Halo~ Ketemu sama saya lagi. Bukan misteri kok, cuma sedikit fantasi. Judulnya plesetan dari You Who Came From the Stars tapi ceritanya beda. Wkwkwkwk...
Happy reading guys.
Lingkaran hitam menghiasi mata Wonwoo yang terlihat lelah dan tak bernyawa. Semua berawal dari seminggu yang lalu, tepat sehari setelah Wonwoo tertidur di perpustakaan dengan buku aneh terbuka di hadapannya.
Wonwoo tidak ingat pernah menyentuh, apalagi membuka buku aneh bersampul tebal tersebut. Yang dia ingat, Wonwoo datang ke perpustakaan kampus mencari bahan untuk tugas akhir yang harus diserahkan secepatnya. Dengan sedikit bingung, Wonwoo menutup buku tersebut dan meninggalkannya tergeletak di atas meja begitu saja.
Sejak saat itu, tiap Wonwoo mulai memejamkan mata, dia akan merasa tubuhnya meringan. Ada sensasi aneh yang menggelitik jantungnya hingga berdetak keras. Sayup-sayup Wonwoo mendengar suara angin berhembus ditelinganya. Di malam pertama, dia hanya mendengar suara seorang pria. Bergumam lembut mengalunkan nada asing yang membuat Wonwoo terbuai.
Malam selanjutnya, tak hanya suara yang bisa Wonwoo dengar tapi belaian halus ujung jari seseorang disekitar wajah dan rahangnya. Wonwoo terbangun saat tengah malam dengan detak jantung memburu seperti baru saja berlari ribuan kilometer.
Tak hanya itu, malam selanjutnya semakin membuat Wonwoo takut membaringkan diri di ranjang. Karena saat malam ketiga, Wonwoo bisa merasakan jari-jari dingin menyentuhnya disemua tempat. Membelai sisi wajah Wonwoo, kemudian menggenggam ringan tangannya sebelum menyeret jari-jari dingin tersebut naik ke bahunya yang telanjang.
Wonwoo tidak pernah tidur telanjang, dan saat dia membuka mata, tak ada seorangpun di kamarnya. Wonwoo menemukan kelelakiannya mengeras entah karena alasan apa. Dan intensitas sentuhan tersebut semakin hari semakin meningkat hingga Wonwoo menolak untuk tidur sama sekali.
"Hey Jeon, kau terlihat mengerikan."
Junhui, sahabat Wonwoo sejak masih kecil merangkulnya dari belakang. Wonwoo sama sekali tak pernah menceritakan pengalaman menakutkannya saat tidur pada siapapun, bahkan Junhui orang yang paling dia percaya sekalipun. Wonwoo takut dianggap tidak waras jika menceritakannya pada orang lain.
"Insomnia huh?"
"Sepertinya begitu."
Wonwoo menjawab dengan asal-asalan. Malas untuk mencari alasan lain yang menjadi penyebab matanya terlihat mengerikan.
"Won, jika ada masalah aku siap menjadi pendengarmu."
"Jangan hanya jadi pendengar, kau harus bersedia membantuku Jun."
"Tentu saja! Aku teman terbaikmu!"
"Kalau begitu kerjakan tugas akhirku hingga beres."
"Sialan!"
Wonwoo hanya tersenyum lemah mendengar makian yang dilontarkan Junhui padanya. Mereka terlalu akrab untuk merasa tersinggung dengan ucapan satu sama lain.
Saat pulang dari kampus, Wonwoo merasa semakin buruk. Tubuhnya lemas karena kurang tidur dan matanya berkunang-kunang. Wonwoo benci terlihat lemah jadi dia merasa bersyukur tidak lagi tinggal bersama kedua orang tuanya dan menyewa apartemen sederhana untuk dirinya sendiri.
"Argh sialan!"
Wonwoo menggerutu pelan saat melihat ranjang yang terlihat rapi dan menyenangkan untuk ditiduri. Dengan langkah gontai Wonwoo menyeret tubuhnya yang kurus ke sofa, menjauhkan diri dari tempat tidur.
Rasa kantuk mengalahkan tekad Wonwoo untuk tetap terjaga. Baru lima menit dia duduk menonton televisi, Wonwoo sudah kehilangan kesadarannya. Lagi-lagi suara angin berhembus membelai daun telinganya seperti bisikan.
Yang Wonwoo ingat, dia duduk di sofa apartemennya yang mungil sebelum jatuh tertidur. Bukan disebuah dataran hijau luas dikelilingi pegunungan. Wonwoo ingin meyakini bahwa semua ini hanya mimpi, tapi dia bisa merasakan sensasi rumput basah dibawah telapak kakinya yang telanjang.
Angin terus membelai tubuhnya, tapi Wonwoo tidak merasa kedinginan meski hanya mengenakan kaos tipis. Dari kejauhan terlihat sosok tinggi tegap mendekat dengan langkah pasti. Wonwoo tidak tahu siapa pria tersebut, namun ada rasa familier yang membuat dirinya tidak merasa terancam.
Pria itu bertubuh tinggi dan tegap, membuat Wonwoo merasa kecil meski tinggi mereka tidak terpaut jauh. Wajahnya tampan dengan warna kulit tembaga tapi juga tidak terlalu gelap. Rambut dipangkas pendek rapi, memperlihatkan dahi serta alisnya yang tebal. Wonwoo beringsut dari tempatnya berdiri. Mata, hidung, bibir. Wonwoo yakin dia pernah melihat komposisi wajah tersebut, tapi tidak dalam bentuk manusia.
"Jeon Wonwoo."
Suara dalam dan berat menyapu pendengaran Wonwoo. Pria itu kini berdiri begitu dekat dengan Wonwoo. Sangat dekat hingga hanya dengan mengulurkan tangan, dia bisa menyentuh Wonwoo.
"Maaf aku membuatmu takut."
Wonwoo mengerutkan dahi bingung, sama sekali tidak memahami apa yang dimaksud oleh pria yang berdiri di hadapannya.
"Seharusnya aku menemui lebih awal."
Pria itu tersenyum malu, membuat Wonwoo sedikit terkejut dengan perubahan ekspresinya. Saat diam, pria itu sangat tampan dan tenang. Tapi saat tersenyum, wajahnya melembut dan manis.
"Kim Mingyu. Ingatlah namaku meski kau berada diluar sana."
Itulah kalimat terakhir yang menggema dipikiran Wonwoo hingga akhirnya dia terbangun dari tidurnya. Masih di sofa apartemennya dengan kaos kusut dan celana jins buntut. Keringat membasahi tubuh Wonwoo yang tidak gerah dan merasakan telapak kakinya ngilu.
"Kim Mingyu."
Nama itu tiba-tiba mengalir dari lidah Wonwoo dengan sendirinya. Membuat Wonwoo seketika ingat dengan mimpi yang terasa begitu nyata dan aneh. Karena terdorong rasa penasaran, Wonwoo beranjak dari sofa dan mencari ponselnya. Mengetik nama Kim Mingyu disemua mesin pencari serta media sosial yang ia miliki. Namun upaya yang dilakukannya sama sekali tak membawa hasil.
"Siapa Kim Mingyu?"
Wonwoo berbisik pelan pada diri sendiri. Dan untuk malam itu, Wonwoo tidur dengan tenang tanpa merasakan sentuhan atau belaian mengerikan. Yang dia dengar hanya gumaman pelan disisi tubuhnya. Nada menenangkan yang membuatnya nyaman, suara Kim Mingyu.
Maaf pendek banget, semacem prolog aja gitu. Pengenalan karakter biar ntar kalau aku mendeskripsikan tanpa nyebut nama kalian udah pada tahu siapa yang aku bicarain. Hahaha... Siapa lagi kalau bukan Mingyu sama Wonwoo, secara meanie fics yatoh. Rada o'on juga ni yang nulis.
Btw see ya next chap... Kalau ada yang mau ngasih ide boleh kok, tapi jangan nodong. Ahahaha
