DISCLAIMER: Ojamajo Doremi © Toei Animation, 1999-2004. Ojamajo Doremi 16, Ojamajo Doremi 16 Naive & Ojamajo Doremi 16 Turning Point (light novel) © Kodansha, 2011-2012. Tidak ada keuntungan komersial sepeserpun yang saya dapatkan dari fic ini.

Catatan Author: Nah, selagi menunggu update dari Ojamajo Girlband yang selanjutnya (chapter 24 sebenarnya sudah selesai diketik, hanya tinggal menunggu waktu yang tepat untuk diupload di FFn), saya memutuskan untuk mempublish fic yang satu ini! ^^

Well, masih inget kan, sama cerita dorama yang saya tulis di Ojamajo Girlband? (Itu lho, yang mulai dibahas di chapter 12) Fic ini adalah fic yang ide ceritanya saya kembangkan dari cerita dorama tersebut, dan sudah pasti, ini akan menjadi fic AU pertama saya, hehehe…

Selamat membaca.


The Stars and the Bad Boys

.

The Introduction


Suatu pagi, disebuah lorong di Misora Art School…

Lima orang gadis sedang bersembunyi di ujung sebuah lorong yang berdekatan dengan sebuah jembatan yang menghubungkan antara gedung asrama putri dengan gedung sekolah. Seorang diantaranya mengamati lorong dihadapan mereka, memastikan kalau tidak ada seorangpun yang sedang berjalan di lorong tersebut. Manik magenta gadis itu dengan waspada menyusuri lorong yang lebar itu, sampai akhirnya ia yakin kalau mereka berlima bisa melewati lorong itu dengan aman.

"Doremi-chan, bagaimana?" bisik salah satu diantara mereka yang menggunakan kacamata kepada 'sang pengamat' lorong, "Keadaannya aman kan? Lorongnya masih sepi kan?"

"Hmm…" gadis itu terus saja 'memindai' lorong tersebut dengan hati-hati, dan saat ia sudah mulai yakin kalau lorong itu aman untuk dilewati oleh mereka, ia menjawab bisikkan temannya itu, "Kurasa keadaannya aman sekarang. Kita bisa melewati lorong ini menuju kelas."

Mereka berlima sedang berada disebuah sekolah seni ternama di kota Misora, yang juga merupakan sekolah mereka, yaitu Misora Art School. Sekolah ini bisa dibilang sekolah yang paling banyak mencetak artis-artis ternama di kota tersebut, termasuk diantaranya kelima gadis tersebut.

Mereka memang masih belum lulus dari sekolah itu, tapi sekolah tempat mereka menempuh ilmu tersebut sudah menyalurkan bakat mereka untuk menjadi entertainer. Dua tahun yang lalu, saat pertama kali mereka masuk ke sekolah itu, pihak sekolah menyelenggarakan audisi kelompok menyanyi, dan mereka berhasil mengikutinya. Saat itulah, pintu kesuksesan mereka mulai terbuka… Mereka menjadi sebuah girlband yang sangat terkenal bernama MAHO-Do, yang juga merupakan singkatan dari nama-nama mereka masing-masing. Sejak itu pula, mereka menjadi sangat terkenal. Tidak hanya di kota Misora, melainkan di seluruh Jepang.

Kesuksesan yang mereka raih juga tak lepas dari perjuangan yang panjang dari mereka sendiri, sampai akhirnya mereka dapat bersekolah di sekolah seni berlantai tiga yang selalu terlihat bersih dan rapi tersebut. Doremi, yang juga leader dari MAHO-Do, dapat masuk ke sekolah itu karena mendapatkan beasiswa dari bakatnya bermain piano, sementara Hazuki dapat bersekolah disana melalui ujian masuk reguler, yang terdiri dari ujian mata pelajaran biasa dan ujian khusus untuk bernyanyi dan memainkan alat musik – dalam hal ini, Hazuki memainkan alat musik biola.

Seorang diantara mereka yang lainnya, Aiko, juga memasuki sekolah itu lewat jalur beasiswa, seperti Doremi. Hanya bedanya, beasiswa yang diperolehnya didapatkan dari rekomendasi yang dikirimkan oleh pihak sekolah lamanya di Osaka, dilihat dari kemampuannya bermain drum. Lain halnya dengan sang anggota termuda dan tertua di MAHO-Do, Onpu dan Momoko, yang bersekolah disana melalui jalur yang sama seperti Hazuki, hanya saja, alat musik yang dimainkan oleh Onpu adalah flute, dan alat musik yang dimainkan Momoko adalah gitar.

Merekapun dipertemukan di sekolah tersebut, walaupun mungkin sebelum mereka bersekolah disana, hanya Doremi dan Hazuki yang sudah saling mengenal satu sama lain, karena mereka sudah bersahabat sejak kecil dulu. Hal yang mendekatkan mereka berlima satu sama lain adalah karena mereka tinggal di kamar yang sama di asrama sekolah tersebut.

Kembali kepada keadaan mereka sekarang, dimana mereka sedang berjingkat-jingkat melewati lorong yang tadi mereka amati. Mereka berjalan diam-diam seperti ini bukan karena mereka sudah terlambat masuk kelas. Jam dinding yang berada disana bahkan masih menunjukkan pukul enam pagi. Mereka bertingkah seperti ini untuk menghindari fans-fans mereka yang jumlahnya sangat banyak.

Mereka tahu, bahwa fans memang merupakan orang-orang yang penting dalam menentukan kesuksesan mereka, tapi kalau mereka harus bertemu dengan fans yang mengerubungi mereka sampai mereka kesulitan untuk masuk kelas… lebih baik mereka masuk kelas dengan cara seperti ini.

Dengan hati-hati, mereka berjalan menyusuri lorong yang berada didepan ruang ujian masuk yang baru dibersihkan dan dirapikan, karena memang, hari ini Misora Art School mengadakan ujian masuk untuk calon siswa dan siswi baru.

Berbeda dari murid-murid di sekolah-sekolah lainnya yang berada di Jepang, semua murid di Misora Art School mengenakan seragam sekolah dengan warna jas dan dasi yang berbeda-beda, termasuk juga para personil MAHO-Do. Yang sama dari jas itu adalah adanya lambang sekolah yang terjahit dengan rapi di depan saku jas yang berada di bagian dada sebelah kiri – sebuah lambang bergambar kunci G yang dibawahnya bertuliskan nama Misora Art School.

Sambil berjalan, Doremi merogoh saku jas seragam merah mudanya dan bertanya kepada personil MAHO-Do lainnya, "Ngg… apa tidak sebaiknya, kita ke kantin dulu untuk sarapan? Perutku sudah lapar sekali nih."

"Kurasa kita harus menahan lapar dulu sebentar, Doremi-chan," sahut Aiko yang mengenakan jas seragam berwarna biru muda, "Kita harus menaruh barang-barang kita dulu di dalam kelas, baru setelah itu, kita bisa pergi ke kantin untuk sarapan."

"Mou, ternyata menjadi terkenal itu ada tidak enaknya juga ya…"

"Sabarlah, Doremi-chan. Kita akan ke kantin setelah kita menaruh buku dan alat tulis kita di dalam kelas," ujar Hazuki sambil tertawa kecil. Gadis berjas orange itu kemudian melihat sekilas ruangan ujian masuk yang pintunya sudah terbuka, "Kelihatannya ujian masuk sudah akan dimulai lagi tahun ini."

"Aku jadi ingat saat aku mengikuti ujian masuk di ruangan itu dua tahun yang lalu," kenang Onpu menanggapi perkataan Hazuki, "Pasti siang nanti, ruangan itu akan dipenuhi oleh banyak sekali calon adik kelas kita."

Gadis berjas ungu itu lalu menambahkan, "Aku jadi penasaran, siapa saja ya, yang akan masuk ke sekolah kita dan menjadi murid sekolah ini?"

"Yang pasti sih, mereka semua dari keluarga yang kaya raya," Aiko menghela napas, "Aku justru lebih tertarik dengan para murid baru yang masuk kesini lewat jalur beasiswa, sama sepertiku dan Doremi-chan dulu."

"Tapi, kurasa tidak ada salahnya kalau kita cari tahu tentang siapa saja yang ikut ujian itu," sahut Momoko yang mengenakan jas seragam berwarna kuning, "Sekalian aku, juga Hazuki-chan dan Onpu-chan bernostalgia ke saat-saat kami ikut ujian masuk dua tahun yang lalu."

"Terserah kalianlah," kali ini, Doremi yang menghela napas, "Sekarang aku hanya berharap kita bisa sampai ke kelas secepatnya. Perutku sudah benar-benar lapar…"

"Doremi-chan…"

Mereka terus berjalan dengan pelan, sampai pada akhirnya mereka memasuki kelas mereka dimana mereka menaruh buku dan alat tulis mereka masing-masing diatas sebuah meja. Mereka lalu bergegas keluar kelas, menuju ke kantin untuk sarapan.

Untuk mendapatkan jatah makanan dari kantin, para murid tidak perlu membelinya dengan menggunakan uang cash. Mereka mengambilnya dengan menggunakan kartu voucher makan khusus untuk para murid. Bagi para murid yang masuk lewat jalur ujian masuk seperti Hazuki, Onpu dan Momoko, prosedur penggunaan kartu voucher milik mereka sama dengan tata cara penggunaan kartu voucher elektronik pada umumnya – voucher tersebut dapat diisi ulang dengan menggunakan ATM ataupun dengan membayar biaya isi ulangnya langsung di counter khusus pengisian ulang voucher makan yang berada tepat disebelah kantin, sementara bagi para murid yang masuk lewat jalur beasiswa seperti Doremi dan Aiko, mereka tidak perlu mengisi ulang kartu vouchernya sama sekali, karena mereka mendapatkan kartu voucher makan khusus unlimited yang bisa terus mereka pakai sampai mereka lulus dari sekolah ini, sebagai salah satu bentuk dari beasiswa yang mereka dapatkan.

"Kurasa kalian tidak perlu berangkat dari asrama kalian pagi-pagi sekali," ujar seorang pemuda berambut biru jabrik yang mendatangi kelima orang gadis itu saat mereka sedang sarapan, "Dan aku tahu pasti kalau kalian datang cepat bukan untuk mendapatkan makanan yang baru saja matang seperti yang sedang kalian makan sekarang kan? Boleh aku ikut bergabung disini?"

"Boleh saja, Kotake," sahut Doremi sambil memegangi sendok berisi sup krim di tangan kanannya, "Tujuan utama kami sampai duluan disini memang bukan untuk mendapatkan makanan yang baru matang, tapi… itu juga bukan berarti, kami tidak boleh sarapan sekarang kan?"

Gadis berambut merah panjang itupun lalu melahap sup krim yang berada di sendoknya lalu menambahkan, "Lagipula, saat kami sedang dalam perjalanan menuju ke kelas tadi, perutku sudah sangat lapar."

"Aku tak heran," sahut Kotake singkat, "Dari dulu kau memang selalu menjadi yang paling gampang lapar diantara yang lainnya."

Doremi menghela napas, lalu mulai menyendoki sup krimnya lagi, "Terserah kaulah."

Pemuda yang mendatangi mereka itu, Kotake Tetsuya, adalah sahabat Doremi dan Hazuki sejak mereka bersekolah di TK. Sama halnya dengan Doremi dan Aiko, Kotake juga masuk ke Misora Art School lewat jalur beasiswa.

Meskipun MAHO-Do sudah menjadi artis terkenal, mereka masih mau untuk berteman dengan siapa saja, termasuk dengan Kotake, yang juga merupakan salah satu personil dari grup duo vokal grup KoteYama, yang notabene masih belum setenar MAHO-Do.

Bahkan mereka juga berteman baik dengan Yada Masaru, salah seorang personil KoteYama lainnya yang juga adalah sahabat kecil dari Doremi, Hazuki dan Kotake.

Mereka menyantap makanan pesanan mereka dengan lahapnya, setelah itu, mereka memasuki kelas untuk mulai mengikuti pelajaran.

.O.

Sementara itu, disebuah rumah kecil di Misora…

Empat orang pemuda sedang mengemasi barang-barang mereka dari rumah yang selama ini mereka tempati. Mereka menaruh barang-barang mereka masing-masing dalam sebuah tas ransel besar, setelah itu, dengan mantap mereka berjalan keluar dari rumah itu dan mengunci pintunya. Mereka bersiap-siap untuk pindah dari rumah itu, menuju ke suatu tempat yang lebih baik dimana mereka bisa menjalankan rencana yang telah mereka sepakati sebelumnya.

Dengan semangat, mereka mulai menyusuri jalan menuju ke tempat baru mereka, yang ternyata adalah Misora Art School.

Mereka memang pergi kesana untuk bersekolah disana, masuk melalui jalur beasiswa, tapi mereka tidak akan masuk di sekolah itu sebagai murid kelas satu, melainkan sebagai murid kelas tiga.

Jalur beasiswa memang tidak hanya diperuntukkan kepada calon siswa yang baru saja lulus dari SMP, melainkan juga diperuntukkan bagi para murid SMA lainnya di Misora yang memiliki bakat khusus dibidang seni, khususnya menyanyi dan bermain musik. Pihak sekolah asal dapat merekomendasikan murid-muridnya yang berprestasi tersebut untuk melanjutkan studi mereka di Misora Art School melalui jalur beasiswa.

Selain ingin melanjutkan studi mereka disana, keempat pemuda tersebut memang memiliki rencana lain yang ingin mereka lakukan di Misora Art School. Sebuah rencana sederhana tapi menimbulkan efek yang sangat besar bagi sebagian orang di sekolah itu, kalau saja mereka berhasil menjalankan rencana itu.

Mereka berempat tersenyum, cenderung menyeringai, saat mereka memasuki gerbang sekolah tersebut. Dengan penuh percaya diri, mereka memasuki lingkungan sekolah itu, bersiap untuk menjalankan rencana mereka yang sudah mereka persiapkan secara matang-matang.

'Gadis-gadis, bersiaplah. Kami akan menjalankan rencana kami khusus untuk kalian…'


Catatan Author: Oke, mungkin sebagian dari chara yang saya pakai di fic ini kelihatan sedikit OOC, tapi semua perubahan itu saya bikin supaya tema ceritanya bisa sesuai. Saya janji deh, tingkat keOOCannya nggak bakalan sampai kebanyakan. Sebisa mungkin akan saya coba bikin jadi IC.

Chapter selanjutnya akan menceritakan tentang rencana yang dimaksud diakhir chapter ini. Kira-kira apa rencana mereka? Cari tahu aja di chapter selanjutnya ya?