai rambut gadis itu. Sasuke bisa saja bertindak lembut dengan mengambil kelopak itu lalu membuangnya, karena gadis itu nampak tak menyadari kepalanya dipenuhi kelopak bunga tapi, Sasuke lebih memilih diam dan menikmati pemandangan itu.

"Ah.." nafas Sasuke tercekat, untuk sesaat tak tahu harus berkata apa menanggapi pertanyaannya sendiri. "Kau pasti mewarnainya." Dan Sasuke menekan kalimat seolah-olah dia tidak pernah melihat rambut serupa.

"Ti-tidak! Ibuku bilang, saat mengandungku, dia suka makan stroberi!"

Sasuke mendengus melihat raut serius gadis itu, hampir saja tertawa lepas. Tenang, Sasuke! Pikirkan kata-kata selanjutnya. Kau perlu terlihat meyakinkan saat berbohong.

"Hei, kacamatamu melorot." Sasuke mendorongnya naik, "Kucing,"

Untuk sesaat mata mereka bertemu saling bertukar tatap, dan kelopak bunga yang tersapu angin di udara terasa berhenti jatuh. Mereka melayang tanpa bobot, dan udara kala itu benar-benar aneh. Sasuke mesti menahan nafas, karena entah bagaimana sesuatu menghisapnya jauh ke dalam mata yang berkilauan bak matahari menari-nari di atas lautan.

"Eh? Ku-kuc-" gadis itu terbata, dan apalagi Sasuke yang tidak seharusnya mengucapkan satu kata rahasia.

"Kau dari Honjima kan?" Sasuke menyela, akhirnya memutuskan menguak sesuatu yang seperti rahasia itu. Honjima, kata kabar angin yang Sasuke dengar, adalah tempat asal gadis itu, sebuah pulau terpencil di daerah timur Jepang yang dihuni kebanyakannya oleh kucing daripada manusia. Tidak heran jika melihat gadis ini membuat Sasuke gemas. Tapi, tunggu… Sasuke seharusnya tidak perlu bertingkah bahwa dia mengetahui sesuatu tentang gadis ini.

Jadi, dia menarik nada lembutnya ketika berucap. "Pindahlah ke sekolah lain. Jangan di sini."

"Apa?"

"Enyahlah!"

Gadis itu termenung. Sasuke malah berbalik, dan berlalu.

"Kau sudah mati." Katanya lantang. "Ini bukan sekolah untuk para hantu."

"Saya tidak mengerti humor Uchiha-san," gadis itu tertawa, tak menghiraukan jarak mereka yang semakin jauh. "Semoga kita bisa berteman baik, ya, Uchiha-san!"

Dalam sekali tatap, Sasuke tahu ada yang sama dengan gadis ini dan gadis yang ada di dimensi lain, yang membawanya kembali berpetualang ke masa lalu, mengalun pelan kemudian berlayar cepat mengikuti arus, terombang-ambing sebelum jatuh dalam kekalahan mutlak. Dikalahkan kenangan.

"Kau..."

Sasuke menatap raut muka yang dengan cerianya mengenalkan diri, "Isamine Karin, namaku."

Mata yang berbingkai kaca, bibir sesegar embun, dan rambut merah menyala. Lagi-lagi mereka saling tatap. Tanpa kata segalanya tersampaikan. Perasaan gadis ini yang melemah karena kekhawatiran mendengar teriakan Sasuke dan perkataan yang tak menyenangkan telah menggubris perasaan Sasuke juga.

Kehidupan hanya terjadi sekali tapi, siapa yang pernah membuktikannya? Bagaimana kalau reinkarnasi memang benar-benar terjadi tapi, mereka yang bereinkarnasi tidak pernah ingat kehidupan mereka sebelumnya?

"Jadi kau yang bernama Isamine Karin?"

"Ya!" gadis ini, dengan sandiwara yang sempurna, menjawab riang. "Salam kenal!"

Jika ini reinkarnasinya, maka ini penebusan dosa, begitu pikir Sasuke.

Lalu datang seseorang dari arah koridor lain, menyapa Sasuke dan segera berlari menghampiri. Dengan tangan ringan dan suara renyah, anak itu mengganggu Sasuke. Tak membaca situasi, anak itu merangkul bahu Sasuke mengajaknya pergi ke tempat yang diceritakannya dengan riang merupakan tempat dimana mereka akan bersenang-senang. Namun akhirnya, anak itu menyadari sesuatu ketika Sasuke hanya berdiri dan tak menatap kemanapun kecuali kepada gadis yang tengah menonton mereka berdua.

"Oh," suara anak itu jatuh, tangannya terlepas dari Sasuke dengan lemas.

Sakon, nama anak itu. Bersama Sasuke, keduanya membentuk band sekolah yang terkenal dan disegani. Keduanya menjadi terkenal dan berteman karib bagai saudara. Tapi…

BUG!

Mereka juga tukang berkelahi. Aturan mereka : jangan-pukul-perempuan. Tapi baru saja, Isamine Karin jatuh terlentang. Sasuke terkesiap, tak sadar kapan pukulan itu datang. Meskipun kini dia menyadarinya, namun Sasuke masih diam mematung, tertelan oleh kenangan yang memperangkap dirinya di masa lalu.

Entah sejak kapan, tiba-tiba murid-murid yang menonton berseru histeris, sebagian menyoraki, sebagian menentang, sebagian acuh, sebagian cemas tapi tak melakukan apa-apa, dan salah seorang dari mereka, seseorang yang berpengaruh di osis, berlari ke ruang guru.

"Dia gila!" seseorang menjerit ngeri.

Isamine Karin berbaring, tak bergerak. Kacamatanya terpental sejauh dua meter. Tangannya yang terkulai perlahan-lahan berubah warna kemerahan. Saat dia bangkit, dia mengerang mencengkram tangan itu. Terdengar jenggitan dari salah satu sudut penonton, dan secara bersamaan Karin tersentak melihat sesuatu menetes, mengotori rok seragam sekolahnya. Kerah kemejanya basah dikucuri darah yang turun dari keningnya.

Sasuke menarik kerah Sakon, memberinya satu pukulan keras sampai jatuh, jengitan penonton terdengar lagi. Para siswi mulai histeris, dan pada saat itu Sasuke sadar apa yang dilihat Sakon bukanlah Isamine Karin. Apa yang ada di hadapan mereka, bagi Sakon, adalah semua kenangan yang ingin dia buang. Masa lalu yang menghantui.

Pertemuan pertama mereka menjadi rumit dengan cara yang sederhana.


MENANGISLAH UNTUK TERSENYUM


Sakon tak mengatakan apapun atau berkilah saat guru berhenti kelelahan memberi rasa perihatin, lalu memutuskan untuk mengintimidasinya. Uchiha Sasuke duduk bertopang dagu, menonton Sakon berdiri mendengarkan petuah guru konseling. Sesekali guru itu menatap Sasuke, memberinya peringatan bahwa petuah ini juga berlaku untuk dirinya. Sakon juga memberi Sasuke sorot peringatan, seolah yang pantas menerima hukuman adalah Sasuke. Dalam sekali hentakan, Sasuke bertolak dari ruangan, membuat sang guru tergagap-gagap melihat aksi tersebut. Belum sempat mengambil tindakan, Sakon pun ikut melesat melarikan diri.

"Mika!"

Sakon menahan bahunya, membuat mata mereka sejajar.

"Kau mengenal gadis itu?"

"Karin. Isamine Karin, namanya."

"Oh, bagus. Kau sudah mengenalnya lebih jauh. Apa yang akan kau lakukan pada Karin?"

"Melakukan apa? Apa?"

"Katakan, kau dan aku bersahabat?"

"Ya."

"Hanya aku yang boleh menyentuh Isamine Karin."

Sasuke tak langsung menjawab. Dia berbalik untuk mencari kedua mata Sakon. "Ya."

Kemudian mereka berpisah.

Sasuke berlari ke ruang UKS, hampir menyelinap masuk lewat cela pintu ketika matanya menemukan Isamine Karin sedang mendapat perawatan dari dokter sekolah. Anak perempuan itu Nampak menunduk layu dan tak berkata apa-apa kecuali menganggukan kepala tiap kali sang dokter memberinya nasehat, dan hal itu, entah mengapa, memberi perasaan tidak enak di hati Sasuke.

"Aku tidak pernah melihatmu mengunjungi UKS tiap kali kau berkelahi." kata Dokter Sekolah yang menyadari kehadiran dalam keheningan Sasuke. Dokter itu berbalik lalu mengedip beberapa kali. "Kau terluka parah?"

Sasuke tak menjawab. Dia mengeluarkan bantal es dari lemari pendingin seolah dia memiliki izin melakukan itu, lalu menempelkannya di bagian tubuh Karin yang Sasuke pikir sakit.

"Kau akan baik-baik saja," kata Sasuke, mengabaikan sang Dokter. Gadis itu diam dan membuat Sasuke makin tak karuan. "Aku tidak bisa membantumu." Tidak, itu bukan kata-kata yang tepat. Sasuke tahu ada satu kata yang begitu ajaib dan ampuh untuk setidaknya mengurangi perasaan berat di hatinya tapi, kata itu sungguh sangat sulit diucapkan.

Sasuke berbalik dan beranjak, menutupi rautnya yang terlalu jujur. "Nah, sampai besok!"

"Hei!" Isamine Karin menyela, menghentikan langkah Sasuke. "Apa aku melakukan kesalahan?"

Sasuke memutar dan menyesali hal itu, menatap sepasang mata yang mulai berair membuatnya tak bisa bergerak sampai perlahan kepala Isamine Karin menunduk lagi. Sasuke pun membuang tatapan lalu menyadari sebingkai kacamata merah terbagi menjadi tiga bagian di atas meja.

Seolah Sakon tengah berdiri melompat di dekatnya, Sasuke bisa mendengar suara kawannya itu berseru meneriakan namanya.


To be continued..


Ah, halo!

Saya Kohan, dan saya baru muncul di fandom ini lagi setelah sekian lama berkutat untuk fanfiksi dengan judul ini.

MUT fiksi garapan saya sejak... ah.. lama banget. Suatu hari, seseorang yang bekerja menjadi seorang editor di penerbit buku membaca karya saya dan meminta saya menerbitkannya, tapi... ah.. hahaha biarkan saya tertawa saja.

MUT 2 merupakan benang merah MUT yang banyak sekali berubah setelah perdebatan panjang antara saya dengan editor tersebut. Tenang, saya tidak melanggar hak cipta dari buku yang diterbitkan. Karena judul buku yang diterbitkan, nama, setting, dan beberapa hal lainnya berbeda. Lagipula, masa kontrak saya dengan mereka sudah habis.

Terimakasih sudah membaca!

Silahkan tinggalkan beberapa pesan dan jangan lupa klik follow serta favorite ya! ^^