Welcome to Homra's Bar!

Disclamer: K project anime bukanlah milik saya melainkan milik GoRA dan GoHands. Dan Maid-sama! bukanlah punya saya melainkan punya Hiro Fujiwara-sensei.

Genre: Friendship, (niatnya sih) Humor

Sekuel dari Misaki X Misaki

Timeline: Beberapa minggu setelah setting Misaki X Misaki. Sebelum Totsuka Tatara tewas (untuk timeline K project) dan setelah Usui kembali dari Inggris (untuk timeline Maid-sama!)


"Selamat datang, tu... ah, Yata!"

Seorang pemuda berbandana yang menenteng skate board nyengir melihat maid berambut hitam menyambutnya sambil tersenyum. "Yo, Ayuzawa-san!" sapa Yata Misaki sambil diantar menuju ke mejanya yang biasa. Misaki (Ayuzawa Misaki, maksudnya) mengerutkan dahi mendengar cara Yata memanggilnya.

Sejak kedatangannya yang pertama kali beberapa minggu lalu, hampir setiap hari Yata datang ke Maid Latte. Meskipun awalnya pemuda itu sangat canggung di depannya (di depan semua perempuan yang ada di hadapannya, sebenarnya, namun lebih-lebih di depan Misaki) tapi setelah beberapa lama, mereka bisa ngobrol dengan wajar.

"Aku masih saja tidak biasa dipanggil 'Ayuzawa-san' olehmu," ujar Misaki saat pemuda yang belum lama ini menjadi temannya itu duduk.

"Tidak mungkin aku memanggil nama depanmu, kan? Nama kita sama-sama Misaki." ujar Yata. "Ngomong-ngomong... kenapa kau tidak nyaman dipanggil 'Ayuzawa-san'? Bukannya kau ketua OSIS di sekolahmu? Berarti banyak orang yang memanggilmu begitu dong!" lanjutnya dengan dahi berkerut bingung. Kerutan di dahinya bertambah dalam saat melihat Misaki terlihat salah tingkah mendengar pertanyaan barusan.

Gadis itu membuka mulutnya beberapa kali untuk mengatakan sesuatu sebelum menutupnya kembali. Akhirnya dia menyerah dan memutuskan untuk jujur saja. Toh dia bukan orang yang pandai berbohong, jadi sekalipun bohong, Yata mungkin bakal langsung tahu. "Habis kesannya kau bukan tipe orang yang memanggil nama belakang seseorang," gumam Misaki.

Yata terdiam sejenak, tidak paham apa maksud kata-kata yang diucapkan gadis dihadapannya barusan sebelum ekspresi cemberut muncul seiring pemahamannya. "Jadi maksudnya aku kelihatan seperti orang yang tidak sopan, begitu?" tanyanya dengan nada setengah kesal setengah merajuk. Misaki tak kuasa menahan senyum mendengar nada bicaranya barusan.

"Bukan, bukan begitu. Hm, bagaimana cara bilangnya ya? Kesanmu itu seperti orang yang akan langsung memanggil nama depan orang yang baru saja kau temui. Kelihatannya seperti itu."

"Sama saja! Itu artinya kau menganggapku orang yang tidak sopan!" protes Yata. Misaki tersenyum minta maaf melihat reaksinya barusan. Pemuda yang selalu memakai bandana itu bersandar dan memandang gadis itu tajam-tajam sebelum mendesah. Dia tidak bisa marah kepada gadis ini. Selain karena dia tahu betapa mengancamnya Ayuzawa Misaki sewaktu-waktu, ada sesuatu dalam ekspresi gadis itu yang membuat amarahnya melayang. Dia sendiri juga tidak mengerti apa 'sesuatu' itu.

"Apa karena aku adalah anggota HOMRA? Sudah kubilang kan anggota HOMRA itu bukan sekedar berandalan yang mengacau tanpa alasan. Jangan membuat stereotip kalau anggota geng itu sifatnya pasti buruk dong!" Walau tidak marah, nada bicara Yata tetap tinggi. Misaki memakluminya. Meskipun belum lama kenal, dia kurang lebih paham kalau Yata Misaki memang bertemperamen seperti itu.

Salah satu alasannya memang karena kau anggota geng yang terkenal pengacau itu, batin Misaki, tapi dia memutuskan untuk tidak mengatakan hal ini. "Lebih karena sifatmu, sebenarnya," katanya, tidak sepenuhnya jujur tapi tidak sepenuhnya bohong. "Tapi ngomong-ngomong, aku kerja dulu, ya. Apa kau bakal menungguku sepulang kerja nanti?" tanyanya. Kadang-kadang Yata menunggu Misaki setelah jam tutup toko. Tidak seperti seorang stalker tertentu, pemuda itu menunggunya hanya untuk mengobrol sebentar, bukan mengikutinya sampai rumah.

"Apa orang aneh itu akan muncul lagi?" Yata bertanya balik. Hampir dalam setiap pertemuan sepulang kerja mereka, Usui Takumi selalu ikut. Pemuda aneh yang dijuluki sebagai alien stalker mesum sakit jiwa sekaligus kekasih Ayuzawa Misaki itu kelihatannya tidak keberatan dengan hubungan pertemanan antara dua Misaki, tapi Yata sering merasa terintimidasi kalau ditatap tajam oleh dua bola mata hijaunya. Padahal pemuda skater itu bukan tipe orang yang gampang terintimidasi.

Misaki mendesah pelan. "Kemungkinan besar. Kau tidak nyaman kalau dia ada, ya?" tanyanya sambil menyerahkan menu

"Tidak juga," dusta Yata. Dia lebih baik mati daripada mengakui kalau dugaan barusan tepat sasaran. Misaki diam saja walaupun dia tahu Yata berbohong. Sama seperti dirinya, Misaki yang ini sepertinya bukan tipe orang yang pandai berbohong.

"Baiklah, kalu begitu. Sampai jumpa nanti sore," pamit si gadis maid sebelum berlalu untuk mengambil pesanan temannya yang bahkan belum membuka buku menu. Karena Misaki tahu yang dia pesan setiap datang kemari selalu sama dengan pesanannya saat pertama kali datang:

Chocolate milk.


"Jadi seperti apa sih sebenarnya HOMRA itu? Katamu kalian bukan sekedar berandalan biasa, tapi berita tentang kekerasan yang kalian lakukan sering terdengar."

Yata menatap Misaki dengan serius sambil berusaha mengabaikan tatapan menusuk dari pemuda berambut pirang yang duduk di sebelah gadis yang baru saja bertanya itu. "Kami hanya berkelahi demi orang-orang yang ada di wilayah kami saja, kok. Berita-berita itu saja yang membuat kesan kalau kami pengacau yang mencari masalah dengan berkelahi di mana-mana tanpa alasan," pemuda itu membela klannya. Dia belum menceritakan tentang apa sebenarnya HOMRA itu dan klan-klan raja warna, jadi dia harus ekstra hati-hati agar informasi yang dia beritahu tidak terlalu banyak namun juga tidak terlalu sedikit. Sampai sekarang dia masih berusaha untuk mengajak Misaki pergi menemui Mikoto. Yata sudah menceritakan tentang sosok yang merupakan bos HOMRA itu pada Misaki: betapa kerennya dia, kekuatan auranya, dan segala macam tapi gadis itu belum mau diajak ke base camp kelompok mereka karena banyak alasan. Namun dibanding dengan sebelumnya, jelas gadis itu semakin tertarik untuk menuruti ajakannya.

"Kedengarannya seperti yakuza," komentar Usui yang sejak tadi diam saja mendengarkan percakapan mereka. Yata mendelik menatapnya tapi tidak sanggup menyangkal hal itu. Yang mereka lakukan memang mirip Yakuza: bergerak demi kepentingan klan dan orang-orang di sekitar mereka. Tetap saja, mendengar istilah yang berkonotasi negatif itu dari Usui membuat telinganya sakit.

Tapi kelihatannya Misaki tidak menghiraukan pertengkaran bisu mereka. Dia kelihatan sibuk berpikir. "Dari caramu membicarakan kelompokmu itu," ujarnya sambil menatap Yata, "kelihatannya kau sangat menyayangi mereka, ya," lanjutnya sambil tersenyum lembut mengingat betapa bersemangatnya teman barunya itu saat membela kelompoknya dan betapa khidmadnya dia saat menceritakan tentang orang-orang itu.

Pemuda skater itu merona melihat senyum langka yang tersungging dari bibir gadis yang dia kagumi sejak pertama kali melihatnya itu. Dengan gelagapan dia bergumam , "Tentu saja," sambil menunduk agar rona wajahnya tidak terlalu kentara.

"Kau melakukannya lagi, Misa-chan," desah Usui dengan nada setengah kesal setengah putus asa. Misaki langsung menoleh ke arahnya dengan ekspresi bingung.

"Hah?"

"Membuat orang terpesona seperti itu," jawabnya sambil menunjuk Yata yang wajahnya masih merona merah, "benar-benar tindakan yang kejam, Ayuzawa. Apalagi kepada orang lain, di hadapanku," kali ini nada posesif sedikit bercampur dalam suaranya yang terkesan sedang merajuk.

"Apa maksudmu, Usui payah? Aku tidak mengerti."

Kali ini Usui hanya diam sambil menatap kosong ke depan, membuat Misaki semakin tidak mengerti apa maksud dari ucapannya barusan dan tingkah kekanakannya kali ini.

"Ah, ehem! Ngomong-ngomong, Ayuzawa-san," Yata memutuskan untuk memecah kesunyian yang semakin sesak itu, "bagaimana dengan hari ini? Apa kau mau ikut ke bar HOMRA? Semua anggota akan berkumpul hari ini untuk mencoba masakan kreasi baru Totsuka-san. Mikoto-san juga akan ada di sana," ajaknya dengan penuh harap. Ini sudah yang kesekian kalinya dia mengajak gadis itu dan sebelumnya selalu gagal, tapi tidak ada salahnya terus berusaha kan? Bagaimanapun juga dia memang orang yang keras kepala, kok.

Misaki menatap wajah pemuda penuh harap di hadapannya dan mendesah. Selama ini dia menolak karena menganggap HOMRA adalah kelompok yang berisi berandalan yang lebih parah dari para siswa di SMA Seika tapi saat melihat Yata... yah, penampilan dan gaya bicaranya memang seperti berandalan namun setelah mengenalnya dengan lebih baik, dia bukan orang jahat. Misaki jadi penasaran seperti apa anggota HOMRA yang lain.

Gadis itu melirik Usui yang sedang balas menatapnya. "Bagaimana Usui? Boleh?" tanyanya kepada pemuda itu. Usui mendesah dan tahu bahwa kalau sudah menetapkan pilihannya, Misaki bisa jadi sangat keras kepala. Lagipula mana bisa dia bilang tidak kalau kekasihnya yang manis menatapnya dengan ekspresi memohon seperti itu?

"Baiklah, asal aku juga boleh ikut," jawabnya. Misaki menatapnya dengan sorot mata penuh terima kasih sementara Yata yang tidak mengerti menatap mereka berdua bergantian dengan ekspresi bingung.

"Maksudnya apa? Aku tidak menger..."

Misaki nyengir lebar melihat kebingungan di wajah pemuda yang bernama sama dengannya itu dan berkata dengan nada riang, "Artinya kami berdua akan ikut denganmu ke bar HOMRA sekarang! Nah, karena sudah diputuskan, ayo kita pergi!"


A/N: Halo! Ini adalah sekuel dari Misaki X Misaki!

Gue udah lama bikin ini tapi nggak kelar-kelar juga, soalnya agak panjang buat ukuran gue, sekarang udah 10 halaman dan yang gue post ini cuma sampe halaman 4. Karena kalo nunggu ampe kelar bakal nggak tau ampe kapan dipostnya, maka gue pecah ff yang niatnya satu chapter ini jadi 2-3 chapter.

Chapter selanjutnya akan gue post dan gue tulis tergantung review yang masuk. Gue nggak ngancem harus berapa review kok! Asal ada yang review meski satu tapi membangkitkan semangat, pasti gue tulis dan post secepetnya!

So... review, please?